1

756 Words
Kirana berteriak keras dengan rasa bahagia saat ia berhasil mengisi semua data diri dalam salah satu situs lowongan kerja. Tak lama, ada pesan masuk ke emailnya dan besok ia haarus tes wawancara di tempat yang telah ditentukan. Kirana yang memang membutuhkan pekerjaan karena sudah lama menganggur pun tidak peduli lagi dengan pekerjaan apapun. Intinya dia bisa bekerja dan menghasilkan uang setiap bulan. Rasanya, Kirana sudah tak sabar lagi menunggu esok pagi. Semalaman Kirana tidak bisa tidur. Ia terus menunggu pagi dengan penuh harap dan cemas. Kirana sudah mempersiapkan segalanya. Tas berisi dompet dan ponsel serta map berisi surat lamaran kerja yang diminta oleh pihak pemberi kerja. Langkah kaki Kirana begitu pelan memasuki sebuah apartemen mewah. Ia masuk melalui lorong sesuai dengaan arahan OB yang ia tanya saat berada di lantai dasar apartemen tadi. Kirana mengetuk pintu ruangan itu. Tetapi, nampak sepi dan tidak ada yang membuka. Iseng, Kirana membuka pintu kamar apartemen dan masuk ke dalam dengan permisi. "Halo ... Selamat pagi? Saya pekerja yang mau wawancara," ucap Kirana dengan suara lembut. Gerald keluar dari kamar tidur dan samar melihat Kirana yang berdiri di ambang pintu. Gerald masih dibawah pengaruh alkhohol. Sejak semalam ia mabuk berat. Tubuhnya seperti ingin memakan sesuatu yang segar dan nikmat. Rasa dari dalam tubuhnya terasa panas sekali. "Kamu? Masuk ke dalam," ucap Geral sambil menunjuk ke arah Kirana dan kamar tidur di belakang Gerald. Pakaian Gerald massih utuh ditubuhnyaa. Hanya sedikit berantakan saja. Dua kancing kemejanya terbuka dan menunjukkan bulu halus di d**a bidangnya. "Saya mau wawancara," ucap Kirana mulai panik. Ia merasa ada yang tidak beres dengan alamat yang dicatatnya tadi malam. Salahnya Kirana, ia tidak mencari tahu dulu soal alamat itu. Jadinya begini kan. "Masuk!" titah Gerald sambil menarik tangan Kirana dengan erat agar masuk ke dalam. "Saya mau pulang, Pak! Sepertinya saya salah alamat," ucap Kirana memberontak. "Hei ... ayo masuk dulu!" titah Gerald sedikit mengancam. Gerald berhasil menarik kuat tangan Kirana hingga tubuh langsing itu berada dipelukannya. Aroma wangi Kirana semakin membuat Gerald mabuk kepayang. Dengan sedikit kasar, Gerald menarik Kirana masuk ke dalam dan mengunci kamar tidur itu lalu membuang kuncinya ke sembarang arah agar tidak ditemukan. "Pak! Jangan Pak! Saya hanya mau kerja saja," ucap Kirana memelas. Gerald tak mau mendengar rintihan melas dari gadis yang kini ada dihadapannya. Di otaknya saat ini hanya ada satu tujuan. Bagaimana ia bisa meniduri wanita ini hingga ia puas. Gerald melepas satu per satu kancing kemejanya dan melempar ke lantai. Begitu juga dengan celana panjang berbahan kain itu hanya dilepas dan dibiarkan tercecer dilantai. Kirana berusaha berlari mengitari kamar itu agartidak tertangkap oleh Gerald. Namun usahanya tetap sia -sia. Gerald semakin bersemangat mengejar Kirana dan menangkap Kirana lalu dijatuhkan ke atas kasur yang empuk itu. Kirana terus memberontak dan berusaha mendorong tubuh Gerald yang terlalu kuat menindih tubuhnya yang langsing. "Lepaskan saya!" teriak Kirana sekuat tenaga. Tapi, percuma saja. Kamar itu kedap suara. Suara keras Kirana berteriak meminta tolong tidak akan pernah terdengar dari luar. Gerald menarik pakaian Kirana dengan paksa. Wajahnya sudah dipenuhi gairah dan hasrat seksual yang begitu membara. Gerald berhasil merobek kemeja Kirana dan rok pendek itu juga berhasil tersingkap hingga ke bagian perut. Gerald tertawa puas melihat tubuh Kirana yang setengah telanjang itu. Ada kepuasan batin yang begitu lega sekali saat ia tahu bahwa kepemilikannya bisa berdiri tegak dengan sempurna. Kalau birahi sudah dikuasai oleh nafsu besar. Maka semuanya bisa terjadi dengan mudah. Teriakan keras Kirana diikuti rintihan kekecewaan Kirana terhadaap lelaki yang kini merenggut keperawananya sudah benar -benar diabaikan. Tidaj ada rasa iba dan kasihan. Gerald semakin membabi buta melakukan persetubuhan itu tanpa mau tahu bagaimana perasaan Kirana. "Kamu benar -benar nikmat, baby ..." puji Gerald dengan wajah penuh kepuasan. Pinggulnya terus bergerak maju mundur untuk mencapai titik klimaks yang diinginkan berkali -kali. Kirana sudah tak bertenaga lagi. Suaranya mendadak hilang daan hanya bisa menangis. Air matanya keluar dari sudut matanya yang indah. Gerald sama sekali tak merasa kasihan. Ia malah semakin membuat Kirana kesakitan luar biasa. Sprei putih itu sudah terkoyak dan tak beraturan lagi. Noda merah hasil perenggutaan kegadisan Kirana jelas menjadi saksi bisu hubungan badan yang terjadi dengan penuh keterpaksaan. Hidup Kirana terasa hancur dan setelah ini rasanya ingin mati saja. Lebih baik mengakhiri hidupnya dengan cara tak baik dari pada seluruh dunia bahwa ia sudah tak perawan lagi. Ini akan menjadi bahan gunjingan yang amat menghinakan. Kirana tidak akan sanggup lagi. Lelahnya menjadi wanita miskin yang ingin hidup lurus- lurus saja. Hanya ingin uang dari pekerjaan halal pun tak ia dapatkan di Kota. Malah hidupnya ingin mengajaknya bermain -main.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD