Alea duduk bersandar di tepi jendela balkon, ia pandangi rembulan yang masih senantiasa menampakkan senyumnya, angin dingin meniup surai yang tak tertutup jilbab itu, hatinya bergemuruh, bimbang antara ingin bertahan atau haruskah menyerah. "Cintaku memang begitu besar, tapi jika Reyhan lebih bahagia bersama dia, haruskah aku melepasnya," batin Alea.
Ia kembali mensucikan diri, mandi bersih meski belum sempat ia melakukan penyatuan dengan suaminya, namun Alea tetap melakukan mandi sucinya.
Mandi suci adalah mandi yang dilakukan setelah berhubungan badan Antara suami dan istri, atau Sering disebut juga dengan mandi junub, aktivitas satu ini berbeda dari mandi pada umumnya. Sebelum melakukan mandi wajib harus diawali dengan niat dan diiringi doa.
Adapun kondisi yang mengharuskan seseorang melakukan mandi wajib adalah:
1. Keluar a******i dari kelamin perempuan atau laki-laki
2. Ketika seorang wanita baru selesai masa haid atau nifas
3. Berhubungan suami istri meski tidak mengeluarkan air mani
Yang membedakan mandi biasa dengan mandi wajib adalah niat. Berikut niat mandi wajib atau mandi junub setelah berhubungan intim:
Nawaitul ghusla lifrafil hadatsil akbari fardhan lillahi ta'alaa
Artinya: "Aku niat mandi besar untuk menghilangkan hadas besar, fardhu karena Allah ta'ala."
Setelah niat, ada tata cara mandi wajib yang juga perlu diperhatikan. Antara lain:
1. Siram dan bersihkan telapak tangan mulai dari kanan kemudian kiri.
2. Membersihkan kemaluan menggunakan tangan kiri.
3. Cuci tangan setelah membersihkan kemaluan. Lebih bagus lagi dengan cara menggosokkan tangan ke tanah atau sabun.
4. Berwudhu seperti hendak ingin melaksanakan salat.
5. Menyiram kepala tiga kali dan pastikan rambut benar-benar basah.
6. Selah pangkal rambut dengan jari-jari tangan yang basah hingga menyentuh kulit kepala.
7. Siram air ke seluruh tubuh.
8. Membersihkan bagian tubuh sampai ke bagian yang sulit dijangkau seperti lipatan kulit, ketiak dan lainnya.
Setalah menyelesaikan ritual mandi sucinya Alea langsung berwudhu, dan kembali mendirikan shalat Sunnah dua rakaat, mengadu pada sang Robby nya, Allah yang maha esa.
" Tuhan, berikanlah aku petunjuk mu, sungguh aku tidak ingin menjadi istri yang tidak taat pada suami, namun apa daya aku hanya hamba mu yang lemah. Jika dia adalah jodoh yang kau pilihkan untukku maka berikanlah aku hati yang kuat untuk menerima semua ini, namun jika tidak, berikanlah aku kelapangan hati untuk memberikannya kebahagiaan yang mungkin bisa dia dapat dari wanita lain dan mungkin tidak bisa aku berikan selama aku bersamanya."
Alea kembali terisak di atas sajadahnya, ia tak ingat jam berapa dia tertidur, hingga suara azan subuh terdengar mengalun di ponsel Alea. Alea terjaga, lalu di raihnya ponsel itu dan mematikan alarm yang masih berbunyi, Alea kembali menaruh ponselnya di atas nakas, dan berlalu mengambil air wudhu untuk kembali mendirikan shalat subuh.
Begitu Alea melipat sajadahnya terdengar suara pintu di buka, seketika pandangan Alea teralihkan ke sumber suara. " Mas dari mana saja? Aku cariin, maaf aku shalat duluan," ucap Alea seolah ia tak tau menahu kepergian suaminya semalem.
"Aku dari luar, aku terjaga lebih awal dan tidak bisa tidur lagi jadi aku cari udara segar saja," jawab Reyhan santai seolah berbohong sudah menjadi kebiasaannya.
" Oooh, kalo gitu mas mandi dulu sana, baru shalat," sambung Alea , sementara Reyhan hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala.
Reyhan berjalan menuju kamar mandi, ia letakkan ponselnya di atas nakas sebelah tempat tidurnya, Alea melirik ponsel itu, sekelebat pikiran buruk mulai hinggap di otaknya, ia ingin melihat histori yang mungkin ada di ponsel suaminya. Diraihnya ponsel itu, ia menatap ponsel yang kini di tangan.
Alea berdiri di pinggir balkon kamarnya ia menatap Surya yang masih malu-malu menampakkan cahayanya, ia pejamkan mata indahnya untuk menghirup hembusan angin pagi yang masih terasa dingin, setelah sebelumnya ia urungkan niatnya untuk membuka histori ponsel suaminya.
Sepasang tangan kokoh melingkari perutnya, ia tau siapa pemilihnya, ia masih memejamkan matanya. "Sayang, kenapa di luar, udara masih terasa dingin," ucap Reyhan sambil mengecup dan menghirup aroma tubuh sang istri. Alea memilih diam, ia hanya menahan rasa kecewanya. Walau bagaimanapun dia akan berusaha mengikuti permainan yang Reyhan lakukan untuk saat ini.
Siangnya kedua pasangan suami istri itu kini sedang berjalan di pesisir pantai, sesekali Alea menulis beberapa kata di pasir basah yang ia lewati dengan ujung kakinya, ia ingin mencoba berdamai dengan hatinya. Alea akan tetap bersikap seolah dia tidak tahu apa yang sedang suaminya itu sembunyikan.
Alea menunjuk sebuah bangku yang memang sudah di sediakan oleh pengurus tempat wisata panti itu. "Kita duduk di sana mas," ucap Alea lalu menuntun tangan suaminya untuk mengikuti langkahnya. Mereka duduk dengan Alea yang menyandarkan kepala di bahu Reyhan.
" Mas, jika seandainya aku atau mas lebih bahagia dengan orang lain, apa yang akan mas lakukan?" Tanya Alea lembut, agar suaminya tidak merasa tersindir.
"Maksud kamu," Reyhan heran dengan pertanyaan istrinya.
"Seandainya saja. Ini hanya seandainya saja ya mas, seandainya aku atau mas lebih nyaman atau bahagia dengan orang lain, apa yang akan mas lakukan?" Tanya Alea mengulang pertanyaan sebelumnya dengan menekankan kata seandainya.
"Ya, mas akan merelakan mu dengan orang yang mungkin membuatmu nyaman dan bahagia, meski terkadang rasanya menyakitkan, namun jauh dari itu bertahan juga akan membuat keduanya saling menyakiti," ucap Reyhan penuh dengan ketenangan, sementara Alea menarik napasnya dalam dan menghembuskannya pelan.
"Lalu jika seandainya aku mencintai laki-laki lain, apakah mas juga akan melepaskan ku?" Tanya Alea lagi. Dia tau Reyhan cepat atau lambat pasti akan menyadari sesuatu dari ketenangan ku.
"Tergantung. Jika memang dia bisa membuatmu jauh lebih bahagia dariku, mungkin aku akan melepaskan mu bersama dia," jawab Reyhan pasrah. "Tapi kamu gak seperti itu kan sayang?" Tanya Reyhan kembali sembari menatap manik coklat terang milik istrinya. Reyhan yakin Alea tipe wanita yang setia dan taat akan norma. Namun entah kenapa hati kecilnya sedikit tercubit dengan pertanyaan yang Alea berikan.
"Ya enggak lah sayang, kan tadi aku bilang seandainya saja mas," ucap Alea lalu mengecup pipi Reyhan, kemudian berdiri dan kembali menyusuri pantai dengan buih ombak putih yang datang silih bergantian.
Mereka memasuki salah satu kedai di tepi pantai, memesan makan khas pinggir pantai. Baru saja Alea dan Reyhan mencicipi makanannya, ponsel Reyhan berbunyi, Reyhan merogoh saku celananya, mengambil dan melihat panggilan di ponselnya, namun dia mengabaikannya dan kembali memasukkannya lagi.
"Siapa mas? Kok gak di angkat?" Tanya Lea.
"Dokter Dev," jawab Reyhan sambil kembali menikmati makanannya. Tak begitu lama ponsel itu kembali berbunyi.
"Udah di angkat saja mas, kali aja penting," saran Alea.
Akhirnya Reyhan berdiri dan meminta ijin istrinya untuk menerima telpon itu. Alea hanya tersenyum. Sementara Reyhan berjalan menjauh sambil menempelkan ponsel itu di sebelah telinganya. Alea menatap punggung suaminya yang semakin menjauh.
Satu jam
Dua jam
Tiga jam, Reyhan tidak kunjung kembali menemuinya setelah menerima telpon itu, entah kemana perginya "apa dia lupa jika saat ini aku masih menunggunya." Batin Alea, tanpa mau berpikir negatif akhirnya Alea memutuskan untuk balik ke kamar hotel, berharap Reyhan suaminya ada di sana.
Alea memutuskan memilih jalan lain untuk kembali ke kamar hotelnya, jalan yang mengarah kejalan yang beraspal yang mungkin di lalui pengendara seputar hotel, karena menurutnya ini adalah jalan pintas menuju hotel tempat mereka menginap.
Ekor mata Alea menangkap sosok yang sangat dia kenal, ia semakin mempertajam pandangannya. "Jadi itu alasan mas tidak kembali, dan membiarkanku menunggu sampai tiga jam," batin Alea. Di sana Alea melihat sang suami sedang berjalan santai dengan beberapa peperbag di tangannya bersama wanita yang beberapa hari yang lalu dia tahu jika wanita itu adalah istri kedua suaminya. Hatinya tiba-tiba terasa nyeri, ia meremas dadanya, berharap rasa sakitnya sedikit menghilang, hingga Alea memilih pergi dari tempat itu dan kembali ke kamar hotel.