Part - 18

1222 Words
Alena melihat suasana kamar Revan yang begitu berantakan. Ruangan itu begitu redup akibat lampu meja saja yang menyala. Cowok itu tengah tertidur tengkurap dengan bertelanjang d**a, di depannya masih ada laptop yang menyala. Buku-buku dan rumus-rumus bertebaran di sekitar tubuhnya. 'ternyata benar. Cowok terkutuk ini selalu belajar. Tak heran dia pintar dan selalu mendapat nilai bagus' batin Alena. Dia berjalan mendekat mencoba membereskan buku-buku yang bergeletak sembarangan. Mematikan laptop dan telvisi. Alena juga melihat pigura di atas nakas. Foto itu sama persis seperti yang ada di kamarnya. Bedanya disana hanya memperlihatkan dirinya dan Revan yang dia kira selama ini adalah Deren. 'jadi selama ini aku memang salah. Anak kecil ini bukan Deren. Melainkan Revan. Ya Tuhan mengapa aku tidak menyadari selama ini' batin Alena sambil memandang wajah Revan yang telelap. Alena hendak kembali ke kamarnya. Namun, Revan bertingkah aneh. Nafasnya begitu berpacu tak beraturan. "Jangan, jangan pergi. Ku mohon." ucapnya masih menutup mata. Alena segera menghampiri Revan. Di dekapnya wajah cowok itu. "Van," panggil Alena menyadarkan Revan dari mimpi buruknya. "Ku mohon. Jangan tinggalkan aku sendiri di sini," rancaunya lagi. Keringat dingin terus membanjir di wajah tampannya. Alena mencoba menepuk pipi Revan pelan. Berharap cowok itu segera terbangun. "Revan," panggil Alena pelan. Dan akhirnya mata Revan terbuka. Dia langsung memeluk Alena yang berada di sampingnya. Dengan nafas yang masih tak beraturan Revan memaksa untuk berbicara. "Jangan tinggalin gue sendiri," ucapnya. "Van. Lo mimpi buruk?" tanya Alena tapi cowok itu tidak menjawab. "Jangan pernah tinggalin gue di tempat sunyi dan gelap. Gue takut," ucapnya lagi, masih dalam pelukan Alena. "iya." jawab Alena dengan suara serak. Setelah cukup lama akhirnya Alena bisa melepaskan rangkulan Revan padanya. Dia pun segera kembali ke kamarnya. Namun, sebelum pergi Alena meyalakan kembali televisi dengan volume kecil. Tak lupa dia menyalakan lampu sudut untuk menambah penerangan di kamar Revan. *** Ke esokan harinya. Pertengkaran kembali muncul di antara Revan dan Alena. Dan kali ini masalahnya adalah Alena yang tanpa izin memasuki kamar Revan tadi malam. "Siapa suruh lo masuk kamar gue tanpa izin, hah?" sentak Revan di depan kamarnya. "Gue cuma nggak sengaja masuk karena lihat televisi lo yang masih nyala." "Tapi bukan berarti lo harus masuk kesana. Jangan kepo dengan urusan orang lain!" "Gue nggak kepo. Ngapain gue kepo sama hidup lo. Apa untungnya buat gue. Lagian gue juga nggak pengen tau kalau ternyata lo takut sama tempat sunyi dan gelap." ucapan Alena terakhir membuat Revan naik darah. Wajah Revan merah padam. "Denger ya..." "Non, ada Mas Deren di depan." lapor bi yanti yang berhasil memotong pembicaraan Revan. Dengan bergegas Alena pergi dari sana menyenggol keras bahu Revan yang memblokade jalannya. Revan mendumel sambil menuruni tangga. Mama di lantai bawah menyambutnya dengan pandangan heran. Seketika wajah yang tadinya murung dia paksaan untuk tersenyum tipis. "Katanya kalian berdua pacaran. Kok Lena di jemput sama Deren di depan?" tanya mama penasaran. "Biasa. Dia lagi marah sama Revan." Ucap Revan santai. Laura hanya mengangguk paham. "Ma, kunci mobil Jepp ada? Revan mau pakai biar nggak kalah sama Deren." ucap Revan meminta kunci mobil Jepp rubiccon yang selalu duduk manis di garasi. Laura tersenyum geli mendengar ucapan Revan barusan. Dia segera menuju kamarnya untuk mengambil kunci mobil yang di minta anak tirinya. *** Mobil Bmw Deren terpakir rapi di parkiran sekolah saat 20 menit sudah mereka menempuh perjalanan. Alena segera turun bersamaan dengan Deren. "Maaf ya, Al. Tadi gue nggak ngabarin lo dulu kalau mau jemput." Ucap Deren pada Alena. "Nggak apa kok." "Lain kali gue jemput lagi boleh?" tanya Deren. Alena sedikit berfikir. Pasalnya dia sedang menjalankan perannya berpacaran dengan Revan. Dan dalam perjanjian itu di antara mereka tidak boleh ada orang ke tiga. Meskipun itu hanya sekedar teman. "Lo kabarin dulu aja ya. Biar gue tau." jawab Alena seadanya. Mau gimana lagi. Dia tidak bisa menjelaskan pada Deren dengan apa yang terjadi pada dirinya akhir-akhir ini. Mata Alena terpusat pada mobil Jepp yang baru saja memasuki area sekolah. Revan turun dari sana. Dengan sorot mata penuh kebencian dan dendam Revan melewati Alena dan Deren begitu saja. "Gue ke kelas dulu ya, Ren." pamit Alena. Deren hanya sanggup menatap kepergian Alena dengan diam. Sampainya di kelas. Alena tidak menemukan Revan disana. Entah kemana cowok itu berada. Alena duduk di bangkunya. Dia merasakan ada yang aneh dari pandangan murid di kelasnya. "Al. bener kabar lo yang punya pacar itu? Wah gue nggak nyangka aja kalau ternya dia pacar lo." ucap Reza di seberang. Suara Reza membuat seluruh penghuni kelas menatapnya tajam. Terutama para siswi, pandangan mereka semua seperti ingin menerkamnya. "Jadi bener kabar lo yang jadian sama Revan?" ucap Tanti salah satu teman sekelas Alena. 'apalagi ini Tuhan' batin Alena was-was. Rina dan para siswi yang lain tak terkecuali Sandra datang mengintari meja Alena. "Kemarin Dewi bilang dia lihat lo yang boncengan sama Revan sepulang sekolah. Bener ya?" tanya Rina dengan sorot mata tajam. "Lo mau memonopoli Revan sendirian?" "Cewek kayak lo mana pantas bersama Revan!" Pertanyaan dan ucapan pedas terus menyerang Alena. Dia tidak bisa berkutik sama sekali. habis mau gimana lagi, sekali dia bersuara bisa-bisa pulang nanti dia hanya tinggal nama saja. "Jadi lo alasan Revan mutusin kita semua." ucap cewek yang baru saja datang. 'mampus kau Alena. Sekarang kau tidak bisa berkutik. Ini pasti ulah kutu busuk itu' "Kenapa lo diem aja. Jawab!" sentak salah satu siswi yang mengerumuni Alena. "Hey kenapa nih," ucap Deren yang baru saja datang untuk mengantarkan ponsel Alena yang ketinggalan. Dia menghampiri Alena yang berwajah pucat. "Nih, dia berusaha memiliki Revan sendirian. Memang siapa dia begitu sok kuasa." Deren menatap Alena, "Mereka berdua cuma saudara tiri. Bukan seperti apa yang kalian bayangkan." jelas Deren yang semakin membuat semua orang disana kaget dan berbisik-bisik. "Hah? Saudara tiri?" bisik-bisik para murid. Alena memandang Deren dengan wajah penuh harapnya. Dia berusaha meminta tolong cowok itu untuk membawanya pergi dari situasi seperti ini. "Kedua orang tua mereka menikah. Dan wajar jika mereka dekat." ucap Deren lagi mencoba menenangkan para penggemar Revan. Suasana begitu gaduh untuk beberapa saat. "Kita memang saudara tiri. Tapi bukan berarti kita nggak bisa pacaran." ucap seorang yang baru saja memasuki kelas. Revan. Kutu busuk itu berjalan dengan santainya ke dalam kelas. Membelah kerumunan untuk memberikannya jalan menuju bangkunya. "Dan benar, alasan gue mutusin kalian semua. Karena dia," sambung Revan. Daammmn. Perkatakan Revan membuat Alena mendongak ke arahnya. Mata Alena sudah berkaca-kaca. Revan hanya tersenyum licik membalas tatapan Alena. Deren yang masih berada disana menggeleng berulang. "Gue berpacaran sama dia karena sebuah ketidak sengajaan. Cowok mana pun belum pernah menaklukkan hatinya yang dingin. Oleh sebab itu gue penasaran dan akhirnya kami berpacaran setelah kita berhasil menyepakati sebuah perjanjian. Karena dia belum pernah pacaran sebelumnya, jadi dia minta salah satu syarat yang harus gue lakukan yaitu mutusin kalian semua. Tapi kalian tenang aja ini hanya berjalan sebulan. Dan setelah itu gue bakal lepas dari dia." ucap Revan mengakhiri penjelasan. Semua murid kembali heboh. Revan benar-benar membuat Alena depresi. Suara bell membuat kerumunan itu bubar. Alena terselamatkan meski ini hanya bertahan sementara. Sepanjang pelajaran dia was-was takut jika akan di labrak para penggemar Revan. Tapi pikirannya tak terbukti. Semua murid sudah kembali seperti biasanya. Alena memutuskan untuk ke kamar mandi. Sepanjang jalan tatapan tak suka berpusat padanya. Mengiringi setiap langkah Alena. Dia hanya sanggup menunduk lesu. Sampailah dia di ujung koridor arah menuju tangga lantai bawah. Dia berpapasan dengan Revan. "Mau menghindar?" tanyanya yang membuat Alena kaget.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD