Part 3
"Kita akhiri sampai disini ya anak-anak?"tanya Daniyal pada murid-muridnya. Ya ini adalah kegiatan lain di luar sekolah yakni Daniyal membuka usaha untuk menjadi guru les bagi anak-anak yang menyukai seni melukis dan menggambar.
"Baik kakak. "Rata-rata murid Daniyal berusia 7 hingga 10 tahun tapi terkadang Daniyal juga mendapatkan murid yang masih SMP bahkan seusianya.
" Peraturan setelah melukis dan menggambar apa anak-anak? "tanya Daniyal sambil tersenyum melihat ruangan ini kian ramai.
" Membersihkan peralatan lukis dan meletakan peralatan lukis sesuai dengan tempatnya,"balas para muridnya kompak.
Daniyal tertawa pelan mendengar kekompakan mereka saat menjawab ucapannya.
Setelah semuanya selesai dan para murid sudah pada pulang. Kini Daniyal berniat pulang ke rumah tapi sebelum itu ia mengunci pintu tempat dimana ia membuka usaha. Sebenernya tidak ada yang tau seorang pun jika dirinya membuka usaha seperti ini. Ya, ia takut jika dimarahi oleh ayahnya kalau ayahnya mengetahui bahwa ia membuka usaha seperti ini sebab ayahnya melarang ia dan saudara lainnya bekerja disaat masih sekolah.
Tempat yang ia sewa untuk membuka usaha ini ukurannya tak terlalu besar sebelumnya ia menyewa tempat dari uang yang ia tabung sendiri sedari SD sebab ia sudah lama menginginkan ini.
Ketika Daniyal merogoh ponselnya ternyata terdapat lima panggilan yang tak terjawab membuat pikirannya bertanya-tanya. Ketika ia membaca nama si penelpon itu ternyata gadis bodoh yang selalu mengganggunya tapi ia mengabaikannya namun saat akan menaruh ponsel ke dalam tasnya itu tiba-tiba terdengar bunyi dering ponselnya lagi.
"Kenapa sih! "sentak Daniyal yang reflek menekan tombol hijau lalu menempelkan ponselnya di samping telinga kirinya.
" Daniyal tolongin aku!! Disini ada preman, aku takut! "pekik gadis bodoh itu dengan nada tersendat-sendat sebab adanya suara isak tangisnya.
Mata Daniyal membulat mendengar suara ketakutan Lea," Lo ada dimana? "
" Gue ada di gang tembus dekat sekolah, Daniyal tolongin gue. "terdengar suara teriakan Lea dan sepertinya gadis itu tengah berlari. Daniyal juga mendengar suara teriakan preman menggoda Lea.
Tanpa menjawab, Daniyal langsung berlari menuju area yang dimaksud Lea yang untungnya tempat itu tak jauh dari sini, ia tau gang tembus dekat sekolah yang biasanya jalanan itu suasananya sepi saat sore dan jauh dari pemukiman penduduk. Daniyal tetap menyalakan ponselnya dan masih mendengar suara Lea yang terus menerus meminta tolong padanya.
Disisi lain...
Jantung Lea berdegub kencang tak karuan kala para preman di belakangnya masih mengejarnya, sekitar ada tiga orang preman bertubuh kekar meneriakinya juga menggodok khas pria pria berhidung belang. Lea menangis disela-sela ia berlari, yang bisa ia hubungi adalah Daniyal karena ia menggunakan nomer baru dan belum sempat menyimpan nomor ponsel kerabatnya.
Deg!
Mata Lea melotot seketika tersadar jika salah jalan saat di depan tidak ada jalan lain alias ada tembok. Lea langsung membalikkan tubuhnya, napasnya tersenggal, keringatnya juga bercucuran membasahi tubuhnya serta wajahnya yang terlihat jelas.
"Mau kemana neng? Udah lah ikut kita aja, senang-senang. Ye gak ngengs? "salah seorang preman itu terkekeh pelan sambil mengusap dagunya berjambang tipis itu.
" PERGII KALIAN! "
" Kenapa suruh pergi? Kita kan mau berpesta ria. Nanti neng juga kesenengan sama kita bahkan minta nagih pastinya. "para preman itu tertawa terbahak-bahak melihat wajah ketakutan gadis cantik di hadapannya itu berjarak hanya 5 meter.
Lea merasa sangat takut sampai-sampai kakinya terasa kaku di tempat ia berdiri, tangannya menepel ke dinding dari batu bata itu untuk menyangga tubuhnya agar tak oleng saking tak kuatnya untuk berdiri.
"Gue kasih lo uang, gue kasih atm gue sekalian aja deh tapi kalian pergi ya? "Lea merasa gugup mengatakan itu sembari tangannya bergetar mengeluarkan isi dompetnya. Dua atm di dompetnya ia lemparkan langsung tepat di hadapan para preman itu.
" Wahhh dapet atm nih! "
" Eh tapi percuma dong kalau cuman dapet doang, kan abang tampan ini juga mau tubuh eneng yang cakep ini!"pekik preman itu yang diangguki langsung oleh dua orang lainnya.
"itu atm isinya banyak kok! Pliss kalian pergi! Uang lebih baik buat modal kalian biar nggak nganggur! Tuh juga gue kasih kata sandi buat kalian! "Lea spontan berbicara seperti itu ketika para preman itu sudah mulai mendekat.
" Modal? Daripada kerja capek-capek mending gini aja dapet uang plus bonus kan enak! "
" Apa sih neng? Udah ah ikut kita aja, kita akan pesta!! "
" Pesta ria bersama! Hahaha! "
" Nggak! Kalian pergiii dari sini! "jerit Lea ketakutan sambil menutup matanya dan tiba-tiba tubuhnya jatuh ke bawah, ya ia berjongkok karena sudah tak kuat lagi untuk berdiri.
Lea mematung ketika terdengar hantaman kuat dari hadapannya lantas hal itu ia mulai membuka matanya pelan dan melihat sosok penyelamat yang ia harapkan datang akhirnya datang juga sambil membawa balok kayu berukuran cukup besar.
Tiga orang preman kepala botak itu mengaduh kesakitan karena mendapat hadiah hantaman dari arah belakang. Mereka mengumpat mendapati sosok laki-laki remaja yang berada di belakangnya itu. Tapi saat para preman itu akan melawan tiba-tiba terdengar suara sirine polisi hingga membuat mereka bertiga lari terbirit-b***t sembari meneriaki 'ada polisi, kabur!'.
Daniyal menghela napasnya lega ketiga preman itu sudah ditangani polisi yang bertepatan polisi itu tengah berpatroli di area ini dan itu membuat Daniyal langsung meminta pertolongan mereka yang langsung disanggupi oleh mereka.
"Daniyal! Aku takut! "teriak Lea berjalan mendekati laki-laki sang pujaan hatinya itu.
Daniyal terdiam ketika gadis itu memeluk tubuhnya sangat erat, ia melempar as balok kayu ditangannya dan tangannya mencoba melepaskan pelukan Lea.
" Ishh Daniyal aku takut! "Lea mencoba memeluk tubuh Daniyal lagi namun lagi-lagi ditahan oleh sang empunya.
" Dasar gadis bodoh! Udah tau dilarang lewat gang ini masih saja lewat! "bentak Daniyal disertai tatapan tajamnya tapi tetap saja Lea tak merasa takut dibentak oleh Daniyal apalagi ditatap tajam oleh Daniyal.
" Yahh atmku rusak! "gerutu Lea melihat kartu atmnya patah di atas tanah itu, ia berusaha mengalihkan topik ke hal lain.
" Bo--"
"Bodoh, yaya aku memang bodoh kok! "Lea tersenyum manis lalu merangkul tangan Daniyal sambil menyenderkan kepalanya ke bahu Daniyal.
" Ck! Lepas! "
" Gak gak mau! "
Daniyal menghela napasnya pasrah ketika gadis itu memeluk lengannya. Kini mereka berdua berjalan keluar dari gang tembus itu dan mencari jalan lain yang ramai.
Kruyuk~~~
Terdengar suara perut berasal dari perut Lea, Lea menghentikan jalan kakinya membuat Daniyal juga ikut ketarik dan sama-sama menghentikan langkah jalannya.
"Apa lagi? "
" Laper. "
" Ya udah sana! "Daniyal menunjuk salah satu warung makan yang padat dikunjungi para pembeli di pinggir jalan raya itu dan juga ia mulai mencoba melepaskan tangan Lea yang menjerat tangan kananya sedari tadi.
" Uangku habis buat traktir pj kita ke teman-reman lalu dua atmku patah jadi... "Lea tetap menahan tangan Daniyal kini ia buat ayunan tangan Daniyal sambil sesekali melirik Daniyal dengan senyuman penuh arti berharap Daniyal tau apa yang ia inginkan.
Tapi ternyata tidak, Daniyal meneruskan jalannya seolah tak memperdulikan dirinya kelaparan.
"Ihh kok kamu terus aja sih, gak ngajak makan aku ya? Aku kan laper! "rengek Lea namun diabaikan oleh Daniyal.
Daniyal tetap santai berjalan hingga akhirnya Lea berhasil menghentikan jalannya.
" Daniyal aku lapar, aku gak makan siang tadi, lemes nih tubuhku, bisa pingsan akunya. "suara parau Lea membuat Daniyal menghela napasnya panjang dan mencoba tuk bersabar menghadapi ujian kelas 11 ini, bertemu sosok gadis yang sudah mengusiknya sejak masa mos tempo lalu.
" Yaya nanti setelah ke parkiran taman, motor gue ada di sana soalnya. "
" Tapi Iyal, aku kan lemes. Udah gak kuat jalan. "tiba-tiba entah disengaja atau tidak Lea menjatuhkan tubuhnya, reflek Daniyal menarik tangannya dan mendekap gadis itu agar tak jatuh ke bawah.
" Nyusahin! "akhirnya Daniyal pun menekuk lututnya di hadapan Lea.
" Kamu ngapain? "tanya Lea dengan nadanya yang lemas.
" Sini naik! "
" Yeee digendong! "pekik Lea yang tadinya lemas kini semangat dengan matanya memancarkan binar kebahagiaan.
Lea pun mulai perlahan menaiki punggung Daniyal lalu Daniyal mengapit kedua kaki Lea sangat erat. Lea merangkul leher kokoh cowoknya.
" Tapi ada syaratnya,"ujar Daniyal pada Lea.
Lea memandangi wajah Daniyak dari jarak sedekat ini dan berkata, "syaratnya apa?"
" Jangan ngganggu gue apalagi chat gak jelas! "
"Kalau itu aku gak bisa tapi kalau gak chat aku bisa kok."
Daniyal mendengus kesal mendengar ucapan Lea yang kelewat santai padahal baginya itu sangat mengganggunya.
"yaudah gak usah chat gue selamanya. "
" Gak, aku gak mau. Kalau cuman nanti malam gak chat aku bisa kok. "Lagi-lagi terdengar suara Lea yang merajuk membuat Daniyal jengah sendiri.
" Yaudah kalau gitu turun! "Di tengah perjalanan Daniyal pun menyuruh Lea untuk segera turun dari punggungnya.
" Gak aku gak mau! Tadi kan kamu yang nyuruh! "
" Sekarang gue suruh turun! "
"Enggak mau!" rengek Lea, ia tetap melingkarkan kedua kakinya meski tangan Daniyal sudah tak menyangga kedua kakinya.
"Haishhh, turun! "Daniyal mencoba memaksa kembali namun dirinya malah dicekik oleh Lea dari belakang.
" Aww! "Daniyal mengusap rahangnya yang terasa sakit.
" Maaf, "cicit Lea dan ia juga ikut-ikutan mengusap rahang Daniyal.
Apa yang dilakukan Lea malah membuat Daniyal merasa geli dan menyuruh Lea untuk diam saja. Pada akhirnya Daniyal pun menyerah dan tetap menggendong Lea yang terus merengek manja padanya.
...
" Lo bisa gak makan gak pake suara? Jorok tau gak! "Daniyal merasa risih mendengar suara kunyahan Lea. Menurutnya itu adalah sikap tak sopan.
Daniyal memutuskan ke cafe karena motornya masih terparkir di taman dekat cafe ini.
" Aku kalau kelaparan pasti gini. "Lea tetap terus makan pizza tanpa memperdulikan Daniyal yang risih mendnegar suara kecapannya.
" Daniyal nanti nambah satu kotak lagi ya, janji deh aku gak ada suaranya kali ini."Lea tersenyum sambil mengerjapkan matanya dua kali mengabaikan mulutnya yang belepotan karena caus dan sebagainya.
Daniyal hanya melirik sekilas lalu ia melanjutkan makan sambil menatap sekitar jalanan, ya menurutnya itu lebih baik daripada memandangi gadis bodoh yang duduk di seberangnya itu.
"Mbak mbak! "panggil Lea pada seorang pelayan dan itu mengundang Daniyal melihat apa yang dilakukan Lea saat ini.
Seorang pelayan berhijap yang sehabis mengantarkan pesanan itu pun menatap sekitar dan menemukan sosok gadis yang sedang melambaikan tangannya. Pelayan yang tau maksud gadis itu pun segera menuju ke meja sana.
"Iya mbak, pesan lagi? "tanya pelayan itu disertai senyuman yang ramah.
" Mau pesan satu kotak pizza lagi yang kayak ini terus es teh,"ucap Lea.
"Khem khem. "Daniyal terbatuk-batuk saat mendengar ucapan Lea dan ia pun langsung meraih air mineral lalu segera meneguk air putih itu.
" Es teh? Maksud mbak teh botol sosr*? "
" Ah iya, tapi yang dingin ya! "Lea menepuk dahinya pelan, sadar jika salah ucap.
" Baik mbak, ditunggu ya. "Pelayan itu pergi meninggalkan meja mereka berdua.
" Duh gue lupa kirain ini di warung jadi gini deh,"gumam Lea. Ia pun melanjutkan aktivitas makannya lagi.
Daniyal menahan bibirnya agar tak tertawa melihat wajah polos Lea yang tak ada rasa malunya setelah mengucapkan kata yang tidak tepat itu.
Setelah selesai acara makan sore, mereka pun lantas pulang menuju ke rumah tapi sebelum itu Daniyal mengantarkan Lea pulang terlebih dahulu.
Di tengah perjalanan pun, Lea bernyanyi dengan suara cemprengnya tapi tak membuat Daniyal merasa budeg sebab ia memakai helm. Lea memeluk erat tubuhnya dari belakang walau terkadang ia juga menepuk pelan lengan gadis itu jika tak bisa diam di atas motor. Gadis itu sangat aktif seperti tak ada beban di hidupnya.
Tak beberapa lama kini motor Daniyal berhenti tepat di depan sebuah bengkel sesuai intruksi Lea membuat pikiran Daniyal bertanya-tanya kemudian Lea turun dari motornya dengan pelan.
"ini rumah lo? "tanya Daniyal yang merasa bingung.
Daniyal melihat jika rumah itu seperti rumah orang yang hidup di desa, dinding yang terbuat dari anyaman bambu lalu terdapat tulisan bengkel di depan rumah itu.
" Iya, itu rumahku. "Lea tersenyum lebar.
Lea tersenyum lebar dan ia tau jika Daniyal bingung melihat rumahnya seakan tak percaya bahwa itu benar-benar rumahnya.
" Daniyal! "panggil Lea.
" Hem? "Daniyal akan menjalankan motor pun diurungkan.
" Makasih."
Daniyal hanya menganggukkan kepalanya saja namun tiba-tiba tangannya ditarik oleh Lea. Gadis itu memberikan sebuah amplop berukuran kecil berwarna merah muda di tangannya.
"Jangan dibuka di sini! Buka di rumah aja! "Cegah Lea.
" Hem. "
" Yaudah, hati-hati ya! "Lea melihat motor Daniyal yang sudah menjauh pun dengan cepat ia masuk ke dalam rumah tentunya hatinya sangat senang hari ini bahkan ia menampar pipinya berkali-kali seakan tak percaya bahwa ini adalah kenyataan. Kenyataan, dimana ia pertama kalinya makan berdua bersama Daniyal.
Kencan pertama! - jerit Lea senang.
Disisi lain...
Daniyal tak benar-benar pergi dan karena ada rasa penasaran yang tinggi dihatinya itu membuat ia balik lagi. Sungguh rasanya Daniyal tak percaya apa yang ia lihat. Ia melihat jika Lea benar-benar memasuki rumah itu.
"Bukankah gadis itu terlihat dari kalangan orang berada? Tapi kenapa rumahnya terlihat biasa saja ya? "
...
" Habis dari mana A a, tumben pulangnya malem? "tanya Nadya saat membuka pintu depan rumahnya.
" Habis dari rumah teman. "Daniyal masuk setelah mencium punggung tangan Nadya.
" Yaudah gih mandi lalu makan malam. "
" Daniyal udah makan tadi. "
" Oh gitu tapi nanti ajarin Syifa belajar ya, guru lesnya sedang sakit. "
" Iya ma. "
Saat ia akan menaiki tangga,ayahnya tengah turun dari tangga dan menatapnya.
" Habis dari mana kamu? "tanya Bryan melihat anaknya yang masih mengenakan seragam.
" Rumah temen yah. "Daniyal juga tak mencium punggung tangan ayahnya.
" Oh gitu, besok lusa kamu jemput kakakmu di bandara ya, ayah gak bisa karena harus nemenin Nevan kontrol. "Bryan menepuk pundak Daniyal pelan.
" Iya yah. "
Beberapa jam kemudian...
Setelah selesai membantu adiknya mengerjakan tugas kini Daniyal bergegas masuk ke dalam kamarnya. Lelaki itu membaringkan tubuhnya di atas kasur, ia merasa lelah hari ini. Sebenarnya soal usaha yang ia dirikan itu hanya dibuka di hari Rabu, Kamis dan Sabtu sedangkan hari Sabtu dilaksanakan saat siang hari karena ia libur sekolah.
Seketika ia teringat sesuatu membuat dirinya langsung memposisikan tubuhnya duduk.
"Amplop? "Matanya membulat kala mengetahui jika amplop dari Lea itu ia taruh di dalam saku celananya.
" Celana tadi? Haduh! "Pekik Daniyal yang langsung keluar dari kamarnya sembari meneriaki bundanya.
" Kenapa kamu teriak-teriak Daniyal? "tanya Bryan bingung melihat raut wajah gusar putranya.
"Bunda mana ayah? Ini penting." Daniyal khawatir jika bundanya mengetahui amplop itu karena ia yakin pasti gadis bodoh itu membuat keanehan di amplop itu.
"Bunda lagi di belakang. "
" Tuh kan! "Daniyal langsung berlari begitu saja mengabaikan tatapan kebingunan ayahnya.
Sesampainnya di belakang rumah, Daniyal memekik disertai matanya yang melotot.
" Bunda jangan dibuka! "Daniyal langsung mendekati bundanya yang ternyata hampir saja membuka amplop berwarna merah muda itu.
Ketika sudah berada di hadapan bundanya yang masih bingung, Daniyal mengambil amplop itu dari tangan bundanya.
" Bunda minta maaf kalau itu membuat A a marah. "Nadya merasa bersalah padanya ketika melihat sikap anaknya padanya.
" Tidak apa-apa bun, yaudah Daniyal ke kamar dulu ya. "
Nadya mengangguk kepalanya sembari tersenyum tipis.
Sebeluk masuk ke dalam kamarnya, Daniyal merasa penasaran pun lantas membuka amplop itu yang ternyata isinya adalah sebuah tulisan dari kertas yang ia ketahui itu kertas restoran tadi.
Kencan pertama bersamamu
" Aneh, "cibir Daniyal dan ia pun menyobek kertas beserta amplop itu lalu dibuang ke dalam tempat sampah berada di samping kamarnya.
...