“Kami ...” Eyrin merasa canggung, bingung antara harus membalas penjelasan Calvin yang berada di sini dan menjelaskan tentang keberadaannya bersama Edgar di hotel ini atau tidak. Karena ia bisa merasakan pertanyaan itu terlihat jelas di wajah Calvin.
“Aku tahu kenapa kalian ada di sini,” sela Calvin memahami kecanggungan dalam sikap Eyrin. “Dan jangan buat kami merasa cemburu dan gerah,” gelak Calvin kemudian. Yang dalam sekejap sikap dinginnya raib ketika mengalihkan perhatian pada Eyrin. Sengaja menampakkan perbedaan tersebut di depan mata Edgar secara kontras. Karena pria itu tentu dengan sangat mudah membaca maksud yang tersembunyi dalam sikapnya.
Eyrin tersipu malu, menutup setengah wajahnya dengan telapak tangan. Perlahan rasa malunya meluntur dengan pemahaman Calvin. Lagipula mereka semua sudah dewasa, hal seperti ini bukanlah hal yang tabu, bukan.
“Ehm, Eyrin. Bolehkah aku minta bantuanmu?” tanya Calvin tiba-tiba.
Eyrin mengangguk tanpa ragu, tepat setelah ia mengangguk, ia bisa merasakan tekanan dari tangan Edgar yang masih menempel di pinggang tapi ia abaikan. “Ya, katakan.”
“Menurutmu, hadiah apa yang cocok untuk Regar. Kau adalah orang terdekat yang mengenalnya dengan sangat baik. Sepertinya menanyakan padamu adalah pilihan yang tepat.”
Eyrin berpikir sejenak. “Regar ... hm, dia tak terlalu menyukai sesuatu tertentu dengan sangat. Kecuali mobil, tapi kau tak mungkin menghadiahinya mobil, kan. Dia juga mudah bosan. Jadi kau bisa membelikan apa pun yang kausuka.”
“Oh ya? Apa dia juga mudah bosan pada wanitanya?”
Mata Eyrin membelalak takjub. “Dari mana kau tahu?”
Calvin mengedikkan bahunya sekali, sekilas melirik Edgar yang raut wajahnya menjadi lebih kaku. “Bagi kami seorang pria, wanita yang mudah didapatkan lebih banyak membosankannya. Tetapi saat kau mendapatkan wanita yang sedikit jual mahal, tingkat kebosanannya pun akan menurun. Jadi semakin sulit kau mendapatkan wanita tersebut, kau akan semakin tertantang, dan wanita jenis inilah yang kupikir tidak akan membosankan. Kupikir dia hanya belum menemukan wanita yang tepat saja.”
Eyrin mengangguk-angguk pelan meskipun tak terlalu memahami maksud dalam pernyataan Calvin. “Ya, dia hanya belum menemukan wanita yang membuat hatinya berdebar.”
“Lalu bagaimana denganmu?” Pertanyaan Calvin membuat keheningan yang menegangkan mendadak melingkupi keempatnya. “Apa kau sudah menemukan seseorang yang tepat, Eyrin?”
“Apa maksudmu?” Edgar tak bisa lagi menahan pembicaraan Calvin yang semakin menjurus ke arah yang tak ingin Edgar tengok sekalipun. Bibirnya menipis dan suaranya keluar dengan desisan yang tajam.
Calvin tergelak. “Tenanglah, Edgar. Aku hanya bercanda.”
Eyrin menoleh ke arah Edgar, kemarahan yang mengental di seluruh ekspresi wajah pria itu membuatnya kebingungan. Bagaimana harus menenangkan Edgar dan mencegah pertikaian antara Calvin dan Edgar yangs eolah-olah sejak tadi sudah menegang di antara kedua pria itu.
“Kalian baru saja keluar hotel dan kalian adalah pasangan pengantin baru yang masih sedang berbulan madu. Setiap orang yang melihat tahu bahwa kalian adalah pasangan serasi yang saling mencintai dan tengah berbahagia. Kau tak perlu sesensitif ini, Edgar,” jelas Calvin lebih panjang. “Tapi, melihatmu seresponsif ini, kupikir Eyrin adalah wanita yang berhasil memenangkan seluruh hatimu. Apa aku benar?”
Eyrin tersenyum simpul. Terlalu malu untuk mengiyakan.
“Sepertinya, ya,” gumam Calvin membaca jawaban tak terucap di wajah Eyrin. “Hm, mantannya pasti sangat iri jika tahu hal ini. Kaupun berhasil membuatku cemburu, Edgar.”
Tubuh Selly yang berdiri di samping Edgar menegang, tatapan wanita itu menajam ke arah Calvin dan ia bisa melihat kepalan yang membentuk di tangan Edgar, siap melayang ke wajah Calvin.
Beruntung denting pintu lift yang terbuka memecah keheningan tersebut. Dan ketegangan yang membekukan seluruh udara di dalam lift mencair dalam sekejap. “Kami pergi dulu,” ujar Selly menarik tangan Calvin dan membawa pria itu keluar lift dulu. Dengan langkah tergesa menyeberangi lobi hotel yang lengang.
“Bye, Eyrin.” Calvin masih menyempatkan untuk melambaikan tangan pada Eyrin.
Eyrin membalas lambaian Calvin, hingga pria itu dan Selly menjauh. Ia pun keluar bersama Edgar, tapi dengan langkah yang lebih lambat.
“Mereka terlihat serasi. Alih-alih berkencan dengan Lea, sepertinya wanita itu lebih cocok dengan Calvin. Siapa nama wanita itu? Aku lupa.”
“Jangan membicarakan mereka,” jawab Edgar dengan suara tegas.
“Kenapa?”
“Aku tak suka kau dekat-dekat dengannya.” Edgar menoleh. “Dan jangan tanyakan alasannya.”
Eyrin tersenyum. Mengalungkan lengannya di lengan Edgar dan menyandarkan wajahnya di sana. “Kau cemburu?”
“Apa aku perlu menjawabnya?”
“Aku suka kau cemburu.”
Edgar tersenyum. Mengurai gelungan manja Eyrin di lengannya dan berganti memeluk wanita itu. Membiarkan Eyrin bersandar di dadanya dan kedua lengan wanita itu mengalung di pinggangnya.
***
“Hai.” Eyrin duduk di samping Regar yang sedang menggonta-ganti saluran televisi dengan bosan.
Regar tersentak, menoleh ke samping dan terkejut. “Kau sudah pulang?”
“Ya, aku baru saja dari bawah. Mamamu menanyakan tentang pilihan kuenya dan seperti yang kaubilang, dia menyukai semuanya. Tapi ... kupikir karena dia lebih menyukaiku daripada kue-kue itu.” Eyrin tertawa.
Regar ikut tertawa.
“Film apa yang kautonton?” tanya Eyrin setelah tawa mereka mereda sambil mengambil toples yang sudah dipenuhi cookies kesukaannya oleh mama mertuanya itu.
“Tidak ada yang bagus. Di mana Edgar?”
“Di ruang kerjanya.”
“Kau tidak menemaninya?”
“Untuk menjadi patung?”
“Tidak. Sepertinya dia akan langsung mengemas berkasnya dan menidurkanmu di meja kerjanya,” gelak Regar.
Wajah Eyrin memerah dan melemparkan pukulan di lengan atas Regar. Pria itu malah tergelak semakin keras. Eyrin pun ikut tergelak.
“Apa yang kalian tertawakan?” Suara Edgar tiba-tiba muncul dari arah belakang sofa. Membuat tawa Eyrin dan Regar lenyap tak berbekas, digantikan kepucatan.
Eyrin dan Regar menoleh dengan perlahan. Menemukan Edgar berdiri di belakang sofa dan berjalan memutari sofa untuk duduk di sisi Eyrin.
“Kenapa kalian berhenti? Apa karena kalian menertawakanku?”
Eyrin menggeleng dan Regar mengangguk. Menyadari jawaban mereka yang berseberangan, Eyrin pun ikut mengangguk bermaksud mengiyakan tetapi Regar malah menggeleng.
“Ck, ck,” decak Edgar menyilangkan kedua lengan di depan d**a menghadap keduanya bergantian dan berhenti pada Regar. “Jika kau terlalu penasaran urusan ranjangku dan Eyrin, sebaiknya kau segera menikah.”
Regar menghela napas panjang penuh kebosanan sambil membaringkan kepalanya di punggung sofa dan kedua tangan telentang di kanan dan kiri. “Aku tak yakin mama akan akan menyukai seseorang yang kunikahi melebihi rasa sukanya pada Eyrin.”
“Maka cari Eyrin lainnya di luar sana.”
Regar mendengus. “Itu sama saja menyuruhku mencari jarum di tumpukan jerami. Lagipula ...” Kepala Regar terangkat sedikit menatap Edgar. “Kaupikir di luar sana ada wanita yang seperti Eyrin?” dengusnya tajam.
Edgar terbengong dengan pertanyaan Regar. Sejujurnya ia tak memiliki maksud tertentu dengan perkataannya yang menyuruh Regar mencari seseorang seperti Eyrin di luar sana. Yang terkesan ada banyak wanita seperti Eyrin bertebaran di luar sana. Dan sialnya pertanyaan serangan yang dilontarkan Regar malah terdengar seolah mengistimewakan wanita itu. Menarik perhatian Eyrin untuk berada di kubu adiknya tersebut.
“Ah, aku ingat. Kau kan tidak pernah berkencan,” gumam Regar kemudian. “Kau tak pernah paham masalah wanita.”
Kerutan di kening Eyrin muncul. Ia menoleh ke arah Regar kemudian kembali ke Edgar dan teringat kata-kata Calvin siang tadi.
‘Hm, mantannya pasti sangat iri jika tahu hal ini. Kaupun berhasil membuatku cemburu, Edgar.’
Lalu ia menggeleng kepada Regar. “Tidak. Edgar punya mantan. Benarkan?” tanyanya pada Edgar lagi.
Regar mengangkat kepalanya, membelalak tak percaya. “Oh ya? Apa itu benar? Siapa mantanmu?”
Wajah Edgar berubah pias, rasa dingin menjalar di sepanjang tulang punggungnya. Matanya beralih kepada Eyrin dan Regar yang menatapnya dengan keingintahuan yang teramat besar. Terutama Eyrin.
“Aku sudah menduganya. Di antara sekian banyak wanita yang mengejarmu, kau pasti mengencani salah satunya secara diam-diam. Berapa mantanmu sebelum menikah? Apa mereka sebaik Eyrin?”
Eyrin tak mampu menyembunyikan kecemburuannya. Ia tahu benar wanita macam apa yang mengejar-ngejar Edgar sejak pria itu masih muda. Semua memiliki paket komplit yang membuat wanita manapun memupuk rasa iri. Cantik, seksi, lemah lembut, dan tinggi semampai. Memiliki pesona tersendiri. Dan jika dirinya disandingkan dengan para mantan-mantan Edgar, ia hanya akan mencemari kecantikan mereka. Bahkan mungkin jika teman-teman Edgar tahu pria itu berakhir bersama wanita sepertinya, mereka akan bergosip di belakang Edgar. Mengejek dan mempermalukan Edgar.
“Jangan membuat asumsi yang tidak-tidak, Eyrin. Aku tidak pernah berkencan dengan siapa pun.” Edgar memastikan suaranya terdengar setenang mungkin. Kemudian pria itu beralih menatap Regar. “Dan jangan banding-bandingkan Eyrin dengan wanita mana pun.”
Edgar langsung berdiri, berjalan meninggalkan Eyrin dan Regar yang masih tercenung dalam keheningan. Keduanya menatap punggung Edgar yang menjauh dan turun ke lantai satu.
“Ada yang aneh,” gumam Regar membela keheningan mereka dengan kerutan yang dalam di antara kening. Menunjukkan betapa kerasnya ia berpikir. “Apa kau tidak merasa ada yang aneh dengan sikapnya?”
“Apa maksudmu?”
“Darimana kau tahu dia punya mantan?”
“Dari temannya. Calvin.”
“Kau yakin?”
Eyrin mengangguk. “Ya, dia memuji kedekatanku dengan Edgar di hotel siang tadi, dan dia mengatakan sesuatu tentang mantan Edgar pasti sangat iri melihatku dan Edgar bersama.”
“Hotel?”
Bibir Eyrin terkatup rapat menyadari keceplosannya. Kemudian ia melompat berdiri dan melarikan diri. Menyusul Edgar ke lantai bawah.
“Jadi siang tadi kalian meninggalkanku sendiri untuk pergi ke hotel?!” ucap Regar tak percaya. Mengejar Eyrin.