Aku menutup kepalaku lagi dengan bantal saat suara mamaku terdengar.
"Bangun sayang....kamu mau sampai jam berapa umpel umpelan di kasur?"tanya mama sambil menyibak gorden kamarku.
Aku berdecak kesal karena silau.
"Mah ih silau!!protesku lalu memeluk gulingku;.
"Bagus masih ada bujang yang mau sama kamu.perawan kaya kamu bukan bangun trus belajar masak malah tidur terus"keluh mama sambil keluar kamarku.
Aku senyam senyum dengan mata terpejam.Hari ini libur.masalahnya di mana kalo aku milih istirahat.Mama ga tau aja suntuknya tiap hari hadapin kemacetan.
Tak lama dering handphoneku terdengar.Tanpa perlu aku lihat,aku tau kalo itu dari Rey,karena sudah aku ganti dengan nada dering khusus.Aku buru buru mengambilnya dan menjawabnya.
"Ya Rey...."sapaku dengan suara serak.
Rey tertawa di sebrang sana.
"Kamu masih tidur?"tanyanya.
Aku tertawa.
"Libur pak dokter"sanggahku.
Lalu handphoneku menunjukan layar permintaan berganti jadi video call.Aku menurut.
"Cantiknya...."puji Rey setelah berganti panggilan video.
Aku tertawa.
"Kalo dusta pakai batasan kali"ledekku sambil memperbaiki posisi tidurku.
Rey tergelak lalu tampak meminum dari botol air minelar.
"Ngegym?"tanyaku karena menyadari Rey bersimbah peluh dan dia toples hanya memakai celana pendek.
"Yap....kan aku mesti tetap ganteng"jawabnya.
Glek!,aku mereguk liurku melihat pemandangan perut rata dan bahu tegak Rey.
"Menikmati pemandangan Nona?"godanya.
Aku langsung merona dan menarik bantal menutupi wajahku dan tawa terbahak Rey terdengar.Pagi pagi buat aku horny...ampun dah nih dokter.Kenapa punya pacar buat aku m***m terus ya!!.
"Kal....aku ngajak kamu ngobrol bukan ngajak bantal ngobrol"protesnya.
Aku menurunkan bantal dan cengar cengir menatapnya.
"Lagi pagi pagi godain aku"keluhku.
Rey tersenyum.
"Ini udah jam 11 siang Kal...jam pagimu bergeser kalo weekend ya?"ejeknya.
Aku tertawa.
"Kamu ngegym dimana?"tanyaku.
"Di rumah!!,bukan ngegym sih tapi lari,aku cuma punya treadmill.Lumayanlah aku jadi bisa lari di rumah.Aku mesti tetap sehat Kal"jelasnya.
"Sound good"jawabku.
"So....jadi mau keluar ga?"tanyanya.
"Aku belum mandi"
"Aku juga belum,tapi udah sarapan.Gimana?"kejarnya
"Apanya?"
Rey mendengus kesal.
"Masih aja jaim sih Kal"keluh Rey.
Aku tertawa.
"Kapan lagi bisa lihat pak dokter ngambek"ejekku.
Rey tertawa juga.
"Ayo mau keluar ga?.Kalo ga mau aku mau tidur"katanya.
Aku diam berpikir.Aku mau ke salon sih kalo hari weekend gini.
"Aku biasanya ke salon kalo hari libur.Atau....kamu tidur dulu deh dan aku jadi nyalon dulu.Sore baru kita nonton atau kemana gitu"saranku.
Rey menghela nafas.
"Okey.....up to you.Nanti kabarin aja aku mesti jemput kamu di mana.Maksih ya kasih aku istirahat"katanya.
Aku tertawa.
"Iya pak dokter....dokter kan juga manusia"godaku.
Rey tertawa.
"Hati hati ya....miss u Kal"pamitnya serius.
Aku tersenyum.
"Iya....miss you too"jawabku
Lalu panggilan kami terputus.Aku menatap handphone sambil senyam senyum.Jadi begini ya rasanya punya pacar?,ada teman buat keluar dan ada yang perhatian.Menyenangkan sekali....Aku lalu beranjak turun dari kasur lalu turun ke bawah.Mama sedang menyiapkan makan siang begitu aku sampai meja makan.
"Gosok gigi!!,malah makan"tegur mama saat aku menyomot lauk di meja makan
"Laper mah...."rengekku.
Mama menggeleng pelan.
"Susul papamu di ruang kerjanya dulu,kasihan kalo di tinggal"perintah mama.
Aku menurut menyusul papaku.Papa sedang menelpon saat aku tiba di ruang kerjanya.Aku mendekat dan perlahan lalu menunduk mencium pipinya setelah itu duduk di meja kerja di hadapan papaku.Papa sampai mesti bergeser mundur .
"Ada apa sayang?"tanya papa masih tetap menelpon.
"Makan"jawabku.
Papa mengangguk lalu melanjutkan menelpon,Aku jadi punya kesempatan melihat berkas berkas kerja yang berserakan di meja kerjanya.Aku tersenyum saat menyadari kalo foto foto bodyguards anak buah papa itu keceh keceh.
"Ayo Kal!!papa laper"ajak papa bangkit setelah menutup telpon.
Aku lompat turun dari meja kerja papa.
"Pah bodyguards papa ganteng ganteng kenapa satu ga di kasih aku sih"godaku.
Papa tertawa.
"Mereka cuma tau untuk jaga kamu,tapi untuk menangani kemanjaan dan keras kepalamu ga akan bisa"jawab papa.
Aku jadi cemberut.
"Trus menurut papa,Rey bisa?"tanyaku.
Papa mengangguk.
"Rey anak pertama Kal,dia pasti cukup bisa bersabar karena punya adik perempuan,minimal dia tau caranya menangani kemanjaan dan rengekanmu.Dan....papa percay feeling papa kalo Rey bisa papa andalkan"jelasnya lagi.
Aku mengangguk
"Masuk akal"cetusku.
Papa tergelak.
"Ayo makan!!"ajakku menarik tangan papaku.
"Wait!!"jedanya melepaskan tanganku.
Aku mundur saat papa membuka laci meja kerjanya dan mengantungi pistol kecil di saku celananya.
"Ya elah...kita di rumah pah....masa bawa pistol sih"protesku.
Papa menghela nafas sambil menutup laci.
"Ga akan ada yang tau kapan bahaya datang Kal,papa sadar punya banyak musuh,untuk itu papa mesti bersiap dan berjaga.Keselamatanmu dan mamamu prioritas papa"jawabnya sambil merangkul bahuku keluar ruangan.
Kami pasti selamatlah,papa aja yang berlebihan.Di depan sudah ada pos satpam yang berjaga dan empat orang bosyguard yang siaga di sekeliling rumahku.Papa terlalu paranoid.Lagian mana mungkin ada tembak tembakan kaya di film holywood sih.Lebay dia tuh.Begitu tiba di meja makan,kami makan dalam hening sampai selesai dan makan buah yang mama siapkan.
"Kamu ga pergi keluar?"tanya papa.
'Nanti mau ke salon,aku mau mandi dulu"jawabku.
"Rey?'tanya mama.
"Tidur mah....tapi dia yang akan jemput aku di salon.Biar dia istirahat dulu"jelasku.
"Pengertian sekali"ejek papa.
Aku tertawa sambil bangkit.
"Cuma belajar kaya mama untuk tidak selalu sering merengek kalo papa mesti kerja atau tidur"ledekku.
Mereka tertawa.
"Aku mandi dulu!!"pamitku.
Mereka memgangguk lalu aku beranjak ke kamar setelah mengucapkan terima kasih dan mencium pipi keduanya.Aku mandi dan bersiap.Aku pakai horpants blue jeans,ya ga terlalu pendek sih,masih sebatas paha dan blus over size warna abu berbahas kaos yang adem sekali di pakai.Aku tersenyum puas dengan penampilanku.Chick,simple dan keren dong.Aku beruntung kedua orang tuaku termasuk yang tidak cerewet soal pakaian yang aku pakai.Mereka santai saja karena tau kalo itu fashion.Setelah yakin dengan penampilanku,aku mengambil sendal teplek dan tote bag putih berukuran besar untuk memuat barang barangku
"Papa antar?"tanya papa
"Aku di antar supir aja,kan ini waktunya papa manja manja an sama mama"tolakku.
Papa tertawa.Aku pikir selesai.Terntyata yang mengantarku bukan supir tapi salah satu bodyguard papa,berlebihan ga sih?.Papaku memang gitu.
Kakakku dulu sering sekali ribut soal ini pada papa,tapi papa seakan buta dan tuli saat kakak mengamuk.
"Suruh gue cari pacar tapi tuh bodyguards ga pernah jauh dari gue Kal.Elo pulang sih Kal.Gue ga punya teman buat lawan papa"rengek kak Alice.
Wakru itu aku hanya tertawa.Sekarang papa gituin aku juga.Tapi aku tak pernah protes soal ini.Aku pikir itu caranya menjagaku.
Setelah setengah jam perjalanan,Sampai juga aku di mall yang poposinya memang dekat sekali dengan rumahku
"Mas pulang aja,nanti saya di jemput teman"perintahku.
Dia mengangguk dan aku buru buru turun dari mobil.Aku langsung masuk ke salon langgananku dan melakukan perawatan rambut.Rey juga tidak menjeda sepertinya dia memang beneran tidur.Aku jadi tak ada yang mengganggu.Sampai keseluruhan perawatan selesai,aku baru mengabarkan Rey dan menshare location padanya
Aku pikir Rey belum datang saat aku rapi perawatan ternyata dia sudah datang..Dia bersiul saat aku mendekat.
"Cantiknya...."desisnya sambil memeluk dan mencium pipiku.
Aku tergelak.
"Pacarku juga ganteng"komenku.
Gantian Rey yang tergelak.Gimana ga ganteng.Dia semakin terlihat santai dengan kaos dan celana jeans juga sepasang sepatu kets.
"Makan dulu ya yang....aku laper"keluhnya sambil menggenggam tanganku menyusuri mall.
"Okey...makan apa?'tanyaku.
"Makan kamu boleh ga?"jawab Rey.
"Kalo udah halal sih boleh....kan belum halal"balasku.
Rey tergelak.
"Yang kita kaya ABG ga sih?"tanya Rey.
"Masa?"
"Aku serius....kamu juga beda banget dengan outfitmu sekarang"jawabnya.
"h***y ga?"tembakku.
Rey menghela nafas.
"Belum halal...jangan mancing mancing aku"jawabnya.
Aku terbahak.Akhirnya kami berakhir di restoran pizza.Kami ngobrol soal apa pun seakan tak kehabisan bahan bicara.Ada saja obrolan kami yang membuat kami terus tertawa.
"Nontonz?'tanya Rey.
"Okey"jawabku cepat.
Rey tersenyum lalu membimbingku keluar restoran pizza dan ke bioskop.Dia memeluk leherku dengan satu tangan dan tangan lain memeluk pinggangku.Aku jadi tak perlu merasa khawatir walaupun pengunjung bioskop menatap berlebihan pada pacar tampanku.
Setelah dapat tiket bioskop kami masuk teater juga.Rey memilih bangku strategis menurutku.Paling pojok tapi bukan yang dekat tembok tapi bangku yang di sisi jalan.
"Kamu yakin ga mau beli cemilan?"tanyanya sebelum lampu teater mati.
Aku menggeleng.
"Aku kekenyangan"jawabku lalu merangkul lengannya dan bersandar di bahunya.Rey bersandar di bangku bioskop dan sesekali mencium pucuk kepalaku saat kami menonton film sampai handphone di saku celananya bergetar.
"Siapa?"tanyaku sambil ikutan menatap ke layar handphonenya yang bergetar dan berkedip.
"Rumah sakit"jawabnya lalu mengangkatnya.
Aku mengawasi saat dia menerima telepon.
"Okey saya ke sana"jawab Rey sebelum menutup telepon.
Aku jadi bangkit dari rebahanku di bahunya.
"Ada masalah Rey?"tanyaku.
Rey menghela nafas sambil menatapku.
"Aku antar kamu pulang ya"jawabnya.
"Ada apa?"tanyaku lagi
"Ada pasienku yang anfal Kal,aku harus ke rumah sakit"jelasnya.
Aku mengangguk mengerti.Dan menurut saat dia membantuku bangkit.Dia berjalan dengan tergesa walaupun tangannya tetap mengggenggam tanganku.Aku jadi terseok seok menjajari langkahnya yang panjang.
"Yang aku ikut ke rumah sakit aja deh,biar aku tunggu kamu selesai dengan urusanmu"pintaku setelah kamu dalam mobil.
Rey menatapaku.
"Kamu yakin ga akan bosan.Aku ga tau berapa lama aku bakal selesai"kata Rey.
Aku tersenyum.
"Ga akan,aku mau lihat gimana kamu jadi super hero"jawabku sambil mengusap pipinya.
Rey menangkap tanganku dan menciumnya.
"Thanks Kal"jawabnya.
Aku hanya mengangguk.
"Nyetir!!,ga mau kecelakaankan??"tegurku.
Rey tertawa sambil melepaskan tanganku yang dia genggam.Dia lalu fokus menyetir lagi.Tiba di rumah sakit,setengah berlari dia menggenggam tanganku sampai tiba di depan ruang operasi dan dua orang suster sudah menunggu,Yang satu memegang baju hijau dan yang satu memegang papan jalan,sepertinya berisi status pasien.
"Dokter Rey!!"sapa suster yang membawa baju khas operasi warna hijau.
Rey mengangguk dan dengan pasrah membiarkan tubuhnya di pakaikan baju hijau.Aku hanya mengawasinya .
"Status?"tanyanya cepat.
Suster yang satu memberikan papan jalan yang dia pegang dengan kertas kertas yang di jepit.Rey tampak mendengarkan saat suster memakaikan masker sedangkan suster yang satu tampak menjawab beberapa pertanyaan Rey.Profesional sekali dan keren dalam sudut pandangku.Dia menerima penutup rambut dari suster yang mengurus bajunya lalu beralih menatapku seakan pamit.Aku tersenyum saat pandangan kami bertemu.
"Semangat...."desisku tanpa suara.
Dia tersenyum sambil mengacungkan ibu jarinya dan berbalik setelah memakai penutup kepalanya.Dan dia lenyap di balik pintu operasi bersama dua suster yang membantunya tadi.Tinggallah aku sendiri di tengah lorong operasi ini.Aku sendiri bingung harus ngapain.Aku jadi memilih duduk di bangku almunium berderet dan membuka handphoneku.Nonton youtube kali ya buat hilangin jenuh.Saat aku sedang serius menonton youtube,datanglah seorang pria kisaran umur 40 tahunan dan seorang wanita memakai kerudung mendekat ke arahku.
"Permisi mba,yang senang operasi putri saya ya?"tanyanya.
Aku menatap mereka setelah menaruh handphoneku di tas.
"Eng...saya ga tau pak...mungkin....saya hanya teman dokter Rey"jelasku.
Si bapak membantu wanita yang di rangkul duduk di bangku.
"Berarti benar Nadia yang lagi di operasi pak,kan suster bilang kalo dokter Rey yang bakal operasi Nadia"kata si wanita sambil mengusap airmatanya.
Aku hanya tersenyum canggung.
"Anak bapak sakit apa?"tanyaku.
Si bapak menghela nafas pelan.
"Bapak lupa namanya mba,itu sakit yang kepalanya gede"jelasnya.
Hydrosepalus....desisku dalam hati,apa ini pasien yang kemarin Rey operasi ya?.Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaan si bapak.
"Kemarin udah di operasi mba,tapi ga berhasil kayanya.Nadia nangis terus dan megangin kepala...."lanjut si bapak dan istrinya menangis.
Aku perlahan meraih tangan si ibu dan meremasnya .
"Sudah berapa lama sakit pak?"tanyaku pelan.
"Dari bayi mba.Sekrang Nadia sudah setahun"si istri yang mengambil alih.
Aku diam setelah mengangguk.Aku lihat gerakan si istri yang mengusap airmatanya.
"Saya harusnya mulai ikhlas....."desis si istri lirih.
Aku hanya diam membisu.
"Bu...dukung usaha dokter Rey ya.....umur itu di tangan Allah"kata si bapak.
istrinya mengangguk
"Tau pak,,,,,kalo bukan karena dokter Rey ,mana mungkin ibu tahan lihat Nadine nangis trus"kilah si ibu.
Aku hanya diam menyimak.
"Mba pacarnya dokter Rey?"tanya si bapak tiba tiba
Aku gelagapan.
'Saya...."desisku merona.
Si bapak tersenyum.
"Dokter Rey itu baik mba.....baik banget....mana ganteng,wajar cari pacar cantik"godanya.
Aku merona
"Mba....saya doain jodoh ya sama dokter Rey"desis di istri.
"Aamiin...."desisku lirih.
Kami lalu terdiam sibuk dengan pikiran kami masing masing.Aku sibuk menatap keramik lantai,si ibu fokus dengan pintu rumah sakit yang masih tertutup,Cukup lama...aku tak tau berapa lama...sampai pintu operasi terbuka dan tampak Rey yang membuka masker dan menarik penutup kepalanya.Kami fokus menatap mata Rey yang tampak letih dan lesu.Perlahan Rey menggeleng pelan.
"Innalilahi.........."desis si bapak yang tak aku dengar kelanjutannya karena aku menjerit panik menangkap tubuh lunglai istrinya.
Rey setengah berlari menghampiriku yang kepayahan menyanggap tubuh lemas si ibu.Rey dengan cekatan memeriksa si ibu dan berteriak memanggil perawat yang keluar dari ruang operasi.
"Bawa ke ruang rawat,tolong hubungi dokter jaga"perintah Rey sambil membantu si bapak agar bisa menggendong istrinya.Aku sudah menangis lalu mundur untuk duduk di bangku almunium yang tadi aku duduki.Aku menatap nanar kesibukan perawat dan Rey yang memberikan perintah dan tak lama ranjang panjang dengan pasien meninggal yang ukuran tubuhnya sudah pasti anak balita di dorong keluar ruang operasi.Rey menatapku dengan kuyu dan baju hijaunya berlumuran darah.
Tatapan kami saling mengunci dan bukan sorat penuh hasrat lagi tapi sorot kesakitan dan kesedihan.Aku terpaku di tempatku saat kesibukan berlalu dan Rey perlahan mendekat.
"Kal....i'm sory...."desisnya lalu berhambur memelukku.
Tangisku pecah,entah untuk siapa.Untuk kegagalan Rey menyelamatkan Nadia atau untuk kesediahanku sendiri.Aku tak tau,apa yang sebenarnya kami tangisi.Perlahan pelukan kami terlepas dan Rey mendorongku duduk di bangku tadi dan perlahan dia merebahkan kepalanya di pangkuanku saat aku sudah berhasil duduk.Dia masih menangis di pangkuanku dan aku perlahan mengusap kepalanya.
"Aku gagal Kal"desisnya lirih.
Aku mengabaikan dan konsen meremas kepalanya.Aku biarkan tangisnya pecah di pangkuanku.Cukup lama keheningan itu tercipta sampai dia bangkit mambuka baju hijau operasinya yang berlumuran darah.
"Pulang yuk!!"ajaknya .
Aku menurut.Dengan langkah gontai kami beriringan menyusuri lorong sampai tiba di ruang perawat di lantai sama.
"Istirahat dokter Rey"kata suster yang sudah setengah baya.
Rey mengangguk sambil menyerahkan baju bekas operasinya tanpa banyak suara.Dia menoleh menatapku
"Ayo yang...."ajaknya lagi dan mengabaikan tatapan dua suster yang ada di depan counter depan ruang khusus perawat.
Aku lagi lagi menurut saat dia menggenggam tanganku masuk lift,kami masih membisu sampai keluar lift dan sudah ada di depan mobilnya.
"Keberatan ga mampir ke rumahku dulu??,aku mau mandi dan ganti baju?"tanyanya.
Aku tersenyum.
"Okey...sini kunci mobilmu,aku yang nyetir"pintaku.
"Kal...aku aja"tolaknya.
"Aku atau aku ga mau ke rumahmu"ancamku.
Rey menghela nafas lalu menyerahkan juga kunci mobilnya.Kami masuk mobil dan aku berusaha fokus menyetir sementara dia memilih menatap keluar jendela mobil.Aku biarkan.
"Alamatmu?"tanyaku.
Dia menyebutkan alamat komplek rumahnya.Dia juga membimbingku sampai kami berhenti di depan sebuah rumah bergaya minimalis dan rimbun.
"Ayo Kal!!"ajaknya saat mobil sudah mendarat mulus di garasi luar rumahnya.
Kami masuk rumah dan seorang pembantu menyambut kami.
"Den Rey....."sapanya.
"Bi...buatin minum ya buat pacar saya,saya mau mandi dulu"perintah Rey setelah itu membimbingku masuk bagian dalam rumah.
Kami berakhir di ruang tengah ruamhanya yang hangat.
"tunggu bentar ya yang...aku mandi dulu"pamitnya.
Aku tersenyum.
"Take your time bae"jawabku sambil mengusap pipinya.
Dia tergelak.Senyumnya masih ada.Aku diam mengamati sekeliling ruangan.Untuk ukuran bujangan rumahnya cozy sekali.Aku jadi nyaman bersandar di sofa yang terlihat luas dan hangat.Aku tak tau berapa lama Rey mandi ,begitu kembali dia tampak segar dan celana pendek dan kaos.
"Mau ganti baju ga?bajumu kena darah"tanyanya sambil duduk di sebelahku.
"Ga usah deh,bukti perjuanganmu"tolakku.
Rey tersenyum miring tepat bibi menyediakan minum.
"Silahkan minum Non"katanya,.
Aku tersenyum
"Makasih bi..."jawabku.
Rey malah yang mengambil gelas untukku.
"Minum yang"perintahnya.
Aku menurut.
"Masih jam 7 an malam,bentar ya baru aku antar kamu pulang.Bolehkan??"tanyaku.
"Iya...aku temenin"jawabku.
Rey berbinar.Dan perlahan dia merebahkan tubuhnya dan berbantal pahaku.Kami diam dan aku mengusap kepalanya yang masih basah.Rey tak lama beringsut memungguiku.
"Nadia itu di diagnosa Hidrocephalus beberapa bulan lalu,Aku yang menyadari waktu lingkar kepalamya membesar.Aku sudah memasang selang agar cairan itu bisa mengalir lagi ke bagian tubuh lain tapi...ternyata selang itu tidak bisa berjalan dengan baik.Nadia anfal Kal...aku ga bisa menyelamatkan nyawanya Kal"curhat Rey,
Aku menghela nafas pelan.
"Di atas kuasa manusia ada kuasa tuhan Rey....sadari itu.Kamu kan udah usaha...bukan salahmu kalo akhirnya Nadia tidak bertahan"kataku masih mengusap rambut Rey.
Rey beringsut lagi dan tatapan kami bertemu dengan dia yang masih telentang berbantal pahaku.
"Kamu tau apa yang paling aku benci saat aku tak berhasil menyelamatkan pasienku??"tanyanya.
Aku menggeleng pelan.
"Tatapan sedih saat harapan mereka tidak terkabul.Aku rasanya juga merasa harapan itu lenyap dari diriku Kal...aku seperti merasa tak lagi punya kekuatan padahal aku merasa aku punya kemampuan"ungkapnya.
Aku diam menyimak.
"Aku benci saat bilang kalo jiwa itu tak tertolong dan harus di meja operasi dan itu di bawah kuasaku"lanjutnya,
Aku menghela nafas.
"Siapa yang sanggup sih Rey....siapa yang sanggup mengabarkan kesedihan dan kesusahan??Siapa yang bisa menyampaikan bahwa mereka harus kehilangan orang yang mereka sayang.Ga ada yang sanggup Rey.Tapi tuhan memberikan kamu kemampuan sampai kamu akhirnya bisa jadi dokter hebat,karena tuhan percaya kalo kamu juga punya kekuatan bertahan.Pernahkah kamu berpikir kalo kamu orang terpilih untuk jadi perpanjangan tangan tuhan?"tanyaku.
Rey terdiam lalu dia tersenyum.
"Maksih Kal....."desisnya.
Aku balas tersenyum lalu perlahan menunduk ,mengecup keningnya.
"Coba bobo ya...aku temenin,sedikit aja juga ga apa kok...supaya kamu rileks"saranku.
Rey diam sebentar.
"Tapi sambil meluk kamu"rengeknya.
Aku tersenyum....
"Okey....."jawabku.
Rey beringsut bangun dan aku coba rebahan juga berbagi sofa dengannya.Rey memeluk tubuhku yang tidur memungguinya.Dia melingkarkan lengannya di pinggangku.Aku mengelus pelan dan aku rasakan hembusan nafas hangatnya di tengkukku.
"Love you Kal......"desisnya dan aku merasa kalo aku tak butuh apa apa lagi .
###
maaf ya pendek.....mungkin sampai beberapa hari ke depan.Ada keluargaku yang meninggal dan itu termasuk orang yang terpenting dalam hidupku.....
see you next part ya....
kiss and love