Regar masuk tak lama kemudian, dan air mata Eyrin sudah mengering. Perasaan wanita itu juga sudah lebih tenang, meski masih menyisakan remahan-remahan kepedihan yang ia yakin akan mengakar di dadanya. “Jadi, untuk apa wanita itu datang kemari?” Eyrin menggeleng. “Jangan bicara apa pun, Re. Aku tak ingin mengungkitnya,” cegahnya sebelum Regar menuntutnya dengan rentetan pertanyaan lain yang hanya akan mengikis hatinya. Regar mengangguk sekali. “Mamaku dan mamamu sudah sampai di lobi. Tak lama lagi akan sampai. Apa kauingin aku membantumu mencuci muka?” tawarnya melihat bekas air mata yang terlihat jelas di pipi Eyrin. Eyrin mengangguk. Membiarkan Regar menggendongnya ke kamar mandi dan mencuci wajahnya. Tepat ketika keduanya keluar dari kamar mandi, Lely dan Sonia muncul. Tak bisa m