Rayhan dan Alea kembali masuk kekamar hotel, setelah merasa puas menikmati keindahan senja di tepi pantai, mengingat azan magrib juga sudah berkomandang di ponsel Alea. Ya alea memang memasang pengingat waktu shalat di ponselnya jadi dimanapun dia berada dia tidak takut ketinggalan atau lupa akan waktu untuk menunaikan kewajibannya sebagai muslim.
Alea memutuskan berjilbab ketika dirinya resmi menjadi istri Reyhan Fadila, selain itu kewajiban seorang muslim, ayah mertuanya yang menginginkan Alea menutup auratnya untuk menjaga dirinya dari pikiran-pikiran yang tidak baik dari laki-laki yang bukan mahromnya.
Alea sangat menghormati kedua mertuanya, kedua mertuanya juga sangat menyayangi Alea, bahkan ibu mertuanya memperlakukan dirinya seperti anak perempuan yang memang terlahir di keluarga mereka.
Setelah selesai menunaikan shalat magrib dan isya, Alea meraih remot televisi yang memang sudah tersedia di kamar itu, lalu menghidupkannya.
"Kenapa malah tiduran sayang? Katanya tadi mau makan malam di bawah?" Suara Reyhan mengingatkan keinginan istrinya tadi sebelum mereka kembali ke kamar.
"Oh ya mas, sebentar aku ganti baju dulu," jawab Alea sambil bangkit dan mulai menanggalkan mukenah yang masih ia kenakkan. Tak menunggu lama Alea dan reyhan-pun kini sudah sampai di restoran yang kebetulan berada di lantai dasar hotel yang mereka tempati.
Alea mulai sibuk memilih gambar menu makanan yang terdapat di buku menu yang sebelumnya pelayan berikan. Ketika Alea disibukkan dengan pilihan menu makanannya, Reyhan malah sibuk berbalas pesan dari Devina istri keduanya, yang mengatakan jika dia sedang berada di Hotel Purnama, yang artinya berada di hotel yang sama dengan dirinya saat ini.
"Apa yang kau lakukan disini," pesan yang Reyhan kirim pada istri keduanya itu.
"Aku juga ingin berlibur mas," bales Devina
"Tapi kita bisa berlibur di lain waktu sayang , jika kamu menginginkan liburan," bales Reyhan lagi.
"Aku gak mau, aku maunya sekarang, lagi pula aku gak bisa tidur sendirian mas, aku takut," bales Vina seolah ingin menarik Reyhan dari kebersamaannya dengan istri Pertamanya.
"Tapi sungguh untuk saat ini aku tidak bisa sayang, aku tidak bisa meninggalkan Alea untuk saat ini," tampak kecemasan di wajah Reyhan ketika membalas pesan dari istri keduanya.
"Pokoknya aku tidak mau tau, nanti mas harus kekamar aku bagaimanapun caranya, atau aku yang akan menjemput mu langsung kekamar kalian,"
Reyhan di rundung gelisah, bagaimana mungkin Devina istri keduanya itu nekat menyusulnya kemari dan mengancam akan membuka hubungan mereka langsung sepada Alea.
"Oke,,, oke,,, aku akan ke kamarmu nanti setelah Alea tertidur," bales Reyhan kemudian memasukkan ponselnya lagi ke saku celananya.
"Siapa mas, kok mukanya tegang gitu?" Tiba-tiba suara Alea menyadarkan Reyhan yang sedari tadi fokus ke ponsel nya.
"Dokter Taupik, ternyata dia yang menggantikan aku piket malem ini, dan itu artinya lusa depan aku harus menggantikannya di siang hari sampai malem," jawab Reyhan berbohong agar istrinya tidak menaruh curiga.
"Oooh, maaf ya mas karena aku, kerjaan mas jadi berantakan," sesal Alea.
"Tak masalah sayang, sesekali kita memang membutuhkan liburan agar pikiran kita tidak kalut," Reyhan berusaha menenangkan istrinya lewat kata-kata bijak dan lembutnya, sementara Alea hanya tersenyum membenarkan ucapan suaminya.
Merekapun makan malam dengan tenang, sesekali tampak Reyhan menggoda istrinya dengan bercanda ringan, sehingga tawa istrinya menghiasi makan malam itu, sesekali Reyhan membelai lembut pincuk kepala istrinya yang tertutup jilbab itu dengan hati yang sedikit takut. Takut jika suatu saat nanti istrinya itu mengetahui apa yang sudah ia lakukan dan tidak bisa memaafkan perbuatannya yang telah menikah secara diam-diam di belakangnya dengan wanita dari masa lalunya.
Setelah menyelesaikan makan malem mereka, kini Reyhan dan Alea sudah kembali ke kamar meraka, Reyhan kembali memeluk tubuh istrinya dari belakang begitu menutup pintu kamar itu.
"Apa kamu menginginkanku lagi sayang," ucap Reyhan sambil mencium pipi Alea lembut, ciuman hangat yang selalu Alea rindukan, ciuman itu kini berpindah ke sisi leher Alea, mengecup nya berkali-kali, Alea dapat merasakan hangat bibir Reyhan di kecupan basah yang Reyhan berikan di ceruk leher putihnya, ya Alea sudah melepas jilbabnya, sudah kebiasaan Alea melepaskan jilbabnya di dalam rumah, menampakkan Surai hitam yang lebat dan halus itu, menambah kesan indah, yang hanya suaminya yang berhak melihat keindahan itu, seperti yang di katakan oleh ayah mertuanya.
Alea memejamkan matanya, menikmati sentuhan-sentuhan yang Reyhan berikan padanya.
"Apa mas menginginkannya?" Pertanyaan itu Alea tanyakan balik pada sang suami, ia tau suaminya sedang menginginkan tubuhnya.
Reyhan tak menjawab, namun kini dia sudah membalik arah tubuh istrinya, kini tubuh Reyhan dan Alea berhadapan. Reyhan memeluk pinggang istrinya dengan sebelah tangannya, sementara tangan satunya menahan tengkuk sang istri. Bibir keduanya saling bertautan, saling memberi kehangatan, saling bertukar Saliva, dan membelit lidah. Reyhan mengecap bibir tipis milik istrinya itu bergantian atas dan bawah, tangan Reyhan tidak tinggal diam, dia mengelus lembut punggung istrinya di balik dress tosca yang Alea gunakan. Reyhan mulai membuka resleting dress Alea lalu memasukkan sebelahnya tangannya untuk mengusap langsung punggung putih seputih kapas dan lembut selembut sutra milik istrinya tanpa melepaskan tautan bibirnya dari bibir Alea. Alea mendesah sambil mendorong lemah tubuh Reyhan, seolah memberi isyarat pada sang suami jika napasnya sudah hampir habis, Reyhan mengerti isyarat itu lalu Reyhan melepaskan ciuman mereka, Alea mengatur napasnya yang memburu, sementara Reyhan tidak tinggal diam begitu Reyhan melepaskan ciuman bibir mereka, Reyhan sudah berpindah ke telinga, belakang telinga, menelusuri leher hingga ke ceruk leher dan bahu istrinya. Alea melakukan hal yang sama seperti yang Reyhan lakukan padanya, dengan membuka satu persatu anak kancing baju Reyhan, melepas nya dari tubuh besar milik suaminya, tangan Alea berselancar mengucap lembut d**a bidang suaminya hingga ke perut. Entah kapan dress yang Alea kenakan sudah merosot kelantai, dan bra yang tadi ia kenakan sudah terlempar jauh di samping nakas.
Reyhan membuka sendiri ikat pinggang yang melingkari pinggangnya dan membuka sendiri celana yang ia kenakkan dengan sebelah tangannya sementara sebelah tangannya tak sedikitpun mengendor dari pinggang istrinya. Kini keduanya sudah sama-sama tanpa busana hanya menyisakan underwear yang menutup bagian inti keduanya. Reyhan mengangkat tubuh istrinya yang lebih rendah dari tubuhnya, sehingga sekarang tinggi Alea berada di atas Reyhan, Reyhan mendongak demi menikmati ciuman dengan sensasi berbeda, sementara Alea sedikit menunduk, Alea melingkari pinggang Reyhan dengan kedua kakinya, kedunya benar-benar menikmati permainan lidah mereka. Reyhan berjalan kearah ranjang sambil menggendong tubuh Alea seperti koala tanpa melepaskan ciumannya dari bibir manis istrinya. Reyhan merebahkan tubuh istrinya di atas ranjang berseprai putih khas hotel itu. Reyhan mulai menjelajah tubuh Alea dengan ciuman-ciuman basah dan hangat, meninggalkan jejak-jejak kemerahan hampir di seluruh tubuh istrinya, tak sedikitpun bagian tubuh Alea yang dia lewat. Reyhan meremas dua gundukan kembar dengan puncak kecoklatan itu sebelum akhirnya dia mencium, mengulum, dan menghisapnya seperti bayi besar yang sedang kehausan, dia sangat menikmati tubuh istrinya yang begitu ia sayang, sampai beberapa kali ponselnya berbunyi menandakan ada pesan masuk, namun tak dia hiraukan sama sekali, sampai panggilan telpon pun tak menghalangi hasrat untuk menyentuh tubuh istrinya itu, hingga terdengar suara bel ruangan itu yang ditekan dari arah luar beberapa kali, Reyhan masih tidak menghiraukan suara bel dari pintu kamar itu.
"Mas sebentar dulu," lirih suara Alea di sela desahannya.
"Kenapa sayang?" Tanya Reyhan frustasi.
"Mas gak dengar? itu bel kamar kita berbunyi dari tadi," sela Alea.
Reyhan diam sejenak, dia mulai menajamkan pendengarannya dan ternyata benar, bel kamar itu kembali berbunyi beberapa kali.
"Siapa yang datang di jam seperti ini?" Reyhan terlihat kesal karena merasa terganggu.
Reyhan buru-buru mengambil kain yang memang sengaja istrinya bawa dari rumah, dengan wajah memerah karena kesal.
"Sudah , samperin aja dulu mas, mungkin aja ada sesuatu yang penting," ucap Alea lembut berusaha menenangkan kekesalan sang suami. Reyhan akhirnya berjalan menghampiri pintu setelah sebelumnya mengenakkan kain.
Reyhan baru saja membuka pintu kamar itu, alangkah terkejutnya Reyhan melihat siapa yang sudah memencet bel sedari tadi.
"Kenapa kamu kesini?" Tanya Reyhan sangat lirih, agar tidak didengar oleh Alea.
"Mas aku menunggu mas dari tadi,"
"Aku kan sudah bilang, tunggu Alea tidur dulu sayang,"
"Tapi mas lama sekali, aku takut,"
"Kenapa kamu keras kepala seperti ini sih?"
"Mas yang gak bisa pegang ucapan mas sendiri,"
"Ucapan yang mana?" Ucap Reyhan frustasi sambil meremas rambutnya.
"Tadi mas bilang tidak akan lama, tapi coba lihat ini sudah jam berapa mas? Aku gak bisa tidur sendirian mas aku takut," Devina merengek.
"Oke,, oke kamu masuk dulu ke kamar kamu aku cari alasan sama Alea biar bisa keluar dari kamar kami," pinta Reyhan sarat akan permohonan pada istri keduanya itu.
" Oke," akhirnya Devina kembali ke kamarnya dengan perasaan kesal yang teramat dalam, ia yakin tadi suaminya sedang bercinta dengan istri Pertamanya , dan jika dia sampe telat mungkin permainan mereka tidak akan berhenti satu atau dua jam dari sekarang.
Reyhan kembali masuk kekamarnya, dia melihat istrinya sudah tertidur di bawah selimut dengan memeluk guling.
"Sayang,,, sayang,,," lirih Reyhan sambil membelai rambut hitam dan halus milik istrinya
"Eeeeeem, " respon Alea yang sudah tertidur dengan bertelanjang di bawah selimut.
Menyadari istrinya sudah tertidur, Reyhan menarik selimut untuk menutup tubuh mulus istrinya sampai di bawah lehernya.
Reyhan berjalan kearah kamar mandi, dia membasuh mukanya dengan air dingin agar tampak segar dan kekesalannya sedikit berkurang, kemudian mengenakkan kemeja yang tadi Alea buka dan masih tergeletak di lantai bersama pakaian Alea yang juga sudah tak berdaya di lantai.
Reyhan akhirnya keluar dari kamar itu tanpa repot-repot mencari alasan pada istrinya.
Begitu pintu kamar itu kembali Reyhan tutup, Alea membuka matanya, netranya memandang ke arah pintu, seketika air matanya mulai merembes tanpa bisa dia cegah, seperti hujan yang turun tanpa diiringi gemuruh atau awan gelap, begitulah gambaran hati Alea yang mulai terluka tanpa tau apa kesalahan yang telah ia perbuat sehingga dengan begitu mudah suaminya mengkhianatinya dengan menikah diam-diam di belakangnya.