bc

NAREVAN

book_age18+
46
FOLLOW
1K
READ
love-triangle
playboy
badboy
goodgirl
student
drama
sweet
royal
another world
friendship
like
intro-logo
Blurb

Hidup ini sangatlah singkat jika hanya mencintai mu di satu kehidupan, aku berjanji jika nanti aku terlahir kembali aku akan mencari mu di kehidupan berikutnya_Narevan Pradana

"Seandainya benar kehidupan kedua itu ada. Gue pengen jadi seperti laut. Dia yang nggak akan berubah. Akan tetap sama di tempat yang sama pula." ucap Revan tiba-tiba.

"Kenapa emang?"

"Karena manusia selalu berubah setiap waktunya,gue nggak mau itu." lanjut Revan.

chap-preview
Free preview
Part - 1
Hari ini hari pertama Alena masuk sekolah. Libur akhir semester telah selesai kemarin. Alena naik ke kelas 3 SMA dengan nilai yang sangat memuaskan. Langkah kaki Alena terhenti saat melewati ruang keluarga rumah besarnya. Seketika wajah cantiknya berubah murung saat melihat sofa putih dan televisi besar berlayar datar yang tengah membisu. Semua masih sama, sepi. Semua sudah berubah, tidak akan seperti dulu. Alena memejamkan matanya sebentar. Dia harus bisa melewati semuanya, lupakan yang terjadi. Bukannya semua itu selalu berhasil dia lakukan.Alena melirik jam tangan bermerk di pergelangan tangan kirinya. Sudah waktunya sekolah, dia harus bergegas. Alena menuruni anak tangga dengan membisu. Pak Tisna membantu membawakan tas sekolahnya. "Hati-hati,non. Tangganya licin," tutur pak Tisna mengingatkan. Alena sama sekali tidak membuka suaranya. Saat di dalam mobil pun dia hanya memilih diam sambil mendengarkan lagu di ponselnya. Mobil sedan hitam itu melaju membelah jalanan pagi ini. Saat mobil berhenti tepat di depan gerbang sekolah. Alena buru-buru berjalan cepat memasuki sekolah. Hingar bingar dan pergantian suasana begitu terasa. "Al! Alena!!" suara cewek terdengar memanggil nama Alena dengan keras. Dia melihat kearah dimana suara itu berasal. Seorang cewek tengah berusaha menyeruak keluar dari kerumunan para murid didepan papan pengumuman. "Kita sekelas lagi," lapornya senang. "Enzi yang malang, dia beda kelas sama kita, hehe... Gue yakin nilai rapotnya bakal anjlok tahun ini," "Kelas berapa kita? Siapa walinya?" tanya Alena penasaran. "12.2 dong. Walinya pak Azam,huh dia lagi dia lagi. Nilai PPKn gue bakal anjlok lagi nih kayak tahun kemarin," gerutu Sandra. "Itu karena lo nyonteknya bego, ketahuan trus di omelin deh. Lagian ya, PPKn aja elo harus nyontek otak lo bener-bener nggak jalan,ya?" ucap Alena cuek. Suasana pergantian tahun ajaran mulai terasa memengaruhinya. "Ye jangan samain gue sama elo. Otak yang terlahir pinter kayak lo nggak bisa di sandingkan dengan otak pas-pasan kayak gue gini," Sandra membela diri. Alena hanya menganggukan kepalanya pelan dan melanjutkan langkah kakinya. "Kayaknya ada murid baru deh di kelas kita. Tadi gue lihat ada nama baru di daftar. Dan itu cowok. Gue harap sih cakep, biar kelas kita nggak ngebosenin kayak tahun kemarin. Sejauh mata memandang hanya gigi tongos si Dodi yang kelihatan," crocos Sandra tanpa henti. "Nggak boleh gitu, kan emang dia naksir lo. Lagian tahun kemarin kan ada si Deren yang sekelas sama kita, dia juga cakep," ucap Alena. "Ye... Si Deren mah naksirnya sama lo. Mana mungkin gue mengusik," ejek Sandra sambil mencolek lengan Alena berulag kali. "Apaan deh, kita cuma temenan doang,San." "Mana ada cowok cewek itu temenan doang? Nggak mungkin selalu ada yang suka salah satunya," ujar Sandra tanpa henti,mencubit pelan lengan Alena sampai-sampai gadis itu geli. "Ih, San. Berhenti nggak! geli tau," Brukkk Badan Alena terhuyung kedepan saat seorang baru saja menabraknya dengan keras. Tas di bahu Alena pun jatuh ketanah. "Heh, kalau jalan tuh pakek..." Sandra mengerem perkataannya saat melihat seorang cowok tampan tengah berdiri di depannya sambil menguyah permen karet.Alena melihat ke arah cowok yang baru saja menabraknya. Dia begitu terkagum saat melihat makhluk setampan cowok yang memiliki tubuh tinggi atletis di depannya. "Punya mata nggak sih? Kalau jalan tuh lihat-lihat," Sentak Alena marah sambil membersihkan tasnya yang terkena debu. "Hust, Al." bisik Sandra agar Alena tidak berteriak ke pada cowok itu. "Lo sendiri kenapa nggak minggir? Jalan kok kayak kutu," setelah mengatakan sebaris kata, cowok itu pun pergi meninggalkan Alena dan Sandra yang tengah dongkol. Eh sebentar, sepertinya yang sedang kesal hanya Alena. Karena kedua bola mata Sandra masih berbinar melihat kepergian cowok itu. "Dasar cowok nggak punya etika," teriak Alena keras agar cowok itu menoleh. Seketika rasa kagumnya memudar. "Eh, Al.jangan galak-galak. Mungkin dia tadi emang nggak sengaja, udahlah." "Kok elo malah belain cowok itu sih, cowok sama sekali nggak punya etika. Kalau gue mending si Dodi daripada cowok modelan kayak dia, angkuh." "Dih, yaudah sana ambil aja si Dodi. Gue ikhlas kok," ucap Sandra sambil mencoel dagu sahabatnya. "Ngomong-ngomong si Deren sekelas nggak sama kita?" Sandra menggeleng lemah, "Deren kelas 12.1, hmm pasti lo sedih karena nggak ada dia," ejek Sandra lagi. "Apa sih, biasa aja," "Ah yang bener," Sandra kembali mengoda Alena sambil berkedip genit. "Iya," jawab Alena malas. "Tenang aja, gue cari'in Deren dulu, biar dia tau kalau lo sedih pisah sama dia," setelah berbicara, Sandra segera berlari menuju kelas Deren berada. "Tunggu, San!" Teriak Alena sembari berlari menyusul sahabatnya. *** Alena benar-benar apes hari ini. Sudah pagi-pagi di buat kesal akibat cowok tadi, sekarang dia harus menerima kenyataan bahwa dirinya duduk di bangku paling belakang. Pak Azam baru saja membagi tempat duduk berdasarkan jenis kelamin. Namun, dia belum tau dengan siapa dia akan duduk. Alena melihat Sandra yang kebagian duduk paling depan. Dalam hati Alena bersorak gembira melihat apa yang akan di rasakan sahabatnya. 'mampus lo, San. Duduk paling depan gitu,bakal susah nyonteknya'. Batin Alena sambil cengengesan. "Ada ya orang kesambet di malam yang bukan jumat kliwon, senyum-senyum sendiri." Seketika Alena kaget dengan suara super keras yang baru saja mengagetkannya. Dia memandang seorang cowok yang tengah berdiri ogah-ogahan di depannya sambil mengunyah permen karet. "Lo lagi, lo lagi. Ngapain elo disini?" sentak Alena tak suka. "Tanya ke wali kelas lo tuh. Ngapain gue harus duduk di samping cewek kayak lo. Padahal disini masih banyak cewek cantik lebih dari lo," "Heh, lo buta ya, disini cewek yang paling cantik cuma Alena," saut Reza yang duduk di seberang bangku Alena. "Cewek model kek gini cantik? Becanda," cowok itu terkekeh. "Denger ya, gue nggak butuh penilaian dari lo," sentak Alena sangat keras yang membuat seluruh penghuni kelas 12.2 menoleh ke arahnya. "Tenang semua,bapak akan mengabsen. Silahkan duduk di bangku masing-masing." suara pak Azam memecahkan keriuhan para siswa. "Angela Ralena Wijaya," Alena mengangkat tangannya tinggi-tingi. "Angel?" cowok pindahan itu kembali bersuara. "angel itu kan malaikat, gue rasa nama itu nggak pantas buat cewek macam lo," ucapnya dengan sedikit mengejek. "Heh, gue nggak minta lo buat komen soal nama gue. Nggak usah ngurusin urusan orang. Gue nggak kenal sama lo!" ketus Alena yang begitu sebal. Cowok itu hanya tersenyum licik sambil terus mengunyah permen karetnya. Pak Azam terus mengabsen satu persatu anak didiknya. "Narevan Pradana," Cowok di sebelah Alena mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi. Seluruh pandangan penghuni kelas menuju ke arahnya. Semua murid terutama para siswi saling berbisik-bisik. "Oh iya, bapak mau memperkenalkan anggota baru kelas ini, kalian sudah tau namanya kan? Dia Revan, murid pindahan dari Semarang. Bapak harap kalian semua bisa membantunya beradaptasi dengan lingkungan sekolah kita. Terutama Alena, yang menjadi teman sebangkunya," Jelas pak Azam panjang lebar. Alena melirik ke sampingnya, cowok itu memandangnya dengan pandangan menyudutkan. Alena sampai bergidik ngeri di tatap seperti itu. Perasaan sungguh tidak baik. "Baik, bapak akan mulai mengajarkan materi kita di awal semester," Sepanjang pelajaran, Alena benar-benar di buat geram dengan tingkah makhluk di sampingnya. Revan di sebelahnya tidak henti-hentinya tebar pesona ke seluruh siswi di kelas. Dia juga tidak berhenti mengobrol dengan siswa lain. Padahal pak Azam tengah menjelaskan di depan kelas. "Lo bisa diem nggak sih! Gue nggak kedengaran pak Azam ngomong apa!" sentak Alena emosi. "Alena kenapa ribut?" tanya pak Azam yang membuat Alena kaget. Ternyata suaranya begitu keras sampai pak Azam mendengar. "Pak, saya mau pindah tempat duduk," ucap Alena memelas. "Tidak bisa, bapak sudah mengatur tempat duduk kalian sedemikian rupa, jadi tidak bisa di tukar. Jika ada yang berani tukar, bapak akan mengurangi nilai PPKn kalian." tegas pak Azam. Alena merengut di tempat duduknya. Dia tidak tahan di posisi ini. "Duh sayang banget, padahal gue mau duduk sama cewek sexy di pojok sana," ucap Revan sambil berkedip centil ke arah Rina. "Mata lo coba di periksa. Cewek paling sexy itu cuma Alena. Kalau lo mau pindah tempat duduk. Yuk tukeran sama gue," bisik Reza di seberang. "Kenapa semuanya harus tentang dia sih, apa bagusnya coba?" ucap Revan meremehkan. Alena masih mencoba menahan emosinya. Dia harus kuat. Setelah istirahat nanti dia harus menemui pak Azam dan membicarakan semua ini.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Head Over Heels

read
16.1K
bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
285.5K
bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.7K
bc

DENTA

read
17.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
193.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
210.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook