DIMINTA BERTANGGUNG JAWAB

1285 Words
Hari Senin ada kejutan di yayasan! Pak Mahmud mendapat surat pengunduran diri dari Wati. Tanpa menunda Pak Mahmud langsung menanda tangani dan menghubungi bagian Finance. Pak Mahmud bertanya apakah Wati punya utang karena dia belum bekerja tiga bulan. Jadi tidak ada pesangon, tapi kalau ada utang harus dilunasi. Bagian Finance bilang Wati tidak ada sangkutan apa pun sehingga sejak hari itu Wati langsung keluar dari yayasan. Pak Mahmud ingat, Wati juga tak mau hadir saat divisi bagian umum ngajak kondangan bareng ke resepsi pernikahan pak Rusdi hari Sabtu kemarin. ‘Enggak ada angin, enggak ada hujan, pagi ini Wati minta resign,’ begitu pesan yang Diah dan Gilbert terima dari pak Mahmud. ‘Puji Tuhan. Semoga Bapak enggak salah terima pegawai model dia lagi,’ begitu jawaban yang Gilbert kirim untuk pak Mahmud. ‘Alhamdulillaaaaah,’ tulis Diah. Hari ini Diah masih di rumah. Dia ambil libur tiga hari kerja dan Gilbert tahu itu. Sedang kepala yayasan sedang berbulan madu ke Raja Ampat dan baru akan kembali dam 10 hari lagi. Jadi dua minggu Rusdi tak aktif di kantor. Begitu aktif dia akan banyak didampingi istrinya. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ Gita mendengar khabar soal resignnya Wati satu minggu setelah kejadian. Karena Diah tak sengaja berbincang soal pak Mahmud. Gita jadi penasaran karena dia belum bertatap muka dengan Wati, tapi gadis tersebut sudah resign lebih dulu. Sehabis bulan madu nanti Gita akan tinggal sementara di rumah Amah, karena rumah yang Rusdi beli malah di renov pagarnya. Gita alergi debu, sehingga Rusdi menunda pindah ke rumah baru. Untuk sementara dia akan mengajak Gita tinggal di rumah Apa’ dan Amah dulu. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ Hari Kamis, tepat empat hari setelah pulang dari bulan madu dan aktif kembali di yayasan. Sejak Siang kota udang diguyur hujan cukup deras dan mulai mereda sejak sore. Rusdi dan Diah serta Gilbert baru saja selesai meeting intern. Diah dan Gilbert pulang jam lima sore sesuai jadwal. Tapi pengantin baru belum hendak pulang, karena Rusdi merasa masih banyak berkas yang harus dia periksa setelah dia non aktif selama tiga minggu. Bahkan mungkin lebih lama dari tiga minggu, karena sejak persiapan ke Bandung itu dia mulai tidak terlalu fokus pada yayasan. Gita dan Rusdi baru selesai salat Isya berjamaah ketika satpam melaporkan ada tamu yang memaksa masuk ingin bertemu dengan pak Rusdi. Bertamu di luar jam kantor tapi datang ke kantor pasti aneh kan? Bagaimana bila Rusdi sudah pulang? “Suruh masuk saja, dan kasih tahu satpam lain merapat ke sini,” perintah Rusdi sambil melipat sarung dan dia berikan pada istrinya. Rusdi dan Gita dikejutkan dengan kedatangan tamu tidak diundang ke kantornya pada saat itu sekitar jam delapan malam ketika hujan gerimis sedang mengguyur kota mereka. Tamunya seorang Ibu paruh baya dan seorang remaja tanggung. Baik Gita mau pun Rusdi tidak mengenal kedua tamu itu, tapi mereka tetap menyambut tamu tersebut dengan sangat baik. “Silakan duduk Bu, Dek,” sambut Gita ramah. “Sebentar saya bikin kan kopi dulu,” lanjut Gita. Karena situasi di luar sedang hujan dan dingin, Gita pun menawarkan kopi pada kedua tamunya. “Enggak usah,” si Ibu ini malah menanggapinya dengan ketus dengan nada sedikit membentak. Meski pun terkejut dengan responnya Gita tetaplah berjalan ke pantry untuk menyiapkan minuman sekaligus bagi dirinya dan suaminya. “Maaf. Ibu ini siapa dari mana dan ada keperluan apa malam-malam datang ke kantor saya? Kebetulan saja kami ada keperluan sehingga ada di kantor sampai malam. Kalau kami tidak ada di kantor, Ibu tak bisa bertemu saya,” Rusdi bertanya sopan pada tamunya. Rusdi juga tak suka intonasi Ibu tersebut yang telah berani membentak istrinya sebagai nyonya rumah. “Saya ini bibinya Wati, mantan karyawan kamu. Dan yang ini Ratna adiknya Wati,” balas Ibu yang bernama Husnaeni atau biasa dipanggil bu Nenny itu. “Silakan minum Bu, saya bikin kan teh saja takut tidak minum kopi,” Gita meletakkan tiga gelas teh hangat dan satu gelas kopi untuk suaminya. “Oh Ibu keluarganya Wati. Maaf Ibu ada apa ini jauh-jauh datang ke sini saat sudah malam?” tanya Rusdi sopan. “Kami mau minta tanggung jawab kamu.” jawab bu Nenny. Gita pias. Usia penikahannya baru tiga minggu dan sekarang ada seorang Ibu yang datang minta tanggung jawab suaminya. Gita langsung mundur ke belakang. Dia tak percaya rumah tangganya akan hancur sejak awal seperti ini. Gita tak sanggup lagi bertahan. Dia duduk lemas di kursi pantry. Tak disangka, lima tahun hubungan LDR mereka, baru tiga minggu menikah sekarang sudah ada perempuan yang minta pertanggungan jawab suaminya. Istri mana yang sanggup bertahan? Tanpa pamit pada suaminya, Gita keluar lewat pintu keluar masuknya office boy. Dia langsung pulang naik ojek online ke rumah Ambu. Bukan ke rumah Amah mau pun ke rumah ibunya. Rusdi masih belum sadar kalau Gita terluka mendengar perkataan bu Nenny kalau Wati minta per tanggung jawaban darinya. “Maksud Ibu pertanggung jawaban apa? Sedang saya tak pernah ngobrol berdua dengan Wati. Baru satu kali saja dia boleh ikut mobil saya dan saya antar sampai halte, tidak ke kamar kostnya. Selebih dari itu kami tak pernah bicara apa pun,” bantah Rusdi dengan yakin. Karena itu memang kejadian sebenarnya. “Keluar dari kantor kamu Wati berubah aneh,” jelas bu Nenny. “Perubahannya bagaimana Bu? Dan kenapa dikaitkan dengan saya?” cecar Rusdi. Dia bingung mengapa harus bertanggung jawab terhadap sesuatu yang bukan urusannya. “Tidak tahu, sejak pulang dari Cirebon dan bilang sudah resign dari kantor ini Wati seperti hilang akal, dia bahkan sering kesurupan gara-gara kamu. Pokoknya kamu harus tanggung jawab terhadap Wati,” desak Nenny. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ ”Teteh, ada apa?” tanya Diah menyambut kakak iparnya yang datang menangis. Badannya cukup basah karena naik ojek online tanpa jas hujan. “Mana Ambu?” tanya Gita. “Ada, dia sedang menonton sinetron. Ayo masuk,” ajak Diah. “Hai cantik,” sapa Ambu dengan lembut. “Kenapa?” tanya Ambu bingung saat Gita memeluknya sambil menangis, bukan sekadar salim seperti biasa. Dia rasakan pakaian istri keponakan nya basah. “Ade, Ambu. Please biarkan aku sendiri di sini malam ini saja. Jangan bilang ke A’a atau Amah,” pinta Gita sambil terisak. Dia ambil teleponnya, dia kirim pesan pada Ibu dan amahnya agar tak perlu mengkhawatirkan dirinya, sesudah itu dia matikan teleponnya. “Aku sama A’a lagi lembur, kami baru selesai makan malam dan salat Isya. Lalu ada tamu. Dia bilang dia bibinya Wati,” jelas Gita. “Dan yang tak bisa aku terima, dia minta A’a bertanggung jawab terhadap Wati. Aku enggak kuat Ambu. Aku enggak akan mau poligami. Terlebih dengan perempuan licik seperti Wati. Pasti aku akan selalu salah di mata A’a karena rekayasanya. Aku enggak sanggup,” Gita menuntaskan cerita. Tentu saja Ambu dan Diah tak percaya kalau Rusdi sampai berbuat kotor seperti itu. “Kamu tidur sama Ambu. Ambu yakin Rusdi akan mencari sampai ke dalam kamar Diah. Tapi dia tak berani masuk kamar Ambu. Sekarang kamu mandi air hangat dan ganti baju. Diah ambilkan baju ganti buat tetehmu dan minta bibik di dapur bikin teh madu. Bilang bibik jangan cerita apa pun pada A’a,” Ambu langsung mengatur semuanya. Dia paling benci perselingkuhan. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ Dibantu tiga orang satpam Rusdi berhasil ‘mengusir’ bu Nenny dan Ratna. Tentu semua satpam memberi kesaksian bagaimana perilaku Rusdi dan mereka juga memberitahu kalau Wati hanya satu minggu bisa kenal Rusdi di yayasan, karena sehabis itu Rusdi pergi ke Bandung, lalu menikah dan Wati resign saat Rusdi menikah. “Yank,” sepeninggal bu Nenny dan Ratna, Rusdi langsung ke pantry mencari istrinya. Tapi tak ada Gita di pantry, juga tak ada di mana pun. “Bu Gita sudah pulang sejak tadi, naik motor online, gerimis enggak pakai jas hujan Pak,” seorang satpam yang berjaga di luar memberi tahu kenyataan kalau Gita sudah pulang tanpa pamit.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD