Part - 12

1183 Words
Sma Laskar sudah nampak ramai pagi ini. Para murid sudah banyak yang berdatangan. Alena baru saja turun dari mobil Deren. "Gue ke kelas dulu ya, Ren. Makasih tumpangannya." ucap Alena. "Sama-sama, nanti biar gue anter lo pulang sekalian," Alena menggeleng cepat,"Nggak usah nanti gue mau mampir ke toko buku dulu. Jadi nggak usah," "Oke kalau itu mau lo." ucap Deren sambil melambaikan tangannya mengiringi kepergian Alena. Alena sampai di kelasnya. Dia melihat Revan yang tengah ngobrol dengan Rina dan juga Reza. Wajah Alena kembali sebal jika mengingat kejadian sebelum dirinya berangkat sekolah tadi. "Minggir! Gue mau duduk!" usir Alena pada Reza yang tengah majang di bangkunya. "Wih judesnya," Reza bangkit dari duduknya dan mempersilahkan Alena sambil nunduk-nunduk segala. Alena duduk dengan cuek. Revan di sebelahnya sama sekali tidak menggubrisnya dia asyik kedabrus dengan Rina. 'dasar playboy,selamanya tetap playboy' batin Alena. "Malem ini longgar, Al. Yuk jalan," ajak Reza sambil duduk di kursi lain yang tak jauh dari Alena. " Sorry, sebulan ini gue udah di kontrak," jawab Alena judes. Reza hanya bisa nyengir mendengar jawaban Alena, "Kalau gitu gue ngapel ke rumah lo aja gimana?" ajak Reza yang tak takut akan penolakan Alena lagi. "dateng aja, nggak bakal gue ladenin," Alena semakin ketus. "Alin ulang tahun minggu ini, lo datang ke pestanya bareng gue ya," "G-u-e u-d-a-h p-u-n-y-a p-a-c-a-r!" ceplos Alena lambat-lambat di depan Reza. Reza bengong, seluruh kelas bengong.... Alena ikut bengong. Masalahnya dia tidak sadar jika suaranya begitu keras sehingga murid yang lain bisa mendengar apa yang baru saja dia bicarakan. "Jadian sama siapa, Al?" tanya Rina yang langsung menoleh ke arah Alena. "Sama Deren ya?" tebak Rina karena Alena tidak juga menjawab. Diliriknya Revan, cowok itu tengah menatap Alena dengan pandangan misterius. Dia begitu tenang. Tapi entah apa yang ada di pikirannya sekarang. Tett tettt tetttt Bunyi bel masuk menyelamatkan Alena untuk sementara pada pertanyaan-pertanyaan yang akan membuatnya depresi. Sepanjang jam pelajaran Alena begitu gelisah. Bagaimana nanti jika teman-temannya menanyakan hal yang tadi dia ucapkan. Hari ini Revan pun tampak begitu sunyi. Cowok itu hanya diam di tempatnya,tidak membuat suara berisik atau yang lainnya. Revan benar-benar diam. Bel istirahat berbunyi. Lagi-lagi kelas 12.2 di hebohkan dengan kedatangan Deren. Alena sampai bengong karena tidak biasanya cowok itu menemuinya di kelas. Teman-teman sekelasnya pasti akan berpikiran bahwa Deren lah yang menjadi pacar Alena sekarang. "Jadi bener,Ren?" tanya salah satu teman Alena saat Deren berjalan ke arah Alena. "Bener soal?" tanya Deren celingukan. Pasalanya dia tidak tahu dengan situasi yang terjadi di kelas 12.2 pagi ini. Semua mata tertuju pada Deren dan Alena. Bahkan Revan saja melirik sinis ke arah Alena. Alena menelan liur. Kok tiba-tiba dia jadi ngetop begini sih? Alena si ratu es yang tidak pernah menggubris ajakan ngedate cowok mana pun tiba-tiba punya pacar? Gimana nggak heboh. "Al, bisa bicara sebentar?" tanya Deren. "Bisa," jawab Alena singkat. Saat dia berdiri. Tatapan Revan seolah mencengkeram punggungnya. Tatapan biasa saja tapi mencekam di hati Alena. 'sensitif amat, ayolah bersikap biasa aja, kau terlalu tengang akibat perjanjian konyol ini' batin Alena menyemangati. Alena dan Deren keluar kelas bebarengan dengan murid lainnya yang ingin istirahat. "Lo baik-baik aja?" tanya Deren perhatian karena melihat wajah Alena yang begitu lesu dan pucat. Alena menggeleng lalu menunduk, "terus terang gue sakit hari ini," "Gue sakit dan lama-lama gue akan sakit jiwa," imbuhnya dengan suara parau. "Apa ini ada hubungannya dengan ucapan lo tadi pagi?" Alena tidak menjawab. Dia menangis sambil terus menunduk. "Al, lo bisa cerita ke gue apa yang sebenarnya terjadi," ucap Deren sambil memegang bahu Alena. Alena menggeleng,"Gue nggak bisa cerita semuanya ke lo,Ren. Semua emang salah ku," ucapnya masih menangis. Deren tidak tahu harus berbuat apa selain menenangkan dan menunggu Alena selesai menangis. Bell masuk kembali terdengar sebelum Deren kembali ke kelasnya dia berpesan pada Alena. "Kalau lo butuh temen curhat, lo bisa curhat sama gue. Jangan di pendam sendiri," ucapnya. Alena hanya sanggup mengangguk. Dia lalu memasuki kelasnya. Alena melihat dua orang cewek tengah berdiam di bangu Revan. "Ta, udah bell masuk ayo balik ke kelas," seorang teman mengingatkan dengan cemas "Nggak, vi. Sebelum gue ketemu sama Revan," tolaknya. "Tapi dia belum kelihatan sejak bicara dengan lo tadi pagi,Ta. Ayo kita pergi sebelum guru keburu dateng," "Gue bakal nunggu Revan.Vi. lo nggak ngerti gimana perasan gue. Gue nggak mau berakhir seperti ini. Dia berharga buat gue," Alena menarik nafasnya dalam. Dalam hatinya dia begitu was-was. Cewek itu menoleh ke arah Alena yang sudah duduk di bangkunya. Matanya meneliti wajah Alena lalu menegurnya. "Lo pacarnya Revan?" tanyanya yang membuat Alena kaget. Alena nyaris melompat dari bangkunya dan buru-buru menggeleng. "Bohong, gue tau betul cewek incaran Revan seperti apa," pekik cewek itu galak. Alena hanya bisa diam. Dia tidak bisa membela dirinya. apalagi mengaku bahwa memang dia pacar bohongan Revan. Bisa-bisa jadi korban mutilasi oleh para penggemar Revan setelah pulang sekolah nanti. "Lo juga di putusin Revan? Gue denger cewek yang lagi deket sama dia semuanya di putusin," tanya Rina sambil mendekat ke meja Alena berada. Alena kaget di tempatnya, Ternyata Revan menepati perjanjian itu. Dia mendongakkan kepalanya, semua murid cewek di kelasnya memandang ke arahnya dengan penuh selidik. 'Ya Tuhan lindungilah hamba mu ini' batin Alena berdoa dalam hati. Semua tatapan cewek-cewek itu seperti tatapan pembunuh berdarah dingin. Jika mereka semua mengetahui kebenaran jika Alena yang menjadi pacar Revan bisa remuk Alena di keroyok oleh mereka semua. Meski Alena hanya pacar pura-pura cowok terkutuk itu. "Jadi lo juga di putusin?" tanya cewek yang lain. "Iya, tadi malem dia w******p. Gue kira cuma bercanda. Eh tadi pagi gue tanyain lagi serius dong," ucap cewek bernama Nita itu mencoba mengeluarkan uneg-unegnya. "Coba gue tebak, alesan karna dia pengen fokus belajarkan?" tebak salah satu cewek yang lain. "Bener banget. Norak kan?!" "Wah pasti ada yang nggak beres nih," ucap Rina. Bagai di kerumuni orang-orang raksasa. Nyali Alena begitu ciut sekarang. Bagaimana tidak dia sedang di kelilingi cewek-cewek penggemar berat si kutu busuk sialan itu. Dia tidak lagi bisa bernafas dengan lancar. Alena begitu resah. 'Ini kenapa nggak bubar-bubar sih' Batin Alena. "Hei, ada apa ini kok pada berkumpul?" tanya pak Azam yang baru saja memasuki kelas. "Ayo kembali ke kelas masing-masing. Nggak tau sudah bell apa!" perintah pak Azam galak. Seketika kerumunan penggemar Revan bubar. Kembali ke habitatnya masing-masing. 15 belas menit sudah berlalu. Namun Revan belum juga kembali. Alena melihat kedepan kelas, Revan baru saja memasuki kelas dengan memegangi pipi kanannya. "Dari mana saja kamu Revan? Kamu sudah telat 15 menit." tegur pak Azam. "Maaf, pak. Tadi saya ketoilet," "Itu kenapa pipi kamu kok merah?" "Eh, ini pak sakit gigi," jawab Revan asal. Pak Azam mengerutkan dahinya,"Sakit gigi kok ada cap tangannya." "Iya pak karena sakit banget jadi saya pukul-pukul sendiri biar reda," jawaban Revan benar-benar asal ceplos. "Baiklah karena bapak sedang senang hari ini. Jadi silahkan kamu duduk," Revan berjalan gontai ke tempat duduknya sambil terus memegangi pipinya gang masih merah. "Kenapa pipi lo? Habis di cium macan?" tanta Reza di seberang. "Ulah si Kyla sialan. Kecil-kecil tenaganya besar banget. Nyesel gue jadiin dia pacar waktu itu," ucap Revan sambil mengeluarkan bukunya. "Jadi gosip tentang lo yang mutusin semua cewek itu bener?" tanya Reza mengintrogasi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD