KEENAM

1047 Words
Benar saja sejak hari dimana aku bertemu dengan Rosa dia sudah tidak lagi mengganggu keluarga kami. Ponsel mas Dimas juga sudah tidak pernah lagi dibawa kemana-mana. Padahal dulu saat awal kami menikah ponsel milik mas Dimas selalu dibawa kemana-mana, bahkan pipis pun dia bawa ke toilet. Aku dulu tak ada fikiran macam-macam ya karena fikirku mungkin memang kebiasaan dia seperti itu, sampai si Rosa datang dan menghancurkan semuanya itulah aku jadi sering timbul macam-macam kecurigaan setiap dia pergi. "Hari ini mau nonton film ?" Tanya mas Dimas. "Mas Dimas serius ?" "Iya dek, aku serius ajak kamu nonton. Anggap saja sebagai awal pendekatan kita kan ?" Aku tersenyum, entah kenapa aku merasa bahagia sekali, tak pernah seperti sebelumnya selama dua bulan kita menikah. Aku mengangguk mengiyakan ajakan mas Dimas, kupersiapkan diri sebaik dan secantik mungkin agar mas Dimas tidak malu menggandengku ketika kami pergi ke bioskop nanti. "Kamu suka nonton film apa dek ?" "Horor suka mas, romantis juga suka." "Kamu yang pilih filmnya ya dek ?" "Siap mas, tapi apa mas suka sama pilihanku ?" "Apapun yang kamu suka, mas akan ikut suka." Lagi, mas Dimas membuatku tersenyum dengan tutur katanya. Mas Dimas merupakan sosok laki-laki yang tidak banyak bicara, dia juga tipikal pria dingin dan serius. Namun kali ini aku tidak menyangka kalau dia bisa seromantis itu, menurutku dia benar-benar romantis, walaupun kelihatan sepele tapi buatku yang tidak pernah dia perhatikan hal sesimpel itu membuatku sedikit berbunga-bunga. "Aku mau lihat The Conjuring boleh mas ?" "Boleh dong. Kita beli jajan dulu ya sebelum beli tiket ya ?" "Iya mas." Mas Dimas meraih tanganku, dia menggenggamnya dan membawaku berjalan memasuki mall menuju bioskop. Jangan tanya bagaimana rasanya hatiku, tentu aku berbunga-bunga. Aku bahkan hampir tidak bisa bernafas, mataku tak berhenti melihat kedua tangan kami yang saling menyatu. Senyum tak berhenti keluar dari bibirku. ***** "Sayang aku kangen" "Aku juga kangen sayang." "Kapan bisa ketemu?" "Belum bisa sayang, aku susah keluar kalau siang, tau sendiri kan dia banyak tanya kalau aku keseringan keluar di siang hari?" "Hmm yaudah deh oke. Kamu aja terus yang atur jadwal gak usah perduliin aku." "Kok gitu ngomongnya ? Jangan ngambek dong, aku pasti cari-cari waktu buat nyenengin kamu. Kamu sabar ya ?" "Yaudah yank oke. Love you." "Iya." "Kamu kenapa ?" "Apanya ?" "Yaudah aku matiin telponnya dulu." Aku merasa kesal bukan main, Bayu merusak moodku, dia berubah. Aku tau Bayu seperti apa dia itu paling tidak suka jika pada setiap percakapan tidak ada kata "yank" bahkan jika ucapan cinta tidak saling balas, untuk masalah ini dia lebih sensitif daripada aku, jangan bilang lebay, sebagai seseorang yang mengalami puber kedua hal semacam ini sangatlah wajar karena kami berdua benar-benar sedang di mabuk cinta layaknya anak remaja. Tapi malam ini dia mengabaikan kata "yank" yang selalu dia wajibkan, bahkan dia juga tidak membalas ucapan cinta yang aku katakan. Aku merasa dia sudah tidak membutuhkan aku lagi, sebagai kekasih gelap aku merasa hanya dimanfaatkan jika dia tidak memperlakukan aku dengan manis, apalagi aku jatuh hati padanya karena sikap dan tutur katanya yang manis padaku, jadi jika dia sedikit saja abai padaku aku merasa dia hanya memanfaatkan aku dan mempermainkan aku saja. Sejak dari awal kami memutuskan untuk menjalin suatu hubungan yang dibilang "pacaran" sampai sekarang aku masih merasa ragu pada Bayu, bahkan hampir setiap hari aku meminta dia untuk mengakhiri semuanya karena aku tidak mau terlalu dalam jatuh hati padanya. Bagaimana hatiku hanya aku yang tau. Aku tipe orang yang setia dalam berteman dan juga berpasangan, jika bukan karena bom yang sudah kusimpan di dalam hatiku selama bertahun-tahun tentu aku tidak akan berani mendua, jadi bisa disimpulkan jika sampai hatiku benar-benar kuberikan pada Bayu aku takut kalau aku akan semakin terluka karena aku tau bahwa hubungan kita jelas tidak ada ujungnya. "Kenapa di matiin ?" Tanya Bayu lewat chat. "Ga pa-pa" "Kalau aku udah ga cium dan ga manggil yank lagi atau g bilang love you lagi ga usah marah." "Kenapa kok gitu yank ?" "Kan kamu yang ngajarin." "Kamu tu lho sensitif pol sekarang yank. Yaudah vc lagi yuk sayang biar aku bilang love you dan cium kamu berkali-kali." "Gak usah, udah terlambat. Gak penting juga buat kamu." "Apa sih ? Jadi kemana-mana kan ?" "Kalau vc itu kelihatan jelas ekspresi kamu, beda sama chat. Jadi bikin aku tu tau gimana kamu itu sebenarnya ke aku. Kalau cuma chat bilang love dan cium semua orang juga bisa." "Oh jadi kamu berfikir kalau aku tu bohong ya ?" "Ya tanya aja sama diri kamu sendiri bohong apa enggak." "Aku di tempat umum lho, kalau aku di kamar kaya kamu dan tidak ada yang melihat jangankan cuma cium-cium apa aja aku lakuin. Di depanku tu ada orang." "Mana aku tau ? Orang selama kita vc juga kamu ga ada yang customer kan ? Ga ada rame-rame juga disitu. Cuma tinggal balas loveyou doang apa susahnya ? Toh mereka juga gatau kalau kamu telpon bukan sama selingkuhanmu." "Iya maaf, maaf udah udah bikin kamu kesel. Udah ya jangan diperpanjang lagi. Aku sayang sama kamu." "Bohong ! Kamu gak sayang sama aku, kamu gak serius sama aku." "Kalau aku gak serius, aku gak bakalan setiap hari on buat kamu, siang hari kalau ada kesempatan on buat chat kamu walaupun cuma sebentar. Kamu juga tau kalau ruang gerakku terbatas, aku bisa hubungi kamu cuma saat jualan, badanku capek banget kamu tau kan aku sempet cerita ke kamu tadi ? Sampai kepalaku pusing lho enggak aku rasain cuma buat bisa berangkat jualan biar bisa komunikasi sama kamu, aku kurang tindakan apa lagi buat nunjukin keseriusanku sama kamu ? Buat nunjukin kalau aku sayang sama kamu ? Soal ketemu ? Aku juga selalu usaha kan buat cari-cari waktu untuk kamu ?" Malam ini aku bertengkar hebat dengan Bayu, sepele memang, tapi entahlah berada jauh dari dia dan aku tidak bisa selalu bertemu kapan saja dengan Bayu kadang membuatku merasa uring-uringan. Apalagi aku tipe perempuan yang memang suka diperlakukan manis baik itu melalui sentuhan fisik, pelayanan ataupun kata-kata. Bukan Bayu namanya jika tidak bisa membuat aku tenang dan kembali kepadanya. Bahkan suamiku yang sedang duduk di depankupun tidak kuperdulikan sedikitpun karena aku fokus pada Bayu. Aku sama sekali tidak bisa menyia-nyiakan waktu sedikitpun dengan Bayu, entah kenapa buatku waktu komunikasiku dengan Bayu sangat berharga daripada aku berkomunikasi dengan suamiku sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD