2

745 Words
Seharian ini, Tubuh Kirana terkungkung dalam dekapan nyaman Gerald. Energi lelaki itu seperti tak ada habisnya. Jiwa lelaki itu juga begitu keras karena tidak ada perasaan iba untuk Kirana. Kirana hanya bisa menarik napasnya dengan dalam. Ia harus mencari cara agar bisa keluar dari kamar ini dan lari menjauh dari apartemen ini. Namun sayang sekali, Gerald terus mendekap tubuh langsing Kirana semakin erat membuat Kirana tak bisa bergerak. Gerald menciumi aroma wangi yang masih tersisa ditubuh Kirana. Gerald mulai menyadari bahwa aroma itu sangat bebeda dengan aroma wangi istrinya. Kepalanya masih berputar dan tubuhnya masih sangat nyaman dengan posisi memeluk dari belakang seperti ini. Kirana sendiri tak bisa berkutik lagi, ditambah bagian intimnya begitu sakit dan perih. Sulit rasanya ia pergi apalagi berlari dengan keadaan seperti ini. Kirana hanya bisa menangis saja. Air matanya sudah turun sejak tadi. Semua ini tidak bisa ia kembalikan seperti sedia kala. Niat mencari pekerjaan malah hidupnya hancur ditangan pria tak dikenal. Sehina itu semesta mengajaknya bercanda? Gerald mulai mendengar suara isak tangis dari samping dan ia melihat gadis asing yang sama sekali tak dikenalnya ada diranjang apartemennya dan mereka sama -sama dalam keadaan polos. gerald pun masih memeluk tubuh gadis itu. Gerald menatap wajah cantik Kirana dari arah samping. Spontan ia mengusap pipi Kirana yang basah. "Kamu menangis? Apa yang terjadi?" tanya Gerald begitu lembut. "Aku mau pulang," ucap Kirana begitu pilu. "Apa yang terjadi dengan kita?" tanya Gerald membuka selimut yang menutup dua tubuh polos mereka. Kirana tak menjawab, ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Rasanya benat -benar ingin mati saja. Lelaki mana yang mau dengan gadis yang sudah rusak? Kirana langsung bangun dari tidur dan menarik selimut tebal itu untuk menutp tubuhnya. "Hei ... " panggil Gerald lembut. Lelaki itu menarik lengan Kirana dan memeluk gadis cantik itu. "Maafkan aku jika sudah melukaimu. Namaku Gerald," ucap Gerald lembut. Gerald memang tidak lupa semuanya. Ia masih bisa mengingat kejadian tadi pagi. Mulai dari Kirana datang yang samar ia lihat seperti Emilia, Istrinya. Namun, Gerald tersadar, gadis itu bukanlah Emilia, istrinya. Masih jelas terasa bagian intinya berdenyut dan bisa menengang hingga Gerald bisa melampiaskan semua nafsu dan hasratnya pada Kirana. "Siapa namamu?" tanya Gerald begitu lembut. Gerald sebisa mungkin tidak mau membuat Kirana ketakutan apalagi trauma. Tangannya merapikan rambut panjang Kirana yang terawat alami. Wajah Kirana juga cantik alami dengan riasan tipis. "Kirana ..." jawab Kirana singkat. Gerald tersenyum ramah dan menarik dagi Kirana pelan agar mereka bisa bertatap muka dan memandangi wajah satu sama lain. Gerald semakin terpana melihat kecantikan Kirana. Gadis itu benar -benar sangat cantik. Tubuhnya wangi dan mulus. Gerald sangat suka. "Maafkan kelancanganku Kirana. Aku siap bertanggung jawab jika sesuatu terjadi padamu," ucap Gerald begitu tenang dan sangat meyakinkan Kirana. Kirana menatap Gerald dengan lekat. Wajah lelaki itu memang sangat tampan dan bersih. Dari aroma parfumnya juga bukan parfum biasa, sudah tentu lelaki ini pasti lelaki berduit. Tangan Gerald meremas lembut tangan Kirana lalu ia kecup punggung tangan itu begitu tulus. "Kamu mau maafin aku? Aku janji akan bertanggung jawab atas dirimu, Kirana," ucap Gerald mengulang. Kirana belum menjawab apapun. Dirinya masih bingung sekali. "Aku hanya butuh pekerjaan, Tuan," ucap Kirana terbata. Kirana begitu takut sekali. "Pekerjaan? Aku bisa memberikanmu pekerjaan.Kamu ingin pekerjaan apa?" ucap Gerald lembut. Kirana mengangguk pelan. "Saya lulusan sarjana komunikasi. Ada pekerjaan yang cocok untuk saya, Tuan?" tanya Kirana sopan. "Jangan panggil saya, Tuan. Saya tidak suka dengan panggilan itu. Panggil saja Gerald, biar kita lebih terlihat akrab," ucap Gerald begitu santai. Gerald turun dari ranjang dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Tak lama Gerald kembali keluar dengan lilitan handuk dipinggangnya. Ia menatap Kirana yang masih tak beranjak dari tempat tidur. Tangan Gerald memunguti beberapa pakaiannya yang tercecer dan diletakkan di meja rias. Ia juga melihat pakaian Kirana yang tercecer dengan sobekan lebar yang jelas pakaian itu tak dapat digunakan lagi. "Aku akan membelikan pakain untukmu," ucapan Gerald lagi. Kirana hanya mengangguk pasrah. "Mandilah, pakailah piyama ini. Setelah ini, kita bicara soal pekerjaan," titah Gerald memberikan handuk dan piyama milik Gerlad untuk Kirana. Kirana menerimanya lalu berdiri dan masuk ke dalam kamar mandi. Tubuhnya sudah lengket kaarena keringat dan banyak cairan yang tumpah ditubuhnya. Kedua mata Gerald menatap noda sprei putih. Noda merah yang pernah ia lihat sebelumnya dulu. Noda ini sama persis. Tapi, ia tidak menemukannya saat bersama Emilia. Gerald mengambil ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan pada seseorang. Malam ini, Gerald tidak akan pulang. Sepertinya tubuh Gerald mulai menagih kembali kenikmatan yang ia rengkuh bersama Kirana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD