Ayah sedang berbincang dengan bang Tegar di meja makan. Beberapa piring yang sudah kotor menunjukkan bahwa dua lelakiku sudah selesai makan malam. Aku menghampiri ayah, mengecup tangannya dan bergelendot manja.
"Sudah makan?" Ayah menepuk lenganku pelan, aku menggeleng. "Ayah pisahin ayam bakar tuh, makan dulu."
Aku mengambil tempat di depan bang Tegar yang asyik memainkan game. Ingin bertanya tentang Aurora tapi ragu. Gimana ngomongnya.
"Abang tahu gak kemarin CRAP difitnah?"
Ayah menoleh, bang Tegar mengalihkan pandangannya dari ponsel dan menatapku.
"Agung bilang sih, emang kenapa?" Bang Tegar memusatkan perhatiannya padaku.
"Aurora pelakunya, dia fitnah CRAP di kaskus. Dia bilang CRAP plagiat dari media online lain, namanya TRAP ternyata dia yang buat sendiri."
"Ola? Kok bisa?"
Aku mengangkat bahu sok tidak peduli, "urusan pribadi kayaknya, mas Prima turun tangan sendiri sih. Terus tadi pagi TRAP udah gak ada." Jawabku sok santai, padahal hatiku blingsatan.
"Gitu banget si Ola, dia juga yang salah."
"Ola yang jadi perancang busana itu Bang?"
Lho Ayah kok tahu?
"Iya mantannya Prima. Norak banget Ola sampe ngefitnah begitu."
"Lagian urusan pribadi jadi merembet ke Perusahaan gitu sih. Emang ceritanya gimana bang mereka sampe berantem gitu?"
"Gak tahu persis sih, kalau laki-laki gak curhat kayak cewek Nay." Yaaahh, penonton kecewa, "tapi setahu abang, Ola itu ninggalin Prima dulu alasannya mau ambil S2 di LN. Prima mau nungguin, tapi Ola malah nikung sama temennya. Prima dapetin fotonya di f*******: cowok itu yang ngetag Ola. Dan foto-fotonya kurang etis gitu, tersebar juga ke teman-teman malah keluarga Prima tahu. Rumit sih, mulanya Ola nyuruh Prima pergi tapi belakangan abang denger Ola malah ngejar Prima balik."
Nahhhhhh!
"Mas Prima gak mau balik?"
"Mau aja kayaknya, tapi ibunya gak akan setuju. Fotonya parah banget image si Ola jadi jatuh di mata keluarga Prima. Ibunya setahu abang, mulai gak suka sama Ola. Terus kayaknya Prima mau ngejar orang lain. Kemarin dia sempet nanya sama abang--"
"Nanya apa?" Aku segera memotong kata-kata bang Tegar.
"Nanya, kalau dia jadiin cewek yang naksir sama dia aja gimana. Jahat gak sih. Gitu lah."
"Abang jawab apa?"
"Kalau lo cuma mau manfaatin dia aja, ya jahat. Kalau niat lo mau seriusin, ngelupain Ola dan nikahi tuh cewek. Make sense lah." Bang Tegar melirik ponselnya, "abang jawab gitu. Tapi gak tahu dia serius atau nggak."
Dia serius bang, ceweknya itu aku!
"Emang dia lagi deket sama siapa? Kamu tahu?"
"Nggak tahu." Selera makanku hilang.
"Langsung nikah aja, bilangin Prima." Ayah memberi solusi.
"Hatinya masih nyangkut di Ola, dia gak yakin dengan nikah dia bisa lupain Ola. Makanya dia mau pacarin cewek yang katanya udah lama suka sama dia, terus lihat deh nanti gimana. Bisa move on atau nggak."
Kalau bang Tegar tahu bahwa yang dimaksud itu aku, gimana ya? Harusnya aku terluka dan sakit hati mendengar informasi dari bang Tegar, tapi rasa sayangku pada mas Prima cukup besar untuk menghibur diriku sendiri.
Aku ragu ingin mengirim pesan untuk Kafka, tentang tadi. Aku tidak ingin siapapun tahu tentang mas Prima dan aku, belum siap mendapat pandangan kasihan dari siapapun. Kafka saja cukup.
Me : Kaf, lagi ngapain lo?
Mon-K : Mindahin foto.
Biasanya dia jawab bercandaan, tumben lempeng banget. Lagi sibuk kah?
Me : Ganggu gak?
Mon-K : Banget.
Anjir! Gak ada segan-segannya nih monyet. Aku mengurungkan niat untuk membahas tadi.
Me : Woles dong!
Aku melempar ponsel ke tumpukan bantal dan memilih memejamkan mata.
Despacito mengalun dari ponselku,
Mon-K is calling....
Aku tahu Kafka tidak akan bertahan hidup dengan rasa bersalah, hihihi. Siapa suruh balesnya singkat-singkat banget.
"Halo." Jawabku jutek.
"Baperan lo kuya! Apaan?" Semburnya.
"Katanya ganggu, ya gak jadi."
"Pundung.. Ada apa Naya cantik anaknya pak Abyzar yang kecil pendek kayak Minion, pacarnya mamas Prima yang perutnya kotak-kotak."
"Bacot!"
Kafka tertawa, suaranya beda.
"Cepetan ah, ada apaan? Kangen sama gue atau sama mamas?"
"Kaf, soal tadi--"
"Iyeee aman sama gue, kalau lo takut gue koar-koar. Ahelah, woles!" Potongnya, aku menghela napas lega.
"Maksud gue, bukan soal adegan tadi." Kemudian aku menyesali pilihan kata-kataku,"maksud gue tentang mas Prima dan gue, cukup lo aja yang tahu."
"Kenapa?" Tanyanya, terdengar tidak nyaman.
"Engg, gue mau backstreet sampai--"
"Gue ngerti kok, santai aja. Rahasia lo aman."
"Gue percaya sama lo, thanks ya Kaf."
"Biasanya lo lebih percaya Tuhan."
"Iya nyet, itu beda lagi. Pokoknya thanks ya."
"Makasi doang?"
"Pamrih lo ah!"
"Elaaah dikit, bisa kali kayak tadi."
"Sialan! Udah ah, sebelum tensi gue naik. Bye!"
Kudengar tawa Kafka sebelum sambungan telepon terputus.
Tak ada pesan apapun dari mas Prima soal Kafka tadi, atau mereka sudah bicara? Setidaknya menanyakan aku yang pulang sendiri tanpa pamit gitu? Belum ada juga w******p dari mas Prima. Aku mematikan ponsel dan lampu kamar. Mungkin dia kembali bekerja, atau mungkin kembali menghubungi Ola.
***
Farhan dan Teddy mengajak ke pulau seribu. Dengan Kafka dan Derri, katanya. Tiara ingin ikut, Sissy sedang tanya Ijonk untuk ikut. Aku? Entahlah ya. Mereka pasti akan diving dan snorkling, sedangkan aku masih dalam cuti ibadah. Gak mungkin bisa ikutan terjun ke dalam laut.
Seorang penulis yang sudah setia bekerjasama dengan CRAP tiga tahun belakangan ini, mengirimkanku email.
From : Angkasa.Garis@gmail.com
To : Abyzar.KanayaM@crap.co.id
Dear Naya,
Good news, saya dan Bella putus.
Saya akan mengejar kembali gadis populer yang saya kagumi. Thanks untuk segala saran dan dukungan kamu. Kita harus bertemu suatu saat nanti!
Regards,
Garis.
Aku segera me-reply email Garis.
From : Abyzar.KanayaM@crap.co.id
To : Angkasa.Garis@gmail.com
All the best for you. Perjuangkan hatimu! Gudlak.
Sama2. Ofc we have!
Gak sabar ketemu mas Garis dan cewek populernya :D
Salam,
Kanaya.
Aku tersenyum menatap monitor. Garis adalah salah satu teman yang kukenal melalui dunia maya. Awalnya ia hanya mengirimkan masukan atau saran terkait CRAP, juga mengirimkan tulisan-tulisan satire-nya. Lama-lama kami berkomunikasi seperti teman, ditambah kenyamanan Garis saat menceritakan hubungan cintanya yang rumit. Tentu saja aku ikut bahagia, mengetahui Garis sudah mengambil sikap berani dengan jujur terhadap hatinya sendiri.
"Mas Prima kemana tadi?" Tiara bertanya pada Kafka yang baru saja turun.
Aku bahkan gak tahu kalau mas Prima sudah pergi.
"Ke One Clean. Makan dimana pada?"
One Clean adalah Car Wash dan bengkel mas Prima yang berada di jalan radio dalam. Kenapa Kafka lebih tahu mas Prima dimana. Apa sulitnya memberi tahuku bahwa dia berada di luar. Ada orang pacaran cuek-cuekan kayak gini?
"Naya mau makan dimana?" Sissy berdiri di sampingku.
"Bebas." Jawabku.
"Yok ah!" Kafka berjalan keluar sambil mengangkat telepon.
Aku, Tiara dan Sissy mengikutinya. Di belakang kami, Farhan dan Teddy menyusul.
Aku membuka chat terakhir dengan mas Prima, dan terakhir chat itu sebelum dia memintaku jadi pacarnya. Itupun soal kerjaan. Hubungan macam apa ini?
~tbc~