ARISAN

1004 Words
Deswita nampak bahagia dan bangga saat kawan- kawan arisannya datang. Mereka adalah ibu- ibu yang kaya dan bergaya sosialita. Jelas, arisan hanyalah menjadi alasan untuk mereka berkumpul dan membanggakan ini dan itu. Dan, saking memamerkan barang- barang baru yang branded tentunya. "Aduh, jeng Wita kuenya enak- enak semua ini. Ish pinter sekali sih mantu Jeng itu. Oya, mana Arista?" tanya nyonya Karla. Dia salah satu kawan Deswita yang paling nyinyir dan heboh. Suaminya memiliki bisnis batubara di pulau Kalimantan. Sehingga, pundi rupiahnya lumayan tebal. "Arista jemput anak-anak jeng. Biasalah kalau jam segini. Kita makan siang aja dulu, gimana? Arista udah masak loh, buat kita semua," kata Deswita. Karla nampak berbinar, dua memang sangat menyukai masakan Arista. Karla dan mami Arista adalah kawan baik. Jadi, dia tau betul bagaimana keluarga Arista. Dokter Herawati mami Arista adalah adik kelas Karla sekaligus teman baik Karla. Karla langsung mengambil nasi dan rendang favoritnya. Dan saat memakannya, nampak jelas Karla sangat menyukainya. "Ya ampun, Arista ini emang persis kaya maminya. Dokter Hera itu jago banget masak loh ibu-ibu," ujar Karla. "Ini mie gorengnya aja enak banget loh, jeng Wita," sahut Nesa. Deswita tersenyum bahagia. Ia memang paling senang jika sudah di puji-puji. "Soalnya ini loh, ya ampun jeng persis kaya masakan hotel bintang lima," timpal nyonya Anna. "Jeng Deswita ini beruntung banget sih. Punya besan orang terpandang. Menantu cantik, pinter masak. Duh, kalau menantu saya mah, jeng. Boro- boro bisa masak kaya begini. Ngurus anak aja nggak beres," ujar Nessa lagi. "Eh, itu pembantu baru jeng? Bukannya waktu itu udah agak tua ya?" tanya Karla saat melihat Mira membawakan minuman. "Aduuh, mbak Marni itu udah agak tua, jeng. Kerjanya tu emang rapi tapi lama jeng. Apalagi kalau asmanya udah kumat. Duh, nggak betah saya liatnya. Ini tadi pagi baru dibawa sama Arista. Emang sengaja cari yang agak muda biar enak di suruh- suruh trus juga nggak gaptek dan gampang ngerti. Kalau mbak Marni itu, pake aplikasi WA aja nggak ngerti cuma tau SMS sama telepon." "Tapi, masih muda begitu apa nggak takut kalau dia malah godain Damian, jeng. Jangan salah loh pembantu sekarang. Jeng tau suz Kalina, kan. Anaknya kan baru cerai sama suaminya. Gara-gara pembantu jeng, pembantu anaknya itu masih muda. Malah ganggu mantunya, ketauan lagi di kamar pas anaknya pulang dari Bali, jeng." Karla mengatakan hal itu dengan sedikit berbisik pada Deswita dan ibu-ibu yang lain sambil menatap Mira dari atas sampai bawah. Nampak sekali kalau Karla tidak menyukai Mira. "Mira, kamu kalau mau makan, ambil aja nggak apa-apa. Tapi, makan di dapur aja ya. Di meja belakang itu bisa sambil nonton TV kan. Sekalian ni piring- piring nanti kamu cuci," ujar Deswita. "Iya, bu, nanti aja makannya kalau semua udah selesai," jawab Mira. "Ya udah, kamu ke dapur aja. Nanti kalau semua udah selesai makan kamu saya panggil," kata Deswita. Mira bergegas kembali ke dapur. Gadis itu mendengar perkataan Karla meski sedikit berbisik. "Dasar orang kaya. Seenaknya aja kalau ngomong. Emang di pikir semua pembantu itu sama. Gini- gini pernah kuliah, sayang aja nggak ada rezeki buat lanjutin. Kalau nggak karena ibu yang sakit, emang aku mau apa kerja jadi babu begini," rutuk Mira dalam hati. Dia pun segera melangkah ke dapur. Membuka kulkas dan mengambil buah apel lalu memakannya. Sementara di ruang depan setelah selesai makan siang, ibu-ibu arisan itu langsung ke acara utama. Arisan itu hanya di hadiri oleh 10 orang termasuk Deswita. Setiap minggu mereka akan bergantian untuk menjadi tuan rumah. Sebenarnya, bukan uang yang menjadi target utama arisan itu. Tapi, berkumpul dan saling berghibah tentunya. Apalagi yang di lakukan oleh ibu-ibu sosialita jika berkumpul kan. Dan, ternyata arisan siang ini di menangkan oleh Karla. Sehingga secara otomatis, minggu depan arisan selanjutnya Karla yang akan menjadi tuan rumahnya. Tepat pada saat mereka sedang bersenda gurau dan saling bercerita Arista dan ketiga anaknya masuk sambil mengucapkan salam. "Eeh, cucu- cucu Oma ini udah pulang. Dominic, Elena, Calista sini kasi salam dong sama oma- oma yang lain," ujar Deswita. "Aduh, Arista kok tambah kurus sih, tapi tambah glowing loh, pake skincare apa sih?" sapa Karla. Arista tersenyum manis dan langsung menghampiri kawan- kawan arisan ibu mertuanya itu kemudian menyalami mereka satu persatu. "Riris nggak pake apa- apa kok tante. Skincare biasa aja. Kan tiap bulan juga kita sering ketemu di tempat dokter Jenny buat perawatan." "Kirain kamu pake yang lain juga," ujar Karla. "Nggak kok, tante. Ya udah, Arista masuk ke dalam dulu ya. Ayo, Dom, Elena, Calista kalian ganti baju dulu. Bu, Rista ke dalam dulu ya," pamit Arista pada semua ibu- ibu di ruang tamu itu. Arista langsung menyuruh ke tiga anaknya untuk mengganti seragam mereka dan istirahat siang di kamar masing-masing. Sementara ia sendiri bergegas ke dapur untuk menemui Mira. "Kamu udah makan, Mir? Saya bawain kamu nasi ayam geprek ni. Saya nggak tau kamu bisa makan pedes atau nggak, jadi saya minta pisah sambalnya. Kamu makan dulu, gih. Nanti sakit," ujar Arista sambil mengulurkan bungkusan berisi makanan pada Mira yang sedang duduk sambil menonton televisi. "Duh, makasih banyak, bu. Saya baru mau ambil makanan tadinya ke meja makan. Tapi, malu." "Ya udah, kamu makan ini dulu. Nanti kamu bereskan piring- piring ya. Nah, kayanya di meja makan itu sisa rendang aja deh. Kamu nanti masukkan ke dalam tupperware ya rendangnya. Taro aja di dalam kulkas. Biasanya saya suka panasin buat tambahan lauk bekal anak-anak. Atau besok pagi saya buat nasi goreng rendang," ujar Arista. Mira mengangguk tanda mengerti. "Makan malam nanti?" tanyanya. Arista tersenyum, "Mas Damian suamiku nggak suka lauk yang dingin. Jadi, nanti sore saya masak. Saya mau istirahat di kamar dulu ya. Ingat kamu rapikan semuanya ya." "Iya, bu. Saya makan dulu ya." Arista hanya mengangguk dan ia pun melangkah ke kamarnya. Perlahan ia menghempaskan tubuhnya ke atas kasurnya. Ia merasa letih sekali. Selama seminggu terakhir ini, semua pekerjaan ia yang mengerjakan. Untunglah ia bisa mendapatkan ART yang baru. Jika tidak saat ini ia pasti tidak dapat berbaring seperti ini. Pastilah ia sedang mencuci peralatan dapur dan juga membereskan ruang tamunya yang berantakan setelah arisan yang di adakan mertuanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD