KETUJUH

1031 Words
Aku beberes beberapa pakaian dan perlengkapan yang akan kami gunakan untuk pergi liburan. Setelah kemarin mengajakku pergi nonton film mas Dimas mengajakku untuk liburan ke Jogja. Mas Dimas mengajakku liburan ke beberapa pantai di Jogja, liburan 17 agustus kita memutuskan untuk tidak mudik ke kota asal kami, tapi kami memilih untuk berlibur. "Sudah siap dek ?" Tanya mas Dimas yang sudah siap di motornya. "Sudah mas, aku bawa 3 pasang baju cukup kali ya mas ?" "Cukuplah, nanti kalau kurang kita beli disana ga pa-pa dek." "Iya mas." Pukul jam 5 sore kita berangkat ke Jogja, perjalanan dari Klaten ke Jogja membutuhkan waktu kurang lebih tiga jam. Tujuan pertama kita adalah pantai Krakal. Pantai Krakal berada di Desa Ngastiharjo, Tanjungsari, Gunungkidul. Lokasinya hanya berjarak sejauh 65 km dari pusat Kota Yogyakarta. Kami tiba disana sekitar jam 9 malam, sudah sangat terlalu larut memang, karena selama dalam perjalanan kami sempat berhenti untuk makan dan beribadah. Kenapa kami memilih pantai Krakal sebagai tujuan utama kami ? Karena pantai ini terkenal dengan batu karangnya yang besar seperti jalan setapak di atas permukaan laut. Kami memilih untuk mencari penginapan dulu karena memang sudah sangat lelah. menempuh perjalanan selama 4 jam lebih perjalanan membuat kedua kaki kami menjadi sedikit kram dan punggung yang capeknya bukan main. Penginapan yang kami pilih berada tepat di depan pantai Krakal. Kami menyewa satu kamar seharga Rp 100.000,- per malam. Suara debur ombak terdengar jelas dari kamar kami. Tidak ingin menyia-nyiakan waktu setelah beberes kami berdua memutuskan untuk keluar menikmati angin malam dan merasakan deburan om ak di pantai Krakal sambil makan malam. "Terimakasih ya dek ?" Kata mas Dimas sambil menyesap rokoknya. "Untuk apa mas ?" "Untuk segalanya. Semoga setelah ini rumah tangga kita lebih baik lagi." "Aamiin mas." Malam semakin larut, hawa dingin sudah mulai menusuk, sekitar pukul 12 malam kami memasuki kamar kami. Memilih tidur dibalik selimut tebal karena udara sungguh dingin. Mas Dimas menciumku. Dia melumat bibirku dan aku tentu saja menyambut bibirnya dengan penuh rasa cinta, bibir kami saling terpaut, tubuh kami saling menyatu. Kedua jemari mas Dimas bermain di kedua p****g payudaraku membuat aku melepas bibir mas Dimas dan memilih untuk mendesah tanda aku menikmati permainannya. Tak cukup bermaik di payudaraku, mas Dimas menurunkan ciumannya ke d**a, perut dan ke lubang kewanitaanku, mas Dimas bermain disana, dia sama sekali tidak jijik padaku, permainan lidahnya begitu lihai membuat tubuhku berguncang hebat saat aku mencapai pelepasanku. Kami bercinta di malam yang sunyi, debur ombak menjadi saksi bisu betapa keringat kami saling berjatuhan di tengah dinginnya malam, suara desahan saling bersahutan keluar dari bibir kami berdua, malam yang panjang dan malam penuh kenikmatan dari dua insan manusia yang saling mencoba mencinta. ***** "Yank lagi banyak kerjaan enggak ?" Tanya Bayu lewat chat. "Enggak yank, ini aku lagi santai saja dikantor. Kenapa yank?" "Aku mau kesitu, tunggu ya yank, 30 menit lagi sampai." Bayu memang seperti itu. Selalu saja muncul tiba-tiba, tapi jika pertemuan terencana dia malah tidak pernah bisa. Setiap pertemuan kami selalu diatur oleh dia, aku hanya tinggal menentukan hari apa bisa dan masalah tanggal itu semua tergantung Bayu. "Sayang aku sampai ditempat biasa kita ketemu." Kata Bayu mengabari. Aku tidak membalas pesannya, cukup langsung meminta ijin kepada atasan kalau mau keluar cari makan dan menyusul Bayu ke tempat biasa kami bertemu. "Miss you." Katanya begitu aku datang dan duduk disampingnya. "Miss you too yank. Kamu laper ?" Tanyaku begitu melihat dia sudah makan mie ayam. "Laper belum makan. Dia ga masak, yaudah sih aku alasan keluar aja sekalian ijin belanja dan ketemu sama kamu." Katanya sambil mencubit hidungku gemas. "Asik ... Makasih yank selalu usahain cari waktu buat ketemu aku." "Sama-sama yaank, makanya kamu juga jangan protes terus kalau aku gak bisa nemuin kamu pas kamu kangen sama aku. Aku kalau ada celah pasti nyamperin kamu. Jangan bilang putus-putus terus." "Iya yank. Maaf ya." "Jangan ngomong putus-putus terus kalau permintaanmu belum bisa aku turutin. Aku hancur kalau kamu ngomong kaya gitu." "Yank udah. Iya aku salah, aku minta maaf." "Contohnya kemarin, dalam beberapa jam lho kamu sudah 2x ngajak udahan, seseorang itu punya batas kesabaran, selama ini aku yang selalu mempertahankan kalau kamu ngajak udahan, lama-lama kalau sabarku habis aku iyain beneran lho ajakan kamu. Kamu mau kita bener-bener udahan ?" "Ya enggak." "Kalau kamu seperti itu terus lama-lama aku iyain permintaan kamu buat putus." Katanya tegas sambil melihat mataku. "Iya enggak lagi yank, entah kenapa aku tu kalau sama kamu bawaannya ngajak putus, ngajak udahan, padahal kalau kamu iyain juga pasti aku beneran patah hati." "Hmmm." "Berarti kamu emang ga sayang sama aku kalau kamu iyain permintaan aku buat putus." "Bukan masalah sayang gak sayang, lha kamu berkali-kali ngomong begitu. Lama-kelamaan juga capek lho yank, minta udahan, gak percayaan kalau aku sayang sama kamu." "Kamu gak pernah capek ngadepin istri kamu kalau dia berbuat kesalahan ? Kenapa sama aku kamu ga sabar ? Berarti emang aku beneran ga di sayang ?" Bayu menghentikan aktifitas makannya. Dia meletakkan garpu dan sendoknya. Pandangan matanya tegas melihat ke arahku. Bayu menarik nafas panjang dan memejamkan matanya. Berkali-kali dia membuang nafas kasar sebelum akhirnya dia meraih tanganku dan menggenggamnya. "Aku pun pernah di fase seperti ini sama dia, bahkan aku sudah pergi dari rumah dan mengemasi semua barang-barangku." "Masalahnya ?" Akhirnya Bayu menceritakan semua permasalahan rumah tangganya padaku. Permasalahan rumah tangga mereka tidak pernah berubah sedari pertengahan pernikahan mereka, istrinya yang keras kepala, istrinya yang tempramental, istrinya yang selalu tidak pernah menghargai posisi Bayu sebagai seorang suami. Istri Bayu juga tidak pernah mengijinkan dia keluar rumah sendiri dan bahkan tidak pernah dikasih pegangan uang sedikitpun. "Aku sayang sama kamu. Dirumah dia selalu bikin aku pusing dengan segala omelan dia, kamu sekarang tempatku bersandar, ketika aku mulai jenuh dengan sikap dia aku mau kamu nenangin aku." Bayu melihat kedua mataku, netra kami bertemu. Tangannya semakin erat menggenggam jemariku. Matanya penuh harap pengertian dariku. "Iya sayang. Maafin aku ya." "Aku sayang banget sama kamu." "Aku lebih banget banget banget sayang sama kamu." Bayu mencium keningku, semua tak sadar kami lakukan, untung saja belum jam makan siang, jadi tidak banyak orang yang datang untuk makan siang. Apakah ini yang dinamakan puber kedua ? Entah kenapa senyaman ini aku berada di sisinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD