Memandang keindahan pantai di waktu senja bersama orang terkasih adalah momen terindah bagi setiap pasangan halal, seperti yang sedang Alea dan Reyhan lakukan saat ini.
Meninggalkan rutinitas sehari-hari yang sangat menguras tenaga dan pikiran adalah langka terbaik untuk menenangkan hati.
Setelah menghabiskan waktu berdua, dan menunaikan kewajibannya sebagai seorang suami istri, kini mereka sedang duduk berdua di tepi pantai menikmati indahnya senja.
Alea menyandarkan kepala di bahu sang suami, sejenak melupakan hatinya yang dirundung dilema.
Reyhan memeluk bahu istrinya, berusaha memberikan kedamaian pada sang wanita yang sudah menempati sebelah hatinya. Tanganya sesekali mengusap lembut kepala yang terbungkus jilbab berwarna peach dengan ujung yang menjuntai ke belakang punggungnya.
Sungguh ia sangat menyayangi wanita yang sudah menemaninya lebih dari setahun ini. Saat dirinya terluka dia datang sebagai obat penawar luka itu. Dengan tutur kata yang lembut wanita ini sudah mampu mengisi hatinya yang saat itu sedang patah karena cintanya telah memilih yang lain.
Flashback.
Seorang pemuda tampan sedang berjalan di trotoar yang cukup sepi, dengan langkah gontai ia berceloteh tak jelas.
"b******k," ucapnya lalu tertawa lepas, lalu menit berikutnya dia terdiam menundukkan kepala, entah apa yang sudah terjadi dengan pemuda itu, namun nampak kekacauan di sudut wajah tampannya, tercium aroma alkohol di di tubuh dan mulutnya.
Beberapa preman datang menghampirinya, terlihat dari jauh mereka tengah berdebat, lalu satu preman itu mulai meninju perut pemuda tampan yang sudah setengah sadar, menyadari dirinya dapat serangan secara tiba-tiba, ia sontak melayangkan tinju balasan, namun karena tubuhnya yang sudah oleng, tinju nya pun hanya melayang di udara, sebelum akhirnya dia sendiri yang tersungkur, dan beberapa preman itu mulai menggeledah seluruh tubuh pemuda itu, mencari sesuatu yang mungkin bisa mereka tukar dengan uang.
"Aku tidak punya apa-apa, ia sudah meninggalkan," ucap pemuda itu sambil tertawa, lalu detik berikutnya ia menangis, tubuhnya meringkuk di atas trotoar dan beberapa preman itu pun mulai menendang tubuh pemuda yang sudah tidak berdaya, karena pengaruh alkohol dan pukulan yang bertubi-tubi yang preman itu berikan.
Setelah merogoh barang milik pemuda itu, preman preman itupun pergi meninggalkan tubuh pemuda yang sudah tak berdaya itu begitu saja.
Jam sudah menunjukkan angka 10;30 malam, Alea baru saja pulang dari tempat sahabatnya, sebenarnya tadi Alea di anter pulang oleh sahabatnya namun ia meminta di turunkan dekat toko buku, ia ingin membeli beberapa buku yang adiknya pesan, kebetulan toko buku itu masih buka jadi ia masuk untuk mencari dan membeli buku yang adiknya minta beberapa waktu lalu, karena rencananya hari minggu besok dia akan pulang untuk mengunjungi orang tuanya di desa.
Ketika di perjalanan pulang Alea melihat tubuh seseorang meringkuk di atas trotoar yang sedikit basah karena lima belas menit yang lalu memang gerimis. Alea sedikit was-was, dia sedikit ketakutan, karena di wilayah itu memang sering terjadi pembegalan, ia takut jika itu hanya trik baru kelompok pembegalan. Alea menajamkan penglihatannya, meski tubuhnya meringkuk di tanah, tampak jelas sekali orang itu mengenakkan kemeja putih, dan celana kain seperti celana orang kantoran, jelas berbeda dengan penampilan para preman preman pada umumnya.
"Bismillah,,," ucap Alea mantap dan mulai menghampiri orang yang di yakini seorang laki-laki. Dengan langkah hati-hati Alea mulai menyapa sosok itu.
"Hello,,," panggil Alea namun orang itu tetap tak merespon, Alea semakin mendekat, dan dengan sisa keberaniannya Alea membalik tubuh orang itu, "astaga," betapa terkejutnya Alea melihat wajah pemuda itu yang memar dan berdarah di sudut bibir dan pelipisnya.
Meski Alea mencium bau alkohol di tubuh laki-laki itu , Alea tetap berniat menolongnya, Alea mengangkat tubuh laki-laki yang cukup besar itu agar bisa terduduk di pinggir trotoar, kemudian Alea berlari ke rumah kost nya yang memang sudah tidak jauh lagi, Alea meminta tolong pada ibu kostnya untuk membantunya menggotong seseorang, namun justru anak pemilik kost itu yang bergegas menawarkan diri. Akhirnya Alea dan anak pemilik kostnya itu memapah tubuh laki-laki yang memang benar sangat besar dan berat.
"Kak apa tidak sebaiknya kita bawa kerumah sakit?" Tanya Wiwik anak pemilik kostnya
"Lukanya tidak terlalu parah, mungkin dia pingsan karena pengaruh minuman beralkohol wik," jawab Alea.
" Jadi kakak mau biarin dia disini?"
"Ya paling besok pagi dia sadar, setelah itu dia bisa pergi bukan, lagi pula menolong seseorang itu jangan setengah- setengah. Udah biarin saja di situ dulu, biar nanti kakak nginep di kamar kamu semalem, boleh ya?" Ucap Alea sambil menyatukan kedua tanganya dan mata yang di kedip kan dengan cepat, memohon,
"Ya, ya, kakak mah terlalu baik jadi orang, lagipula belum tentu itu orang, orang baik, kalo ternyata dia penjahat atau teroris yang sedang di buron polisi gimana?" Tanya Wiwik lagi.
"Udah, kamu jangan mikir terlalu jauh, yang penting kita udah berniat baik, siapapun dia nanti, anggap saja kita udah bersedekah tenaga," ucap Alea lagi, sambil menyelimuti tubuh laki-laki yang baru saja ia baringkan di tempat tidurnya, kemudian berlalu meninggalkan laki-laki itu, menutup pintu kamar kostnya, sementara dirinya menginap di kamar Wiwik anak dari ibu kostnya.
Keesokan paginya, Alea sudah bangun sejak subuh. Alea memang tidak pernah bangun lewat dari jam lima pagi, selepas membersihkan diri dan menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim, Alea hendak kembali ke kamar kostnya, untuk mengganti pakaian, karena dia harus berangkat kerja lebih pagi, jika tidak mau terjebak macet.
Alea membuka lemari pakaiannya dengan sangat hati-hati, dan begitu pakaian yang dia cari sudah dia dapatkan Alea buru-buru masuk kekamar mandi untuk mengganti pakaian nya setalah sebelumnya mengunci pintu kamar mandi itu dari dalam.
Baru saja Alea hendak melangkah keluar, "ahhhhhhhhh" teriak Alea kaget dengan sosok yang tiba-tiba sudahlah berdiri di depan pintu kamar mandinya. Laki-laki itu sontak menjauh dan kembali duduk ke tempat tidur itu lagi.
Alea menormalkan sejenak keterkejutannya, detik berikutnya ia keluar dari kamar mandi itu.
"Aku dimana?" Suara laki-laki itu terdengar parau.
"Kamu di kamarku, semalem aku menemukan kau tergeletak di pinggir jalan," jawab Alea sopan.
Laki-laki itu hanya diam dan sambil memijit pangkal hidungnya yang mancung.
"Apa aku boleh pinjem kamar mandi mu?" Tanya dia lagi dengan sopan," tampaknya laki-laki ini cukup sopan," lirih Alea hanya dalam hati, sebelum akhirnya menganguk.
"Maaf anda tidak bisa berlama-lama, aku harus berangkat kerja, jadi mohon maaf jika aku tidak sopan jika harus mengusir mu setelah ini," ucap Alea sopan dan sangat hati-hati agar orang itu tidak tersinggung.
"Oh ya tentu saja," jawab laki-laki itu dan kemudian buru-buru masuk dan mencuci mukanya , lalu kembali keluar dari kamar kecil itu dan menyusul sang pemilik kamar yang sudah keluar dari kamar itu.
Alea melihatnya sekilas, lalu tersenyum, "maaf aku tidak bisa berlama-lama atau aku akan telat masuk kerja karena terjebak macet," ucap Alea sambil membungkukkan sedikit tubuhnya,
"Tidak apa-apa, aku malah berterima kasih sudah mau menolongku semalam,"
"Sudah kewajiban kita menolong sesama bukan, aku hanya melakukan apa yang memang harus aku lakukan," balas Alea dengan suara yang terdengar sangat lembut di Indra pendengaran Reyhan.
"Oh ya, aku Reyhan," ucap Reyhan sambil menjulurkan tangan kanannya, memperkenalkan diri.
Alea menjabat tangan itu sedikit ragu, "aku Alea," jawabnya singkat.
Apa boleh aku pinjam ponsel, aku ingin menelpon seseorang untuk menjemput ku, sepertinya preman preman semalem menggarap habis barang milik saya," ucap Reyhan dengan nada sedikit kecewa.
Alea kemudian merogoh tas yang sudah bertengger di bahu kirinya dan mengambil ponsel miliknya, lalu memberikannya pada reyhan.
Itu adalah awal pertemuannya dengan Alea. Sejak saat itu Reyhan jadi sering mampir di kost Alea, Alea juga sudah memperkenalkan Wiwik, dan mengatakan jika Wiwik lah yang telah membantunya memapah tubuhnya sampai ke kamar kostnya.
Tidak butuh waktu lama bagi Reyhan untuk menyadari betapa cantik dan lembutnya wanita yang sudah menolongnya dalam kegelapan hati kala itu.
Waktu berjalan begitu cepat, Reyhan semakin dekat dengan Alea, lewat cerita ibu kostnya Alea, Reyhan tau sedikit banyak tentang Alea. Alea yang sudah ngekost di tempatnya selama empat tahun, Alea berasal dari kampung, dia menyelesaikan kuliahnya lewat jalur beasiswa yang artinya Alea adalah wanita dengan tingkat kecerdasan di atas rata-rata, "selain cantik, dia juga cerdas dan lemah lembut. Jika saja aku punya anak laki-laki aku pasti akan sangat menginginkan Alea menjadi menantuku," kata ibu kost Alea itu menceritakan bagaimana kehidupan alea sambil tersenyum manis dengan kerutan di bawah kelopak matanya.
Reyhan bercerita akan sosok Alea pada ibunya, entah kenapa Rani ibunya Reyhan langsung antusias dan ingin bertemu dengan sosok wanita yang di ceritakan putranya. Wanita yang sudah menolong putranya itu.
Hari itu Reyhan sudah membuat janji dengan Alea, untuk makan siang di restoran tidak jauh dari tempat Alea bekerja, Reyhan tau, jika ia memilih tempat yang agak jauh mungkin Alea akan menolaknya karena terkendala tranportasi, meski sebenarnya Reyhan bisa saja menjemput Alea, tapi Reyhan tidak mau menyingung dan membuat Alea merasa dituntut dengan keinginannya.
Reyhan sebelum tidak mengatakan pada Alea jika dia juga akan membawa ibunya untuk makan siang mereka kali ini.
Reyhan dan ibunya sudah duduk di meja yang sudah mereka pesan sebelumnya, lima belas menit menunggu namun Alea belum juga dateng, Reyhan merogoh saku celananya dan mengeluarkan benda pipih berbentuk persegi panjang berlogo apel yang di gigit separoh itu dan mulai menghubungi nomer yang beberapa bulan ini mulai memenuhi daftar panggilan di ponselnya.
"Hallo, mas Rey, maaf aku sedikit telat," ucap Alea di sebrang telpon.
"Kamu udah nyampe mana apa perlu mas jemput?" Tanya Reyhan sedikit cemas.
"Tidak usah mas, aku sudah sampai depan restoran," ucapnya dengan napas ngos-ngosan, seperti baru habis berlari.
Pandangan Reyhan beralih ke arah depan restoran, dan benar saja Alea sudah ada di depan, Reyhan melambaikan tangannya, begitu juga Alea.
"Maaf mas, aku jadi membuatmu menunggu soalnya tadi jalanan beneran macet," ucapnya lembut.
"Seharusnya tadi kamu biarin aku jemput, jadi kamu gak mesti panas-panasan kayak gini," sesal Reyhan melihat keringat yang mulai berembun di pelipis Alea.
"Oh ya kenalin, ini ibu aku," potong Reyhan memperkenalkan wanita paruh baya yang belum Alea sadari keberadaannya.
Alea tersenyum, lalu menjulurkan tangannya untuk berjabat dengan wanita paruh baya yang tampak cantik di usianya yang mungkin sudah tidak muda lagi.
"Alea," ucapnya memperkenalkan diri pada wanita yang Reyhan katakan adalah ibunya.
Rani tersenyum hangat pada gadis cantik bermata besar dengan bulu mata lentik itu, entah kenapa Rani langsung menyukai gadis itu di hari pertama mereka bertemu.
Meski Rani sudah tau semua tentang Alea dari putranya, Rani malah sengaja bertanya lebih banyak tentang kehidupan, keluarga, dan pekerjaan gadis itu.
Setelah mengantarkan Alea pulang kerumah kostnya, Reyhan dan ibunya pulang setelah sebelumnya mengobrol sebentar dengan ibu kost Alea.
Di perjalanan pulang, Rani tak berhenti- hentinya tersenyum sambil memuji gadis bermata besar itu.
"Rey, ibu sungguh berharap Alea bisa menjadi menantu ibu, ibu yakin dia adalah wanita yang terbaik untuk dirimu dan untuk anak-anakmu kelak," ucapan Rani seolah menjadi mantra untuk Reyhan. Reyhan hanya tersenyum sambil mengaminkan do'a ibunya yang nyaris seperti permohonan.