Gara menghempaskan tubuhnya ke ranjang ukuran king size miliknya. Memijat pelan dahinya yang terasa berat karena merasa begitu lelah.
Teringat untuk menelpon pacarnya. Gara meraih handphone nya yang tergeletak di nakas samping tempat tidurnya. mendial kontak yang tertulis “Love”. Pada dering pertama sambungan telepon langsung dijawab.
“Hallo” jawab gadis diseberang sana
“Belum tidur?”
“Belum. Nungguin kamu telpon”
Gara tersenyum kecil. Ia merubah posisinya menjadi duduk bersandar dikepala ranjang.
“Udah makan malam?” tanyanya lagi
“Udah, Ga. Baru selesai. Kamu udah makan?”
“Iya, tadi makan bareng-bareng sama bang Jono”
“Aku mau kesana dong, Ga” rengek Clara. Gara terkekeh kecil. Sudah ia duga jika gadis ini akan kembali merengek padanya.
“Emang dibolehin sama papa kamu?” Tanya Gara dengan nada menggoda. Clara cemberut dan terdengar mendengus.
“Kalo dibolehin, aku bakalan kesana besok” ucap Clara yakin. Gara tertawa membayangkan raut kesal pacarnya.
“Kan aku Cuma seminggu disini, sayang. Nanti kalo udah balik Jakarta kita jalan-jalan” bujuk Gara. Hati Clara kembali riang mendengarnya.
“Beneran ya? Aku mau kita jalan-jalan ke puncak terus menginap” pinta Clara.
“No. kalo menginap nggak boleh” tolak Gara. Ia tahu jika menginap nanti pasti Clara ingin tidur bersamanya dalam satu kamar. Itu adalah godaan yang paling berat buatnya.
“Kenapa? Nanti kita nginapnya di villa private kok, Ga”
“Apalagi kalo private. Kamu mau terjadi hal yang nggak diinginkan?”
“Emang kamu nggak pengen?” Tanya Clara sarat akan hasrat. Gara mengehmbuskan napasnya keras. Kekasihnya ini sungguh luar biasa.
“Kita ke pantai ajah” usul Gara
“Ke pantai? Boleh juga tuh. Tapi nginap ya?” sekali lagi Gara menghembuskan napasnya keras.
“Kita ke pantainya pagi, pulang sore”
“Dih nggak seru banget. Aku maunya nginap” Clara tetap dengan keinginannya untuk menginap membuat Gara menjadi gemas.
“Oke kita nginap tapi ajak mbak Yuyun sama bang Jono” terdengar suara gumaman dari seberang sana tanda bahwa kekasihnya sedang berpikir.
“Boleh. Berarti kita pesannya tiga kamar. Satu kamar buat bang Jono, satu kamar buat mbak Yuyun, dan satu kamar lagi buat aku sama kamu” jawaban Clara seketika membuat Gara tersedak ludahnya sendiri.
“NO! kamu tidur sama mbak Yuyun, aku tidur sama Bang Jono”
“Dih nggak mau! Aku tidurnya sama kamu. Apaan tuh? Kepantai sama pacar, nginapnya sama mbak Yuyun. Nggak mau!” bentak Clara
Gara memejamkan matanya sesaat. Berarti gadisnya ini memang tidak ingin dibantah lagi.
“Oke. Tapi semalam ajah”
Diseberang sana Clara mengangguk semangat. “Duh jadi nggak sabar piknik ke pantai” Clara tersenyum lebar.
“Besok kampus jam berapa?” Tanya Gara. Ia melirik jam dinding bergambar team sepak bola favoritnya yang menunjukan pukul sepuluh lebih lima menit.
“Jam delapan, Ga” jawab Clara
“Yaudah kamu tidur ya, Cla”
“Masih pengen ngobrol” rengeknya
“Besok kamu harus bangun pagi” Gara menguap kecil. Perjalanan tadi cukup membuatnya kecapaian.
“Kamu udah ngantuk ya?” Tanya Clara pelan
Gara tidak enak hati mendengar pertanyaan pacarnya. Memang ia sudah sangat mengantuk tapi gadisnya ini terdengar enggan untuk mengakhiri obrolan mereka.
“Aku kayaknya kecapaian, sayang. Perjalanannya kan lumayan” jawab Gara
“Yaudah deh, kamu tidur ajah, Ga” ucap Clara lemah.
“Maaf ya, sayang. Malam ini aku beneran ngantuk banget. Besok aku call lagi ya” bujuknya
“Hem, iya, Ga”
“Kamu juga langsung tidur, ya, Cla” Clara bergumam.
“I love you” ucap Gara
“Me too” sambungan kemudian terputus.
Baru saja Gara memejamkan matanya tiba-tiba pintu kamarnya diketuk.
“Mas, ibu masuk, ya” Gara kembali mengubah posisinya menjadi duduk.
“Iya, bu” pintu terbuka dan Corry masuk berjalan kearah ranjang Gara dengan membawa jamu.
“Sebelum tidur, minum jamu dulu, mas. Biar tidurnya enak” ucap Corry. Gara tersenyum dan menyeruput pelan jamu buatan ibunya.
“Tadi mas telponan sama siapa?” Tanya Corry. Gara menatap ibunya. “Tadi pas ibu mau bawa jamunya, ibu denger kamu bicara kayaknya lagi telponan” jelas Corry saat melihat tatapan anaknya. Corry menduga jika putranya tadi pasti sedang berbicara dengan orang yang penting. Terlihat dari raut wajahnya yang nampak kaget dan sedikit gugup.
“Enggak kok, bu” jawab Gara
“Pacar mas, ya?” goda ibunya. Gara tersenyum malu. Ibunya ini selalu bisa menebak segala yang ada pada dirinya. “Kenapa? Mas kangen sama pacar mas?”
Gara kembali menyeruput jamu itu. “Dia yang kangen sama mas, bu” jawabnya
Mendengar itu, Corry tersenyum geli. “Terus mas nya nggak kangen?”
“Kangen”
Corry kembali tersenyum. “Makanya mas, segera dinikahkan. Biar biasa bareng-bareng terus”
“Nantilah bu—“
“Kuliah saat sudah berumah tangga nggak ada larangan kok, mas” potong Corry
“Ibu pengen banget mas menikah, ya?” Tanya Gara.
Corry mengangguk pasti. “Minimal kenalkan dulu pacarnya sama keluarga kita. Ibu pengin lihat”
“Iya, nanti ya, bu”
“Beneran ya, mas. Kalo enggak, siap-siap ibu terror terus” ancam ibunya. Gara tertawa lebar, dan ibunya pun mengusap kepala puteranya.
“Yasudah. Jamunya dihabiskan habis itu tidur. Ibu juga mau tidur dulu”
Gara mengangguk. Setelah ibunya keluar dari kamarnya dan jamu digelasnya kosong. Gara membaringakn tubuhnya. Menatap langit-langit kamarnya yang lama kelamaan membuaatnya melihat wajah gadis cantik pujaan hatinya dengan senyum manis. Tak tahan, Gara meraih handphonenya dan mendial kontak w******p “Love” kali ini Gara ingin ber video call.
“Udah tidur ya, sayang?” sapa Gara saat Clara menjawab panggilannya.
“Ga?” suara Clara terdengar serak. Terlihat gadis itu tengah berbaring miring dan selimut sebatas lehernya. Mata Clara merah dan sayu, sepertinya gadis itu sudah tertidur dan terbangun kembali saat ia menelpon. Gara tersenyum kecil.
“Maaf nelfon lagi”
“Ada apa, Ga?” Tanya Clara
“Enggak, sayang. Kangen ajah” jawab Gara. Clara mengedipkan matanya bingung. Kemudian tersenyum.
“Aku juga. makanya cepet balik” rajuknya. Gara terkekeh.
“Kamu cantik kalo berantakan kayak gini” ucap Gara
“Kamu aneh” balas Clara
“Kok aneh?”
“Ya aneh. Tadi katanya udah capek, kayak males-malesan ngobrol sama aku, akunya disuruh tidur cepet. Sekarang malah video call, bilang kangen aku, bilang aku cantik…” celotehan Clara terhenti sesaat kemudian menatap tajam Gara “Kamu nggak lagi macem-macem, kan, Ga?”
“Macem-macem gimana?”
“Kamu nggak lagi nyembunyiin sesuatu kan?” Tanya Clara. Bukannya mara dicurigai pacarnya, Gara malah tersenyum geli. Nada suara Clara lebih seperti perempuan yang takut ditinggalkan olehnya.
“Enggak ada, sayang. Beneran. Aku Cuma kangen ajah” jawabnya lembut “Yaudah kamu tidur lagi gih. Maaf ya udah gangguin” Clara mengangguk.
“I love you, non” Clara cemberut mendengar panggilan Gara namun tetap membalas ungkapan cinta pacarnya.
“I love you too, Ga. I miss you. Cepet balikkk” rengeknya diakhir.
Gara mengangguk. Setelah itu Gara meletakan ponselnya diatas nakas. Lalu kemudian tertidur dengan pulasnya.
To Be Continue