Aku mencium kening Rey yang tertidur sebelum akhirnya aku beranjak bangun untuk pulang.Setelah berpesan pada PRT rumah bibi,aku akhirnya pulang ke rumah.
"Loh Kal mana Rey??"tanya mama begitu aku duduk di sebelahnya.
Aku menghela nafas.
"Drop"jawabku.
Mama dan papa mengerutkan dahinya.
"Ada masalah?"tanya papa antusias.
Aku mengangguk lalu menggeleng.
"Mama ga ngerti"desis mama sambil menatapku.
Aku beringsut sampai bersandar di lengan sofa dan jadi berhadapan dengan papa dan mama.
"Wait.....itu darah kan??"tanya papa sampai merasa perlu bangkit dan memeriksa blus yang aku pakai.
Aku mengangguk.
"Kalian...."mama mulai drama.
"Rey peluk aku setelah selesai operasi.Kami sempat jalan ke mall sampai rumah sakit menyuruh Rey ke rumah sakit karena ada pasien Rey yang anfal"jelasku.
"Trus?"tanya mama dan papa hanya menyimak setelah bersandar juga di lengan sofa jadi hadapan denganku.
"Ya pasiennya tidak berhasil selamat,itu yang buat Rey drop"jelasku.
Papa dan mama menghela nafas bersamaan,helaan nafas lega.
"Reynya mana sekrang?"tanya papa.
"Tidur di rumahnya,tadi aku antar ke rumah setelah selesai operasi pasien.Aku jadi kasihan sih mah....makanya aku bangunin buat antar aku pulang"jelasku.
Papa terdengar menghela nafas.
"Jadi dokter itu sisi lemahnya ya sperti ini .Ada waktu di mana merasa kecewa dalam saat tidak berhasil ,menyelamatkan pasien.Padahal takdir itu kuasa tuhan.Kasihan Rey..."desis mama.
"Sudah kamu juga istirahat!'perintah papa.
Aku hanya menurut.
"sudah makan nak?'jerit mama saat aku sudah melangkah gontai ke kamar.
Aku mengangguk berbohong.Aku tak lapar kalo aku bilang belum makan malam.malah mama bakal maksa aku makan.Akunya malas.Setelah mendengar anggukan mama,aku melanjutkan langkahku ke kamar.
aku buru buru mandi dan tidur.Emosiku lelah seharian ini.
Keesokan harinya aku bangun pagi tanpa perlu mama membangunkanku.Tanpa mandi lagi aku turun ke bawah untuk sarapan.
"Bukan mandi dulu"tegur mama karena melihatku masih pakai daster dan cuma wajahku basah sisa aku cuci muka dan gosok gigi.
"Laper mah lagian udah gosok gigi"cetusku.
Kedua orang tuaku hanya menggeleng pelan.Papa melanjutkan mambaca koran sedangkan aku sibuk dengan akun medsosku.
"Morning....boleh ikutan sarapan ga?"
kami semua menoleh dan menemukan Rey berdiri dan dia kelihatan segar.Aku terbelak dan buru buru memperbaiki posisi dudukku.
"Morning Rey...sini gabung"ajak papa sambil melipat koran.
Aku merona saat Rey mendekat dan mencium tangan kedua orang tuaku lalu dia mengusap kepalaku.
"halo Kal..."sapanya.
Aku tersenyum canggung.Aduh gimana ini,Rey lihat aku berantakan banget.Masih pakai baju daster tidur tanpa lengan dan rambutku berantakan karena aku hanya menjepit tinggi asal asal pada rambutku.
"Kalila malu tuh Rey,belum mandi sudah sarapan"ledek mama tepat Rey duduk si sebelahku.
Aku cemberut saat ikutan duduk dan mendengar tawa Rey.
"Biar tante,kapan lagi lihat muka berantakan Kalila abis bangun tidur"godanya sambil melirikku.
Aku merona lagi.
"Ayo sarapan Rey!!"ajak papa lagi.
Rey tersenyum saat mama meminta pembantu membawakan piring tambahan dan menyuruh Rey makan.
"Makasih tante"katanya sambil menerima piring berisi nasi goreng.
Aku jadi santai melihat Rey juga santai melihatku berantakan.
"Kamu enakan?"tanyaku.
Rey mengangguk.
"Yap!!.Aku bangun jam 3 malam dan baru sadar kamu ga ada.Kamu pulang naik taksi ya?.Maaf om aku ga antar Kalila pulang"katanya menjawab pertanyaanku dan beralih pada papa.
"Ga apa Rey,masih sore juga pas Kalila pulang dan kondisimu ga baik.Gimana pasienmu?"tanya papa.
Dan mengalirlah cerita Rey soal Nadia.Kami mendengarkan saat dia bercerita sambil makan.Tapi memang Rey sepertinya sudah mendapat perhatian mama dan papaku.Dia luwes bercerita dengan sopan sampai dia selesai sarapan juga.
"Hm....dari kejadian itu kamu ga pernah berpikir berhenti jadi dokter kan?"tanya papa.
Rey terdengar menghela nafas.
"Pernah sih om.Tapi saat aku berpikir begitu selalu ada pasien lain yang mendominasi lagi pikiranku dan aku jadi lupa kalo aku pernah hampir menyerah.Jadi sampai saat ini aku masih jadi dokter dan dalam diriku justru timbul keinginan untuk lebih banyak belajar lagi agar lebih banyak pasien yang bisa aku tolong.Lagipula....."jedanya lalu meraih tanganku.
Aku merona saat dia meremas jemari tanganku di atas meja makan.
"Ada Kalila yang bisa kasih aku keyakinan kalo aku adalah perpanjangan tangan tuhan untuk menyelamatkan banyak orang.Aku ga boleh lagi ngeluh om"jawabnya dan membuat perasaanku menghangat.
Papa dan mamaku tersenyum.Aku yang semakin deg deg an.
"Maksih dokter pagi pagi udah bikin perawan baper.Aku mandi dulu deh"pamitku menyelamatkan diri.
Mereka bertiga tergelak melihatku buru buru bangkit.Hadeh bikin malu aja nih dokter keceh.Aku buru buru mandi dan bergabung dengan mereka di ruang keluarga rumahku setelahnya.
"Kamu pergi sama Rey ya ke supermarket!!,mama malas banget dan jadi ada alasankan buat kalian jalan keluar berdua"perintah mama tanpa kompromi lagi denganku.
Aku mendengus kesal.Masalahnya mama kalo belanja pasti banyak banget buat isi kulkas.
"Aku juga malas Mah"tolakku sambil duduk di lengan sofa di sofa single yang Rey duduki.
"Rey aja mau kok,kok kamu ga mau.Tunggu mama ambil catatan belanjaan mama dulu"pamit mama bangkit dan berlalu ke kamar.
"Hadeh kamu ga tau aja kalo mama belanja,ngapa ga cukup sih jadi dokter aja,mesti banget jadi emak emak"keluhku.
Rey dan papa tertawa.
"Aku ganti baju dulu deh"pamitku pasrah karena tidak punya pilihan.
Setelah aku ganti baju dan turun lagi,aku dan Rey pergi juga ke supermarket.Aku dan Rey akhrinya sibuk menyusuri lorong supermarket.
"Kenapa sih kamu malas belanja gini?,kasihan mamamu kan kalo belanjaannya banyak?'tanya Rey.
Aku cemberut.
"Kalo mau jadi istrimu mesti jago belanja isi kulkas gini ya?"tanyaku.
Rey tertawa.
"Belum tau sih....tapi kayanya seru juga Kal,lihat kamu menjiwai sekali jadi emak emak membeli kebutuhan rumah.Dahimu keringetan karena berusaha mengingat letak lorong yang kamu cari dan kamu terlihat makin bertanggung jawab kalo kaya gini.Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan rumah sementara aku cari uang untuk kamu belanjakan"katanya.
Aku memutar mataku dan Rey tertawa.
"Mamaku tuh ribet,Kalo belanja makanan kaya yang makan banyak banget orang,padahal cuma kami bertiga doang.Pembantu kan juga makan makanan yang sama sih,tapi mama selalu kasih uang kalo mereka mau makan makanan lain"jelasku.
"Karena dia mau semua merasa cukup di urus"jawab Rey.
Aku tersenyum.
"Pak dokter kok pinter banget sih....jadi gemes"godaku.
Rey tertawa.Akhirnya aku menkmati juga moment belanja ini.Kami berdebat soal merk produc kalo mama lupa mencantumkan merk.Kami tertawa di bagian daging karena lihat di petugasnya yang memakai pakaian seperti jas hujan karena suhunya lebih dingin.Kami berdebat lagi saat memilih buah dan hal hal yang terlihat lucu tapi menyenangkan untuk di lakukan.Tiba waktu kami membayar belanjaan di kasir yang mengantri.
"Pak dokter kalo besok belanja lagi,kamu pakai helm ya"bisikku.
Rey mengerutkan dahinya.
"Buat apa Kal?"tanya Rey bingung.
"Biar cewe cewe ga mupeng"cetusku.
"Mupeng??"tanya Rey bingung lagi.
Aku menepuk jidatku,lupa kalo pacarku ini bukan netizen.Rey meringis menatapku.
"Mupeng apa?"lagi lagi berbisik.
"Muka pengen di gagahin kamu"jawabku asal,
Rey tebahak sampai mukanya memerah.Aku menyikut perutnya menyuruhnya diam,karena kami jadi pusat perhatian.
"Sory"cicitnya lalu memeluk perutku karena berdiri di belakangku dalam antrian.
Aku menoleh ke belakang karena perlakuannya.
"Kalo gini kayanya kelihatan aku yang mau gagahin kamu kan?"godanya berbisik,
Aku merona,tapi aku membiarkan dirinya memelukku.Kapan lagi di peluk dokter keceh di dapan banyak orang.Aku jadi memilih bersandar di dadanya.Rey mencium pipiku sebelum fokus lagi menatap ke depan melihat antrian.Lebay ya orang kalo lagi jatuh cinta.Benar sih orang bilang,kalo kasmaran mah dunia milik berdua dan yang lain ngontrak.Lihat aja Rey,walau harus jawab handphonenya yang bunyi,satu tangannya tetap mememeluk pinggangku.Setelah selesai juga dia masih sempat mencium pipiku setelah menaruh handphone di saku celana dan kembali memeluk pinggangku.Hadeh dokter basah dah nih kancut.Kok dia tahan ya....aku aja udah merasa kesiksa dengan harum bau tubuhnya.
Tiba giliran kami membayar belanjaan.Aku kalah cepat dengan Rey menyerahkan kartu debitku.
"Aku juga bakal sering numpang makan jadi jangan nolak"jawabnya saat aku protes.
Y sudahlah...malu juga kalo mesti berdebat siapa yang bayar.Setelah itu kami pulang ke rumah.Sampai rumah malah sepi rumahku.
"Mama kemana bi?"tanyaku pada PRT yang mengambil alih kantung belanja.
"Baru aja jalan sama tuan,katanya mau kencan"jawab Bibi.
Aku dan Rey tertawa.
"Keren banget papa dan mamamu'komen Rey.
Aku tertawa.
"Nyonya udah masak non,suruh makan non sama pacarnya,nyonya bilang gitu"lapor bibi.
Aku jadi menarik tangan Rey ke meja makan.Benar saja,udah ada makanan terhidang di meja makan.Rey menurut saat aku ajak makan siang.belanja buat cape dan laper juga.
"Berasa jadi suami beneran deh di layanin makan gini"godanya.
Aku tertawa,
"Makan!!,mengkhayalnya nanti lagi!!'perintahku.
Rey gantian tertawa lalu mengacak rambutku sebelum dia mulai makan.Emang iya sih kaya suami istri gini.Aku jadi merasa perlu mangambilkan Rey minum dan menawarkan lauk buat dia makan.Rey jadi senyam senyum ga jelas melihat kelakuanku.
"Berhenti senyam senyum ga!"keluhku kesal.
"Aku kan ramah sayang....emang kenapa sih?"tanyanya menggodaku.
Aku memutar mataku lalu duduk lagi di seblahnya karena habis mengambil air minum untuk Rey.Setelah selasai makan,aku pamit ganti baju dan Rey menungguku di ruang keluarga.
"Sini yang!!"ajaknya menepuk sofa di seblahnya.
Aku menurut.
"Aku lupa ambil es cream yang tadi kita beli,kamu mau kopi ga?"tanyaku.
Rey mengangguk.Aku jadi bangkit lagi ke pantry.Bibi masih membereskan bekas kami makan saat aku membuatkan Rey kopi dan kembali bergebung dengan Rey setelahnya.
"Makasih Kal!"ungakpnya sambil menerima secangkir kopi dari tanganku.
Aku tersenyum lalu sibuk dengan es creamku.
"Mau ga?"tanyaku setelah Rey duduk bersandar lagi di sofa.
"Ga...aku lagi minum kopi,nanti mereka berantem di perutku.Buat kamu aja"tolaknya sambil mengacak rambutku lalu fokus menonton TV yang dia stel.
Film action,buat aku malas nonton.Aku tapi tidak menjeda dan membiarkan dia menonton.Aku bersandar di bahunya sambil menghabiskan es creamku sampai aku sendawah.
"Jorok!"ejeknya.
"Biarin!!,kan kamu bilang jangan jaim"jawabku sambil meletakan mangkuk es cream kosong di meja.
Rey membiarkan saat aku telentang di sofa dan berbantal pahanya.
"Mau keluar ga?"tanyanya.
"Ga...udah PW"tolakku mulai membuka aplikasi game di handphone.
"PW?"tanyanya lagi lagi.
AKu menghela nafas .
"Posisi wuenak Rey....ampun dah"keluhku.
Rey terbahak lalu diam dan mengusap rambutku.Aku memang sudah di posisi enak kok.Menyenangkan sekali di posisi ini.Papa dan mama yang suka jadi bantalan kepalaku kalo aku tiduran di sofa.Tapi sekarang Rey.Sama Rey malah lebih enak karena dia tidak berhenti mengusap rembutku dan sesekali dia mencium keningku.
"Yang....main game apa sih?"jedanya.
"PUBG"seruku tetap sibuk tembak tembakan.
Rey tertawa.
"Beda ya sama mobile legend?"tanyanya.
"Kamu ga suka main game online ya?"tanyaku
"Ga....aku pikir buang waktu"jawabnya.
Aku tertawa.
"Kan lagi senggang ....sayang..."ejekku.
Rey tertawa lalu dengan santai merebut hanphoneku.
"Apaan sih lagi seru tau!!"protesku.
"Senggangnya sama aku aja"jawabnya.
"Kamu kan lagi nonton.Udah sih nonton aja"
"Maunya nonton kamu"tolaknya menyembunyikan handphone di belakang punggungnya karena aku sudah bangkit untuk merebut handphoneku lagi.
Aku mendengus kesal lalu cemberut.
"Resek!!"cetusku kesal.
Rey tertawa sambil meneyerahkan handphoneku lagi.
"Aku mau kita ngobrol Kal..."rengeknya.
"Cape kalo ngorol"tolakku.
"Emang kita ngobrol sambil lari"ejeknya.
Aku jadi menaruh handphoneku di meja.
"Ayo deh ngobrol!,buruan"perintahku galak.
Rey tertawa.
"Kamu cantik banget sih kalo ngambek gitu"godanya.
"Dih aku sih cantik terus dalam kondisi apa pun"kataku santai.
Rey tertawa lagi.
"Ada CCTV ga sih di sini?"tanyanya aneh.
Aku jadi celingukan.Kayanya ga ada sih kalo ruang pribadi rumahku mah.Kecuali area ruang tamu dan sekeliling luar rumah.
"Ya ada sih.Kenapa sih tanya itu?"tanyaku heran.
"Mau cium kamu,kalo ada CCTV kan tar aku malu ketauan amatiran"jawabnya.
Aku ngakak dan Rey juga.
"Sinian yang!!"kataku menarik tangannya.
Rey menurut dan mendekat ke arahku.
"Kamu ganteng banget sih?"godaku menatapnya.
Rey tertawa lagi.
"Bukan aku yang rayu malah kamu"ejeknya.
Aku tertawa.
"Orang di rumah sakit pada tau ga ya kalo dokternya gesrek?"tanyaku lagi.
Rey tergelak.
"Ga tau lah cantik....kan kalo di rumah sakit aku jaim,sama kamu mah ga perlu jaim kan pacar aku.Lagian masa aku mesti cium susterku"sanggahnya.
Aku merona.
"Mau sih di cium dokter..."rengekku.
Rey tersenyum lalu perlahan menindihku di sofa dan aku gelagapan saat dia menciumku.Oh God......mama aku di tindihin dokter.....Kami berciuman sambil saling meraba.Aku terbuai lagi dengan sentuhan lembut Rey.
"Love you Kal...."desisnya sebelum menciumku lagi.
Untung rumahku selalu sepi jadi tak ada yang mengganggu saat aku dan Rey saling beradu desah dan terengah.Cuma make out sih tapi kok enak gini.Dosa yang menyenangkan.Setelah selesai menggelempar berdua.Rey memelukku.
"Makasih Kal udah mau masuk dalam hidupku yang membosankan"ungkapnya lalu mencium keningku.
Aku hanya tersenyum.Aku lalu tiduran lagi bebantal pahanya.Kali ini Rey ganti mengusap punggungku sampai aku beneran terlelap.Ternyata Rey juga terlelap sambil bersandar di sofa.Aku memilih bangun dan mandi.Rey bangun saat aku selesai mandi.
Mama dan papaku datang saat makan malam dan kami jadi makan malam bersama.setelah makan kami pindah ke ruang tengah lagi.Aku dan mama nonton TV sedangkan Rey main catur dengan papa.Aku suka lihatnya.Rey seakan berusaha sekali meleburkan diri dengan keluargaku.Semoga tetap seperti ini trus sampai tiba kami siap berkomitmen ke tahap lebih serius
###
see you next part ya
kiss and love