33. Long Distance Relationship (6)

2332 Words
Asap acak yang berterbangan di udara tak menganggu Roger sama sekali. Ya bagaimana mau terganggu, orang asap rokok itu dia yang menyebabkannya sendiri. Orang perokok aktif seperti dirinya memang sudah terbiasa menghirup asap yang ditimbulkan oleh asap rokoknya sendiri. Bahkan di saat Roger tahu kalau merokok tidak baik untuk kesehatan, dia tetap mengonsumsinya dan sudah menjadi candu. Karena Roger memang pernah hidup sebebas itu, tanpa aturan, tanpa arahan yang membuatnay semoat kehilangan dirinya sendiri waktu dulu. Namun sekarang, lelaki itu sudah menemukan dirinya sendiri. Sekarang, Roger sudah mendapatkan jati dirinya kembali setelah beberapa tahun yang lalu, Roger bahkan tidak tahu dirinya sendiri siapa. Dia pernah sehilang itu akan dirinya sendiri.  Jika ada yang beranggapan kalau Roger sempurna dengan semua yang lelaki itu miliki, maka lihatlah perjuangan kerasnya dulu, jangan hanya melihat saat lelaki itu memiliki segalanya sekarang. Karena setiap orang punya cerita. Setiap orang punya waktunya sendiri. Waktu untuk senang, waktu untuk bahagia dan tertawa. Dan jangan lupa, tak selamanya bahagia akan menyertai orang karena kehilangan adalah hal yang pasti. karena sesungguhnya, semua orang akan kembali pada pencipta-Nya.   Selepas pergi meninggalkan Anna, Roger memutuskan untuk kembali ke kediamannya sendiri jika berada di Singapura. Tempatnya tidak jauh mengingat kawasan perumahan omanya berada di kawasan elite tengah kota yang dekat dengan letak kantornya juga. Selain itu, jarak blok temapt tinggalnya tidak sampai lima menit kalau menempuh perjalanan menuju kediaman omanya.  Dia mengerti kalau Anna butuh waktu. Untuk sementara, Roger tidak akan menganggu Anna. Pasti sulit berdamai dengan dirinya sendiri jika dia menjadi Anna. Kalau ada orang merasa biasa saja saat kehilangan keluarga, maka lain cerita dengan keluarga Abraham. Kalaupun Roger jadi Anna, dia bukan hanya ingin sendiri dulu, tapi dia akan marah pada semua orang. Kepergiaan seseorang tidak bisa disembunyikan begitu saja. Ya meskipun Rger tahu yang dilagukan semua orang juga demi Anna. Kalau Anna tahu yang sebenarnya itu apa, dia pasti lebih down dari ini. Karena itu, merahasiakan yang terjadi menjadi pilihan terbaik dari yang terbaik yang bisa mereka lakukan. Keluarga Abraham memang terkenal keluarga tertutup, tapi bukan berarti mereka tidak peduli satu sama lain. Bukan berarti, mereka menutup mata tentang yang bukan dari keluarga internal itu sendiri. Bukan berarti juga, mereka bukan makhluk sosial yang tidak membutuhkan bantuan orang lain. Mereka keluarga pada umumnya, hanya saja, memang dasarnya mereka tidak suka kehidupannya diulik oleh orang luar, makanya yang tidak tahu dan belum pernah mengenal sebelumnya, pasti beranggapan kalau keluarga Abraham adalah keluar tertutup, anti sosial dan tentunya sombong. Padahal, mereka belum tahu saja. Keluarga Abraham adalah keluarga termuka di pelosok bumi bagi yang suka mengikuti saham di Indonesi. Termasuk deretan orang yang terkya juga di polling tahun terakhir.   Kalau sudah bekerja sama dengan salah satu penghuni di keluarga itu, pasti menginginkan kerja sama lagi karena tahu enaknya bekerja sama dengan orang yang serius tapi pintar menempatkan diri, tidak membeda-bedakan status pula. Makanya juga kan keluarnya di segani di negeri ini. Bisnis properti mereka sering kali membantu pelaksanaan program pemerintah. Tidak ada yang tidak kenal dengan PT Abraham Properti. Perusahaan manufaktur yang sudah terkenal seantero negeri. Meskipun bukan perusahaan BUMN, tapi perusahaan ini juga membantu pembangunan infrastruktur yang memang dibutuhkan seperti rumah sakit, pusat pembelanjaan, pusat pembelanjaran, pembangunan rumah, hotel, apartemen hingga pusat wisata. Tak perlu dipertanyakan lagi kekayaan yang keluar Abraham miliki. Dan jangan tanya juga seselektif apa mereka mencarikan pasangan untuk anak-anaknya. Keluarga Abraham bukanlah keluarga kolot yang menjadikan materi sebagai tolok ukur pantas atau tidak pantasnya seseorang menjalin hubungan dengan keluarganya. Mereka adalh orang-orang cerdas, Barack selalu mengajarkan anak-anaknya apa itu arti saling menghargai dengan orang lain, tak peduli materi atau apapun. Karena sedari kecil, Barack selalu mengajari mereka basic life skills termasyk dalam sikap dan budi pekerti yang baik terlepas pekerjaan dasar seperti menyapu sekalipun.  Meskipun saat kehidupan sehari-hari, keluaraga Barack Abraham memiliki asisten rumah tangga dan semua pekerjaan dikerjakan oleh mereka, tapi Jordan, Khris, dan Anna juga diajak untuk bekerja. Biar mereka tahu kalau untuk mendapatkan sesuatu, harus bekerja keras disertai dengan doa. Usaha dan doa harus berjalan seirama, berbanding lurus.  Sepenting menghargai orang, Barack sudah menanamkan nilai-nilai sosial itu sedari mereka masih kecil. Makanya saat dewasa, ketiga anaknya memiliki toleransi yang sangat tinggi dan tidak pernah membeda-bedakan saat berteman dengan orang. Mereka juga tidak segan membantu orang lain yang kesusahan. Seperti pesan Barack Abraham yang selalu diingat oleh ketiga anaknya kalau harta yang mereka miliki di dunia saat ini hanyalah titipan. Suatu saat nanti pasti ada waktunya diambil oleh Tuhan kembali. Selain itu, Barack juga menerangkan kalau sebagain dari hrata mereka adalah milik mereka yang kurang mampu. Barack betul-betul definisi parenting goals bagi anak-ananya.  Kalau dalam kasus Anna, jelas sedari awal perempuan itu kesayangan Barack. Bukan hanya Barack, tapi semua orang karena Anna putri satu-satunya di keluarga Abraham. Dulu, dia tidak sampai mengekang Anna sampai sebegitu parahnya. Anna tetap diberi kebebasan meski tetap dibatasi. Karena sedari awal, Barack sudah berasa tidak beres ketika Anna sakit waktu berumur lima tahun dan dokter yang memeriksanya mengatakan kalau Anna mengonsumsi obat keras. Padahal, obat itu Barack sendiri yang mengambilnya dari rumah sakit dan meminumkannya sendiri pada Anna. Dia jelas tidak mungkin menyakiti putri kesayangannya sendiri.  Makanya sejak saat itu, Anna dibatasi pergerakannya. Jelas Barack melakukan itu semua demi keselamatan Anna. Bukan karena tidak mengizinkan Anna berteman dengan sembarang orang, Barack berarti sombong. Dia membebaskan Jordan dan Khris berteman dengan siapa saja asal tahu batasan.  Dari pernikahan putra pertamanya, Jordan, lelaki itu menikah dengan anak dari orang menengah atas biasa, begitupun dengan Khris yang mengikuti jejak kakaknya. Keluarga Abraham memperlakukan menantunya begitu baik, tapi memang peraturan rumah kalau istri harus ikut suami sejak awal, makanya Kania dan Shilla diboyong ke kediaman Abraham setelah menikah. Itu sudah jadi ketentuannya. Bukti mudahnya saja Irish yang orang asli Singapura juga ikut dengannya di Indonesia. Sudah seharusnya seorang istri ikut dengan suaminya.  Begitupun dengan Anna nanti, calon suaminya yang tak lain adalah Roger juga akan tinggal di kediaman Abraham. Sudah jelas, Anna adalah anak perempuan satu-satunya di keluarga itu dan mereka tidak mau jauh-jauh dari Anna. Mungkin agak egois, tapi sekali lagi itu juga demi keselamatan Anna. Mereka tidak bisa menjaga Anna 24 jam lagi jika Anna pergi jauh. Maksudnya hidup mandiri dengan Roger. Anna tidak ada yang menjaga kalau Roger pergi ke kantor atau kalau saat lelaki itu memiliki tugas dinas yang mengharuskannya sampai pergi berhari-hari, sampi seminggu bahkan lebih dari itu. Barack tidak bisa mengambil risiko sekecil apapun kalau menyangkut Anna. Seorang ayah itu tidak bisa. Apapun akan dia lakukan untuk menjaga putri kesayangannya.  Padahal kalau Roger punya kesempatan untuk berbicara, dia sudah membangun rumah untuk Anna di komplek perempuan elite yang dekat dengan kediaman Abraham. Sayangnya, belum sempat mengatakan, Roger sudah harus setuju dengan keputusan sepihak yang Keluarga Abraham buat. Kalau suatu hari nanti Roger punya putri, mungkin dia baru mengerti. Tapi sekarang, dia juga paham, hanya saja sedikit kecewa. Dia hanya berusaha keras menerima keputusan keluarga Anna Ini semua juga demi kebaikan Anna. Roger sadar kalau kemungkinan dia tidak bisa menjaga Anna 24 jam penuh tanpa bantuan pengawal atau bodyguard. Sementara Roger sendiri tahu kalau Anna menikah dengannya karena juga menginginkan kebebasan yang tak pernah dia dapatkan saat tinggal di kediaman Abraham.  Maksudnya, semua orang pasti ingin membangun keluarga kecilnya sendiri. Entah di rumah yang kecil sekalipun. Bukannya Roger tidak suka dengan orang-orang rumah, Roger hanya ingin benar-benar merasakan pernikahan yang sesungguhnya, hidup hanya berdua dan melewati semua masalah yang datang bersama-sama. Lagi pula Roger berpikir kalau tinggal di rumah sendiri pasti lebih enak, kalau mau apa-apa dengan Anna bebas dilakukan di mana saja. Ya biasa, pikiran lelaki. Mereka tidak perlu khawatir saat melakukan keributan di ranjang misalnya.  Sekarang saja, Roger tidak bisa fokus meskipun sudah menikmati rokoknya. Biasanya, otaknya yang suntuk bisa berubah encer tiba-tiba begitu merokok. Makhlum saja, sudah kecanduan. Mau diapakan pun, Roger tidak bisa berhenti kecuali pria itu sakit, pasti tidak bisa merokok karena dilarang. Kalau sehat, meski Anna yang melarangnya sekalipun, Roger tidak bisa berhenti merokok, karena kenyataannya, Roger tetap tidak bisa berhenti merokok. Dan Anna tidak bisa memaksakan kehendaknya meskipun Roger sendiri juga tahu kalau niat Anna itu baik. Sadar jika percuma saja melakukan apapun, Roger merogoh ponsel yang ada di saku celananya dan mendial nomor Anna. Ini sudah puluhan jam berlalu, sudah tengah malam dan Roger tidak kembali ke rumah duka karena dia juga tidak pernah suka menghadiri kematian seseorang. Menurutnya, menghadiri acara seperti itu sama saja memaksanya mengenang kenangan kelam yang sudah terkubur dalam-dalam. Kepalanya kembali memutar kenangan lama yang begitu menyakitkan. Bahkan sampai sekarang, ada kalanya Roger marasakan sakit kepala yang begitu hebat saat mengingat kepergian kedua orang tuanya. Masalah mentalnya sampai memicu sakit fisik dan ini sangatlah tidak enak, tidak nyaman dan sangat mengganggu Roger sekali.  Mencoba peruntungan, Roger menghubungi Anna. Dia juga yakin kalau perempuan yang akan menjadi istrinya beberapa bulan ini pasti tidak bisa tertidur. Roger saja tidak bisa tidur, Anna pasti lebih dari dirinya. Semoga saja Anna tidak jatuh sakit karena masih terkejut dan kepikiran perihal omanya yang meninggal secara tiba-tiba. Panggilan pertama tidak terjawab Panggilan kedua kembali suara operator yang membuat Roger mengumpat dalam hati Panggilan ketiga...terhubung Lelaki itu mengembuskan nafas lega saat panggilan ketiganya akhirnya diangkat. Sayangnya, bukan perkataan lemah lembut Anna seperti biasa yang dia dengar, melainkan isak pilu yang langsung membuat d**a Roger berdebar signifikan. Persaannya langsung tidak enak sampai Roger sendiri bingung mendeskripsikan apa yang tengah terjadi pada dirinya sendiri sekarang. "Na? Anna? Hai, kenapa menangis? Kau dimana?" tubuh tegapnya yang semula duduk lantas berdiri dengan gerakan cepat dan masuk lebih dalam ke dalam rumah, seakan tubuhnya sudah tahu harus merespon apa saat pemilik tubuh bisa dibilang panik seperti ini.  "Kakak?" Anna bergumam pelan, masih dengan isak yang menyertai. "Iya, ini aku, Roger. Kau kenapa, Na?" "Tolong..." Lelaki itu menyerngit dalam dengan detak jantung yang kian menggila, langkahnya mendadak terhenti di ambang anak tangga terakhir, seakan takut kalau bergerak sedikit lagi, Anna langsung tidak bisa bersuara sama sekali. "Anna kau dimana? Kenapa-" Roger semakin terdiam tanpa kata saat tak mendapati balasan lagi dari seberang sana, tanpa pikir panjang dia langsung berlari turun dari rumah dengan dua lantai itu dan mengendarai mobilnya yang terparkir di carport dengan kecepatan penuh yang biasa Roger aplikasikan saat waktunya seakan habis kalau dirinya sampai terlambat setengah detik saja. Lokasi rumahnya yang tidak jauh dari kediaman Oma membuat Roger begitu cepat sampai di sana dengan kecepatan yang tak main-main. Sayangnya, begitu sampai di sana, banyak mobil polisi berjejer-jejer dengan lampu merah yang menyala. Ada jeda yang Roger ambil entah untuk apa. Tiba-tiba kepalanya kembali meneriakkan sesuatu yang tidak-tidak, sesuatu yang seharusnya tidak ia dengar kembali, sesuatu yang sangat benci untuk dia dengar. Namun sayangnya, Roger haru skembali mendengarnya lagi. Mendengar bagaiamana isi kepalanya menyerang dirinya sendiri dan itu sangat tidak nyaman dan mengganggu sekali. Roger tidak pernah suka dengan tubuhnya yang merespon beberapa hal seperti ini. Harusnya tidak sesulit ini mengendarai dirinya sendiri di saat Roger sudah pernah berhasil beberapa tahun yang lalu. Namun, kenapa sekarang dia kesulitan sekali? Ditampar kenyataan saat mendengar ada orang memanggil tapi lebih kepada meneriakai, Roger yang tidak bisa berpikir sampai berlari dan hampir terjungkal kalau saja tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya sendiri. Beruntungnya dia berhasil menyeimbangkan tubuhnya kembali dan melanjutkan langkahnya menuju kediaman oma yang berada di depan mata. Tapi seakan-akan jauh sekali dari jangkauannya di saat Roger sudah menginjak lantai berandanya sekalipun.  Sampai di ambang pintu, Roger merasakan lemas di sekujur tubuhnya yang tak setegap tadi. Dia melihat semua anggota keluarga di ruang keluarga, tapi tidak dengan Anna. Semua orang berkumpul di sana. Tapi Anna? Perempuan itu? Bagaimana Roger bisa menemukannya dan membuat sesak di dadanya membaik? "Roger?" lelaki yang dipanggil namanya ini bergeming, bahkan saat panggilan yang dilakukan oleh Jordan ini semakin keras selaras dengan jarak lelaki itu yang kian mendekati Roger karena Roger sendiri seperti tidak punya daya untuk mendekat. Kakinya seakan terpaku di tempat, dengan tatapan mata yang menoleh ke kanan dan ke kiri mencari perempuan yang baru saja dia dengar suaranya tadi di telefon tengah menangis tersedu-sedu. Ayolah, calon istrinya ini tidak cengeng, jelas Roger khawatir mengingat hal melelahkan yang baru saja dialami oleh perempuan itu. Roger tidak akan bisa berpikir positif sebelum melihat perempuan itu dengan mata kepalanya sendiri.  "Roger?" untuk kedua kalinya sampai Roger tersadar dan menatap mata Jordan yang tanpa sadar sudah tepat di depan matanya.  "Jordan? Anna dimana?" tanyanya pelan. "Tadi dia menangis saat kutelfon. Dia minta tolong. Kenapa? Dimana Anna?" Kalau tadi Jordan yang bersuara, kini gantian lelaki itu yang diam saja, menatap calon iparnya ini nanar. Jelas Roger yang sudah panik jadi lebih panik. Pria itu bahkan sampai mencengkeram kerah baju Jordan. "Aku tanya dimana, Anna? Kenapa diam saja?!" Khris yang berada di sana turut mendekat, ingin melerai emosi Roger yang terlihat jelas di matanya. Namun semakin ingin dilerai, semakin kuat pula cengkeraman tangan Roger di kerah baju Jordan sementara Jordan hanya diam saja dengan tatapan mata tak terbaca. Sedangkan Roger sendiri hanya butuh melihat Anna. Dimana semua orang menyembunyikan kekasihnya? Anna tidak mungkin baik-baik saja kalau sampai menangis seperti itu. Tahu begini, lebih baik Roger tidak pergi dan memilih menunggui Anna saja meski perempuan itu tidak akan suka dengan kehadirannya di saat-saat seperti ini untuk melihat air matanya. Kalau sudah begini, jadi Roger yang susah sendiri, jadi tidak tenang sendiri.  Menguatkan cengkeramannya, Roger menarik kerah baju Jordan semakin mendekat hingga dia bisa merasakan bau rokok. Matanya menatap Jordan tajam sementara Jordan beralih menatap Roger sayu. "Aku ditanya dimana, Anna?!" "Anna-" "Kak Roger?" Suara itu. Roger menoleh seakan gerakannya diperlambat. Begitu berhasil, matanya menangkap sosok Anna yang datang dari arah dalam. Tanpa sadar, Roger langsung melepaskan cengkeramannya pada kerah baju Jordan, langsung berjalan mendekat dan menarik Anna dalam dekapan disaksikan semua orang yang berada di sana. "Kau kenapa? Kenapa tadi menangis?" Roger bertanya kalut, agak keras. Kemudian melepaskan dekapannya dan mengamati Anna dari atas sampai bawah, memegangi bahunya. "Tidak ada yang menyakitimu, kan? Kenapa bandanmu lemas sekali, kau belum makan?" Semua orang di sana hanya bisa memandang mereka dalam diam, sesekali ada tetes air mata yang jatuh di sudut mata beberapa orang yang berada di sana, tanpa diminta, tanpa disadari, tanpa menginginkan sebelumnya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD