"Dasar anak kurang ajar!" Pria itu menjerit seraya melihat ke arah anak yang sedang menggigitnya. Dia adalah Kezia yang sejak tadi memperhatikan gerak gerik pria bertubuh gempal itu, apalagi ketika melihat si bapak tua meremas salah satu organ vital pada tubuh perempuan.
Bukannya merasa takut, Kezia malah menjulurkan lidahnya meledek, membuat pria itu semakin geram dan hampir saja melayangkan pukulan bila tidak ditahan oleh Arkan.
"Ini anak anda Pak Arkan?"
"Iya!"
"Bagaimana bisa anda membesarkan anak anda tanpa sopan santun."
"Dia anak yang baik dan manis," jawab Arkan.
"Jelas-jelas salah mengapa anda membelanya, bagaimana ia menjadi manusia nanti!" jelasnya, aura kemarahan masih terlihat di sana. Sera belum mampu berkata-kata, tangannya masih dingin dan bergetar.
"Yang pasti anak saya akan tumbuh dengan baik!"jawab Arkan tidak gentar. "Tolong jaga perilaku anda Pak Aldi, dia adalah wanita terhormat di sini!" lanjut Arkan seraya melihat ke arah Sera.
"Apa maksud anda?" Ia terlihat semakin tak terima.
Sementara Sera semakin tak karuan.
"Jangan anda pikir saya tidak melihat kelakuan anda! Sekali lagi saya melihat seperti itu, maka tangan ini sendiri yang akan menghajar anda!"
"Kurang ajar ya kamu, Arkan! Siapa dia memang? Calon istrimu? Sampai kau bela begini."
Arkan terdiam, seketika ia membisu. Si kembar berada dalam genggaman tangannya.
"Ya!"
Sera, Kenzo dan Kezia langsung melihat ke arah Arkan.
"Wah ...." Pria gendut itu bertepuk tangan. "Ternyata seleramu ini seorang p*****r ya!"
Hati Arkan memburu, seketika ia lepaskan pegangan tangan kedua anaknya, kemudian ia layangkan pukulan bertubi-tubi pada pada Aldi, ia seperti kehilangan kendali dan sulit menguasai diri.
Suasana semakin panas, orang-orang mulai mendekat. Sera pun membangkitkan tenaganya untuk melerai, sampai ia pun terkena sebuah pukulan dan terpental, sampai akhirnya suasana mulai terkendali setelah petugas keamanan datang dan menghentikan semuanya.
Ternyata istri p****************g itu ada di sini, setelah perkelahian dengan Arkan terdengar cekcok dan adu mulut dari keduanya, hingga akhirnya mereka pergi meninggalkan hotel.
Sementara Arkan, Sera dan anak-anak kembali ke kamar. Sesampainya di sana, Sera membongkar koper dan mencari kotak P3K yang sengaja ia bawa.
Kemudian membawa Arkan duduk di sofa, sementara Kenzo dan Kezia tanpa sepatah kata pun pergi ke kamar, wajah mereka terlihat sangat masam.
"Seharusnya tidak perlu membelaku, pura-pura saja tidak tahu!" ucap Sera dengan suara yang parau. Untuk pertama kali dalam hidupnya, ia merasa sangat dipermalukan.
"Kamu tidak apa-apa?" Arkan melihat sudut bibir Sera memerah.
Wanita itu hanya mengangguk seraya menunduk, tangannya masih bergetar.
Arkan memperhatikan tingkah aneh itu, ia yakin Sera sangat trauma dengan peristiwa yang baru saja terjadi.
"Semua sudah baik-baik saja, tenanglah Sera!"
Tapi Sera semakin tidak terkendali, ia semakin bergetar dan kini mulai terisak.
Arkan bingung, kemudian dengan ragu ia memegang pundak Sera yang kini bergerak-gerak, tangisnya semakin pecah.
"Aku belum pernah dipermalukan seperti ini sebelumnya. Aku takut!" ucapnya sambil tersedu dan tangis yang semakin pecah.
Masih dalam kebingungan, Arkan tidak tahu harus berbuat apa, sampai akhirnya ia hanya diam dan tetap di sini hingga Sera berhenti menangis dan tenang. Setelah itu ia membiarkan pengasuh anak-anaknya itu beristirahat.
Waktu berlalu ... Kenzo dan Kezia sama sekali tidak keluar kamar, mereka belum makan sejak tadi siang. Dengan perasaan yang masih kacau, Sera pun datang membawakan dua piring makanan berisi nasi dan lauknya.
"Makan dulu kalian!" Sera memberikan piring itu. Tapi tanpa disangka, Kenzo melemparkannya sampai semua hancur berantakan. Sera tersentak. Tak lama setelahnya Arkan pun datang karena mendengar keributan.
"Ada apa ini?"
Kenzo melihat ke arah ayahnya. Dengan tangis yang deras dan suara terbata ia berbicara. "Sampai kapanpun kami tidak akan Rela bunda diganti, kalau ayah menikah lagi, kami akan pergi, apalagi bila perempuan itu adalah wanita ini."