Part 4

3006 Words
Part 4 Lea membuka pintu kulkas di dapur, ia mengambil satu buah kotak s**u rasa strawberry. Ia menancapkan sedotan dan mulai meminum s**u kesukaanya itu. "Bibi! "panggil Lea saat pembantunya melewatinya sambil membawa rak berukuran sedang yang dipenuhi oleh pakaiannya. " Eh iya non. "pembantunya itu menghentikan langkahnya dan menatap anak majikannya itu bingung. " Bibi Lea pengen makan brownies. " Lea menggigit bibir bawahnya lalu menjilat bibirnya membayangkan betapa enaknya kue tersebut. " Ya nanti bibi beliin tapi nunggu bentar gapapa kan? " " Bukan itu bi maksud Lea. "Lea menggelengkan kepalanya beberapa kali dan mengulum senyum simpul. " Lalu apa non? "tanya pembantunya bingung. " Itu Lea mau makan brownies tapi buatan sendiri. "Lea membayangkan kue brownies rasa cokelat dan ditaburi meses cokelat sungguh itu membuat air liurnya hampir keluar sekarang juga. " Oalah gitu, yaya nanti kita sama-sama buatnya. "Pmebantunya mengangguk kepalanya pelan. " Yeee! "pekiknya seperti suara anak kecil yang baru dapat mainan baru, pembantunya itu tersenyum melihat keceriaan Lea walau itu hanya masalah sepele. Setelah itu Lea memutuskan untuk menuju ke halaman belakang rumahnya, ia tersenyum saat melihat bunga baby breath menyapanya. Bunga kesukaannya bersama mamahnya itu selalu membuat hati Lea yang resah hilang seketika. Bunga yang melambangkan kemurnian dan kebebasan dari pengaruh luar dan lahirnya seorang bayi baik laki-laki maupun perempuan. Dulu saat ia lahir, papahnya bercerita jika ia dihadiahkan bunga baby breath berwarna merah muda yang katanya digunakan dalam merayakan kelahiran bayi perempuan atau digunakan untuk mengirim pesan kepada orang yang disukai sebagai isyarat kekaguman. Bunga yang menyatukan papahnya dan mamahnya dipernikahan dulu membuat Lea menyukai bunga itu. Entahlah kalau ia pergi tanpa membawa satu tangkai bunga baby breath akan kurang rasanya seperti ada sesuatu yang tertinggal. Dulu halaman belakang rumah itu hanya lahan kosong biasanya dipakai untuk jemur pakaian atau lainnya namun seiring perjalanan waktu papahnya mengubahnya menjadi taman bunga baby breath dengan beragam jenis bunga tersebut sebagai hadiahnya saat ia berusia 12 tahun. Mamahnya juga menyukai bunga sejak kecil sama sepertinya namun mamanya lebih suka bunga mawar merah tapi mamahnya tak berniat untuk menanam bunga mawar itu berbeda dengan ia yang suka merawat bunga. Lea bisa nangis sehari semalam apabila salah satu bungannya ada yang rusak bahkan pernah sakit hanya karena bunga itu layu. Lea teringat wajah Daniyal yang sepertinya bingung melihat rumahnya yang memang terlihat seperti rumah gubuk terbuat dari anyaman bambu. Sebenernya tak ada yang tau kecuali sahabatnya jika rumahnya memang didesain unik oleh papahnya berprofesi seorang arsitek. Daerah rumahnya yang rawan rampokan itu membuat papahnya dulu memutuskan untuk membuat rumah berbentuk seperti ini. Di depan rumahnya memang ada bengkel dan itu punya orang lain, papahnya menginjinkan siapapun orang yang ingin membuat bengkel di depan rumahnya asalkan tak menganggu. Untuk garasi mobil pun juga didesain unik agar tak kelihatan jika itu adalah garasi mobil. Mobil miliknya kala ia berusia 16 dihadiahkan oleh mamahnya namun tetap saja ia tak boleh menggunakan sendiri kala umurnya masih belum cukup dan harus mempunyai SIM jika ingin mengendarai mobil sendiri. Lea punya sopir tapi sopirnya itu sedang ijin tak masuk karena istrinya menjelang akan melahirkan dan itu membuat Lea juga susah sendiri tapi ia tetap memaklumi sopirnya itu. Mengetahui tentang orang tua Lea sebenarnya mama dan papanya bekerja di luar kota. Sejak orang tuanya menerima tawaran pekerjaan di perusahaan asing membuat Lea juga sedih. Ia sedih karena orang tuanya berubah menjadi sibuk bahkan menghubunginya pun jarang sekali. Pulang hanya tiga bulan sekali dan itu pun masih mengerjakan tugas ketika pulang ke rumah. Dulu papahnya arsitek sedangkan mamahnya adalah penerjemah bahasa. Papahnya kehilangan banyak uang setelah membantu melunasi utang temannya ditambah lagi sebagian besar itu adalah uang kakeknya dan ia harus bisa mengembalikan uang milik kakeknya juga. Benar jika orang tuanya telah bekerja dengan gaji yang sangat fantasis bahkan Lea sering dikirimi uang puluhan juta tapi tetap saja bagi Lea itu tak ada apa-apanya. Lea tersenyum sedih mengingat masa kecilnya yang sangat bahagia sekali kala liburan tiap hari minggu bersama orang tuanya entah itu hanya sekedar di mall, renang, pantai dan sebagainya. Ia ingin sekali memutar waktu ke masa kecil seakan tak mau ia hidup menjadi dewasa yang makin lama ia merasa jauh dengan orang tua. "Huft, Lea rindu kalian. "Lea menatap baby breath yang masih baru tumbuh di pot besar sampingnya. Bagaimanapun ia tak bisa membenci orang tuanya. Lea tak pernah merasakan rasa benci terhadap seseorang walau orang itu berkali-kali menjahatinya entahlah baginya itu sangat sulit. Ia hanya bisa tersenyum disetiap masalah menimpanya padahal hatinya gerimis. Pernah dihujat sana sini oleh orang-orang apalagi tetangganya yang selalu bikin gosip tentang orang tuanya yang terlalu sibuk dan sombong karena tak pernah bertemu sapa dengan para tetangga apalagi rumahnya yang bagi orang-orang tak tau dirasa aneh. Lea memutuskan untuk diam saja, ya itu yang disuruh mamahnya saat ia curhat pada orang tuanya dulu ketika orang tuanya pulang ke rumah. "Non, jadi buat brownies? "suara pembantunya itu membuat Lea langsung mengusap air matanya. Hanya memikirkan orang tuanya saja membuat pipinya menjadi basah, selalu seperti itu di sepanjang malam hari duduk termenung sendiri di sini. " Eh iya bi. "Segera Lea beranjak berdiri dari duduknya. ... " Enak banget ya bi, wahh kapan-kapan Lea mau coba sendiri deh. "Lea memakan kue itu dengan lahap. " Iya non tapi hati-hatinya, bibi juga takut kalau kamu nyalain kompor dan buka oven gitu. "raut wajah pembantjnya berubah cemas. " Iya bi, kalau Lea gak bisa. Lea suruh bibi aja. "Lea terkikik geli. Pembantu itu tersenyum melihat anak majikannya yang dari dulu ia rawat sejak SD kini sudah menjelma gadis remaja yang cantik. Pembantu itu memutuskan untuk melanjutkan kegiatan yang lain setelah dipaksa oleh Lea untuk menyantap kue brownis juga. Setelah kenyang memakan kue itu pun, ia berniat memasukan lagi kue brownis yang masih tersisa banyak. Teringat sosok yang selalu ia pikirkan itu. "Ah besok bawain buat Daniyal juga deh. "Lra tersenyum lebar membayangi wajah Daniyal menikmati kue buatannya. ... " Daniyal coba deh makan brownies ini, aku buat sendiri lho. "Lea menyodorkan kotak bekal berisikan kue brownies sisa kemarin. Daniyal hanya melirik sekilas saja dan menggelengkan kepalanya bertanda tak mau. " Daniyal incip dikit gapapa kok, ini buatan aku. "Lea tetap memohon dengan nada dilembutkan. " Diem! "Daniyal menolak permintaan Lea membuat Lea tersenyum kecut. " Intinya aku kasih di sini nanti cobain ya? "Lea menaruh ke tak bekalnya di dekat tangan Daniyal. " Aku mau ke toilet dulu, jaga tempat duduk ya? "Lea pun bergegas pergi keluar dari kelasnya. Namun sebenarnya ia tak ke toilet melainkan memantau Daniyal dari luar jendela. " Lea, kok lo di sini? "tanya seseorang dari belakangnya membuat Lea langsung menghadap ke belakang. " Eh Elang? "Lea tersenyum melihat teman Daniyal menyapanya. " Lo gak nemenin Daniyal lagi gabut? "Elang juga melihat Daniyal yang sedang menggambar. " Enggh enggah kok, kalau lo? Gak masuk ke kelas bukannya lo tadi disuruh Daniyal ya? "tanya Lea pada Elang. " Oh ya deh, yaudah gue masuk kelas dulu ya! " " Oke! " Lea mematau Daniyal yang berada di kelas, ia juga melihat jika Elang menatap berbinar kotak bekalnya. Dua laki-laki itu mengobrol hanya beberapa saja dan ia juga melihat jika Elang memakan kue brownis itu sampai habis. Lea sedih namun ia mencoba tuk tersenyum setelah melihat Elang yang kembali duduk di bangkunya sendiri dan itu dimanfaatkan oleh Lea untuk masuk kembali ke dalam kelas. "Wahh habis, gimana rasanya apa enak? "tanya Lea pada Daniyal, ia mencoba memancing cowok itu namun ternyata Daniyal tetap bersikap tak acuh padanya. " Eh Lea makasih ya buat browniesnya! Rasanya enak lhoh! "seru Elang sambil mengancungkan jempol padanya. " Oh, lo ya yang makan. Gue kira Daniyal. "Lea tersenyum tipis, ia melirik Daniyal sedangkan Daniyal bersikap biasa saja dan masih dengan bibir yang terkatup rapat. Beberapa menit yang lalu... " Ini dari Lea ya kayaknya? "tanya Elang pada Daniyal. Elang melihat isi kotak bekal itu yang ternyata adalah kue brownies. " Hm, kalau lo mau makan aja. " " Bener nih? Bukannya lo suka banget sama kue ini ya, kan sering tuh dibikinin bunda lo sampai lo rebutan sama bang Adit. "Elang terkekeh pelan mengingat dulu pernah ia main ke rumah Daniyal yang ternyata temannya itu sedang bertengkar dengan kakaknya masalah makanan. " Tinggal makan, banyak bacot. " " Iya deh iya. "Elang pun memakan kue itu dengan lahap bahkan saking enaknya sampai ia menghabiskan kue itu tanpa sisa sedikit pun. ... " Anak-anak tugas selanjutnya kalian bagi kelompok, tapi sepertinya satu bangku aja ya kelompoknya lebih enak gitu lagian ini mudah kok. "seorang guru muda seni budaya menyuruh murid kelas 12 IPA 1 segera menyiapkan alat gambar. " Tugasnya apa bu? " " Tugasnya pertama kalian gambar topeng nantinya ada praktek langsung buat topeng dari tanah liat. Nanti saya akan jelaskan lagi yang praktek itu dan kalian sekarang fokus gambar topengnya nah yang kelompok itu saat buat topeng ya kalau gambar itu tugas individu tapi tetap saja kalian gambarnya bareng dan difoto sebagai tanda bukti. " " Iya bu! "balas seluruh murid itu dengan kompak. Lea menepuk dahinya pelan karena ia lupa tak membawa buku gambar. "Duh ketinggalan pula!" gerutu Lea lalu ia lihat orang pertama kali adalah Daniyal. Laki-laki itu sudah mulai menggaris tepi sesuai arahan guru. Kalau soal seni jangan diragukan, laki-laki itu sangat lihai tangannya menggambar sesuatu. "Daniyal, "panggil Lea dengan nada lembut. Lea mencebikkan bibirnya ketika cowok itu terus saja mencuekinya. "Daniyal. "Lea mulai jengah dan akhirnya... " DANIYAL! "teriak Lea yang sudah mulai frustasi. " Apaan sih? " " WOYY KALAU PACARAN ITU JANGAN DI DALAM KELAS! "teriak teman sekelasnya. " Lea jangan teriak-teriak ngganggu temannya yang lagi ngerjain tugas. "Ibu Elis tersenyum menatap Lea. Lea meringis dan meminta maaf pada gurunya itu. " Ishh gara-gara kamu gak denger aku panggil. "Lea menepuk bahu Daniyal. " Lo kenapa sih? Bisa diem gak! "bentak Daniyal pada gadis itu. " Gue gak bawa buku gambar. " " Trus urusannya sama gue apa? "tanya Daniyal dengah nada ketus. " Gue boleh minta selembar buku gambar lo gak? Lo kan selalu bawa banyak buku gambar. "Ya Lea selalu tau apa yang dibawa Daniyal, yang paling utama adalah peralatan untuk menggambar yang hampir tak pernah lelaki itu lupa. " Beli sendiri! " " Yaelah cuman selembar doang kok. " " Gak! " Lea merasa pasrah saat bu Elis sudah mulai berkeliling dan tiba saat gurunya berada di sampingnya. " Lea mana gambarmu? "tanya bu Elis padanya dengan raut wajah bingung. " Emm anu bu, saya gak bawa buku gambar. "Lea tersenyum merasa tak enak pasa gurunya itu. " Sekarang kamu beli di koperasi ya, kamu ingat kan peraturan jika tak bawa buku gambar? Nanti hukumanmu juga membersihkan ruang seni. Sepertinya cuman kamu yang tak bawa buku gambar. "Bu Elis menatap sekeliling kelas dan hanya Lea yang menurutnya mencolok karena muridnya itu terlihat tak menggambar. " Oh ya bu, maafin Lea ya bu. Lain kali Lea berusaha gak lupa lagi. "Lea beranjak dari duduknya setelah ditegur oleh sang guru. " Daniyal, aku ke koperasi dulu. Tolong jagain tempat duduk aku ya?"Pamit Lea sambil tersenyum lebar pada Daniyal. Kalimat itu sama seperti hari-harj yang lalu membuat Daniyal sampai hapal. Tanpa Lea sadari, Daniyal merasa bersalah dengan ucapannya yang terlihat sangat keterlaluan. Perasaan bersalah muncul ketika gadis itu tetap tersenyum dan tak menunjukkan raut wajahnya yang sedih. Lelaki itu yakin jika Lea pasti akan menangis saat berjalan menuju koperasi. ... Lea bersenandung ria saat berjalan menuju koperasi yang letaknya lumayan jauh karena harus turun ke lantai bawah dan letaknya berada di sebelah kantin. Lea bisa saja beli jika uangnya tak habis karena kejadian kemarin. Lea sama sekali tak membawa uang, ia juga tak bilang pada pembantunya bahwa ia kehilangan uang puluhan juta di kartu ATMnya bahkan ia lupa tak membawa bekal. Tadi saat berangkat sekolah pun ia datang pagi hari sekali agar bisa tepat waktu sampai di sekolah dengan jalan kaki. Ia tak mengeluh karena ini kesalahan yang harus dijalani dan baginya di setiap kesulitan pasti ada kemudahan yang menolongnya selama kita berbuat baik pada siapa pun itu. Ketika berada di koperasi, Lea menghela napasnya panjang karena merasa lelah. Ia duduk di samping koperasi dan berharap ada seseorang yang membantunya di saat kesusahan seperti ini. Selama lima belas menit menunggu akhirnya Lea bisa lega ketika melihat Aqila berjalan ke arah sini. "QILA! "panggil Lea dengan suaranya yang keras. " Lea? "Aqila terkejut melihat Lea berada di sana padahal ini masih jam pelajaran. "Qila, gue minta tolong dong." Lea langsung menghampiri Qila yang sepertinya sahabatnya itu juga akan ke koperasi. "Minta tolong apa Bry? Lo gak pernah bolos kok bolos sih? "tanya Aqila penasaran. " Gue boleh pinjam buku gambar lo gak? Tugas ini gak dikumpulin kok. " Aqila tengah berpikir sebentar lalu ia menganggukkan kepala tiga kali dan mengulum senyum tipis. " Iya, lo tetep di sini dulu ya. Gue ambilin setelah beli penghapus papan." "YES!" ... Lea sudah kembali masuk ke dalam kelas untungnya bu Elis sedang berada di kantor jadi ia tak membuat beribu alasan karena terlalu lama di luar kelas. Gadis itu terlihat santai sekali duduk di bangkunya lalu membentangkan buku gambar itu, ia juga sempat melihat gambaran sahabatnya yang tak kalah bagus dari Daniyal. Temannya itu pencinta seni di bidang gambar bahkan gambarannya seperti nyata jika menggambar tiga dimensi. Daniyal sempat melirik apa yang dibawa Lea. Lelaki itu juga merasa heran melihat Lea yang raut wajahnya bahagia padahal yang dibawa hanya buku gambar bekas terlihat jelas penampilan buku gambar itu. Ia juga ikut melihat gambaran seseorang yang nampak sangat cantik, dari mana gadis itu meminjam buku gambar? Gambaran si pemilik buku gambar itu sangatlah indah. "Daniyal kamu juga menyukai gambaran sahabatku kan? Dia juga pintar gambar kok, eh tapi masih bagusan kamu kok hehe. "Lea tersenyum lebar ketika memergoki Daniyal yang ternyata juga tengah memandangi gambaran temannya. Oh dari sahabatnya, eh kenapa gue kepo banget- batin Daniyal. Daniyal hanya merasa pernah melihat gambaran sebagus itu tapi sepertinya ia lupa entah saat kapan. " Daniyal boleh gak aku pinjam penggarismu? "Lea menatap penggaris milik Daniyal yang berada ditangan si pemilik. Daniyal hanya diam dan menatap penggarisnya lalu menatap Lea sekilas. " Eh gak jadi deh, gue pakai kotak pensil aja. "Lea pun meraih kotak pensilnya yang memang berbentuk persegi panjang. Lea bersenandung kecil dan mulai menggambar sesekali ia tertawa ketika gambarnya tak sesuai dengan harapannya. Walau papahnya pintar menggambarkan, ia tetap tak memiliki kemampuan seperti papahnya. Lagi-lagi Daniyal terdiam dan sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia sadar jika perbuatannya salah namun ini penting untuk gadis itu agar Lea tak menaruh harapan untuknya. Sungguh ia tak begitu tertarik dengan gadis yang menurutnya misterius itu, gadis yang mempunyai rahasia besar bahkan sangat pintar untuk menyembunyikannya. ... Sesuai dengan aturan, Lea menjalankan hukumannya tadi dengan semangat. Berada di ruang seni yang biasanya menjadi tempat latihan anak paduan suara, ekstra musik dan lain sebagainya. Lea mulai membersihkan ruangan itu dengan menyulak meja, alat musik dan dilanjut menyapu lantai. Tak lupa mengelap kaca jendela dan di saat itu pula pintu ruang seni terbuka lantas Lea menoleh ke arah pintu. Terlihat sosok yang ia kenali berdiri mematung di ambang pintu sana. "Lhoh Lea, kok lo ada di sini? "tanya orang itu, sosok itu berjalan masuk ke dalam dan tak lupa menutup pintu ruangan ini. " Eh Satria. "Lea menyapa sosok teman Daniyak itu dengan senyuman ramah. " Ini gue lagi dihukum beresin ruangan seni. "Lea melanjutkan mengelap kaca jendela dari dalam. " Oh pasti tadi gak bawa buku gambar ya? Kenapa lo gak bilang ke gue, gue bakal kasih selembar kertas gambar daripada dihukum gini. "Satria duduk di atas kursi depan piano sambil membawa satu buah botol soda yang diletakkan di meja nakas sampingnya. " Gue gak mau ngerepotin lagian Lea bisa beli kok. "Lea mengulum senyum tipis. " Hmm baiklah, butuh bantuan? "tawar Satria pada Lea. " Tidak usah biar gue sendiri aja, ntar kalau bu Elis ke sini kan berabe. " " Haha iyaya deh. "Satria terkekeh pelan. Menurutnya Lea itu gadis polos, lugu nan lucu namun sayang gadis itu menyukai pria yang salah. Saumpama ia tak memiliki sifat playboy pasti ia akan memacari Lea dan menjadikan Lea, wanita satu satunya di hatinya selain mamanya. Kini seperti biasa, Satria yang tengah gabut saat Pio tak masuk sekolah karena sakit membuat ia bermain di ruang seni. Satria yang menyukai piano dan mulai memainkannya walau tak menyanyi tapi suara dari piano yang dimainkannya itu sangatlah indah. Satria bisa bernyanyi namun mengingat ada Lea di sini membuat dirinya malu dan berakhir ia memutuskan untuk diam sambil menikmati suara yang dihasilkan dari jari-jari tangannya. "Wah bagus juga! "pekik Lea memuji keterampilan Satria saat bermain piano. Satria terkekeh pelan kala Lea memasang wajahnya sangat konyol baginya. Satria hanya tersenyum dan tetap melanjutkan sampai selesai sendirinya. Tangannya menekan tuns piano dan menghasilkan suara yang indah sampai membuat Lea memejamkan matanya saking terasa enak sekali suara yang dihasilkan oleh Satria. " Satria udah lama main pianonya ya? Ahli banget! "seru Lea berjalan mendekati Satria dan mengambil posisi duduk di samping cowok itu. " Dari SD, "balas Satria sembari tersenyum tipis. " Wahh hebat lhoh! "Lea mengancungkan jempolnya tepat di samping Satria membuat Satria terkekeh pelan. " Oh ya gue tau, sempet denger sih kalau lo tadi memang udah minta lembaran kertas gambar kan ke Daniyal? " " Eh? "Lea menggaruk rambutnya tak terasa gatal. " Iya gue tau, maafin temen gue kalau bersikap kasar sama lo. Dia baik kok cuman nada bicaranya yang terbilang ngegas dan sedikit kasar. "Satria menyayangkan sikap Daniyal tadi. " Ah dah biasa kok. "Lea tersenyum mendengar penuturan Satria. " Gue pengen tau sesuatu. "Ucapan Satria membuat Lea penasaran. " Apa? "tanya Lea bingung. " Kenapa lo suka sama Daniyal? Apa memang pertama kali saat mos itu? Cinta pandangan pertama kah? "tanya Satria yang sepertinya sedang mengintogerasi Lea. " Emm kalau itu sih, gue gak bisa ngasih tau. Intinya dari hati gue yang terdalam kalau gue sangat mencintai Daniyal dengan setulus hati gue bahkan gue yakini dalam hati kalau Daniyal adalah jodoh gue. "Lea mendongakkan kepalanya ke atas sambil tersenyum. " Gimana kalau lo ngerasa bosen sama rasa yang tak terbalaskan? "tanya Satria ragu. "Gue gak pernah ngerasa bosen sampai kapan pun itu, gue gak akan nyerah! Fighting!" teriak Lea semangat sambil tertawa pelan. Tawa Lea, senyuman Lea membuat Satria seketika terhipnotis akan kecantikan Lea yang natural. Sebegitunya lo cinta sama dia, Lea. Ya semoga cinta lo terbalaskan sesuai dengan harapan lo-batin Satria yang merasa tak tega pada Lea. Gadis secantik Lea mengalami masalah percintaan seperti itu padahal banyak cowok mendekatinya pun diabaikan dan lebih memilih Daniyal dari sekian ratusan siswa yang ingin mengajaknya pacaran. ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD