Friend With Benefits

436 Words
Jayler mendengar suara tawa renyah milik Irin ketika perut teIanjang wanita itu ia sentuh menggunakan telunjuknya. Mereka masih di atas tempat tidur, kira-kira sekarang jam tujuh pagi. Irin duduk hanya memakai br*a, punggungnya sengaja bersender pada tepian ranjang. Selimut menutupi sepanjang kakinya sampai bawah perut. Dan tangan usil Jayler tidak mau diam. Lelaki itu menaruh kepalanya di pangkuan Irin. "Buncit," ledek Jayler. "Nggak." Irin ingin sekali mencubit hidung mancung Jayler. "Ini karena semalem makan mie, menyebalkan kamu!" "Tapi tetap cantik." Jayler membawa tangan kiri Irin untuk ia kecup sayang. "Oretha Irin selalu cantik. Cantik sekali." Perlakuan manis seperti ini sudah sering Irin dapatkan semenjak empat bulan lalu mereka berdua memutuskan untuk saling bertemu jika membutuhkan. Entah apa yang membuat Jayler betah dengan Irin, karena biasanya lelaki playboy itu tidak akan bisa bersama dengan perempuan lebih dari sebulan. Mereka berdua melakukannya dengan sadar bahwa mereka bersama untuk bercinta. Bukan untuk yang lain. "Kamu jadi ke Yunani?" Jayler menaruh tangan Irin di dadanya. Ia memposisikan tidur dengan lurus agar bisa menatap Irin. "Padahal baru pulang dari Korea." Irin mengangguk. "Yap." "Papi kamu nyuruh pulang karena kamu mau dijodohin." "Aku mau fokus berkarir, Jayler. Kamu tahu itu. Aku nggak mau menikah." Irin menjawab. "Kamu aja sana yang menikah. Udah 30 tahun. Tua." "Aku cuma beda dua tahun sama kamu," kata Jayler. "Dan aku juga nggak akan menikah." "Siapa tahu besok kamu ketemu the right one terus pengen menikah." "Siapa the right one aku?" "Aku nggak tahu. Bisa jadi siapa aja." Jayler tidak menjawab karena ia bangkit untuk mengambil ponselnya yang berdering. Bone memanggil. ["Lo bisa ke Amarose, Boss?"] "Ke Mami gue?" ["Amarose gedung apartemen lo lah, pinteeerr...."] "Kenapa, Bone? Ada masalah?" Biasanya jika Jayler harus turun tangan langsung ada sesuatu yang urgent. Meski hal itu jarang terjadi karena Bone bisa mewakilkannya. ["Gue di telepon Pak Wahyu, pengurus apartemen. Penyewa unit no 66 ngotot pengen ketemu pemilik Amarose dan semua kerjaan lo kan pasti lewat gue dulu. Gue udah nemuin si penyewa unit ini tapi dia tetep pengen ketemu lo, pemilik aslinya."] "Apa gunanya gue bayar lo mahal kalau gue masih tetep harus kerja, Bone?" ["Nih cewek gila kayanya, Jay. Serius. Dia yang nunggak, dia yang galak. Masa dia bilang gue nggak cocok jadi asisten boss. Muka gue dikatain mirip tukang parkir."] Jayler ingin terbahak namun dia tahu Bone sedang kesal betulan. Bone melanjutkan, ["Gue pikir orang gila harus ketemu sesama orang gila."] "Jadi maksud lo, gue gila?" Jayler memberatkan suaranya, pura-pura tersinggung. "Gue lagi sibuk, Bone. Tolong handle sama lo. Selamat kerja ya, tukang parkir." Lalu Jayler hanya mendengar Bone mengucapkan kata 'siaIan' dengan penuh penjiwaan. []

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD