GADIS PINTAR

1022 Words
Zalina Maharani menatap sepasang suami istri di hadapannya saat ini. Mereka nampak betul-betul panik dan kebingungan. "Anak kami bukan anak yang nakal. Tidak mungkin ia akan menodai anak gadis orang lain. Tolong bela anak kami, mbak Zalina. Kami tau anda adalah pengacara yang pintar dan juga hebat. Anda pasti bisa menolong putra kami." "Saya akan membantu. Asalkan memang betul putra bapak dan ibu tidak bersalah. Saya perlu bicara dengan putra ibu dan bapak." "Kita akan ke kantor polisi?" "Ya tentu saja. Memangnya bisa, tahanan dibawa kemari?" Rudi dan istrinya Marisa pun hanya mengangguk. Zalina meraih tas dan kunci mobilnya lalu menoleh pada sekretarisnya. "Aku pergi dulu." "Baik, mbak Lina." Zalina pun melangkah diikuti oleh Rudi dan Marisa. "Pakai mobil saya saja, saya tidak biasa menumpang mobil orang lain," ujar Zalina. Rudi dan Marisa hanya menurut. Dan mereka pun langsung berangkat ke Polda untuk bertemu dengan Ardy putra mereka. Ardy Cresna adalah putra sulung mereka. Seminggu yang lalu Ardy di tangkap atas tuduhan pelecehan. Tapi, tentu Rudi dan Marisa tidak percaya. Karena mereka tau bahwa Ardy bukanlah pemuda berandalan. Terlebih bahwa dia adalah calon dokter. Sesampainya di kantor polisi mereka langsung meminta izin pada petugas untuk menemui putra mereka. Nampak Ardy begitu kuyu dan putus asa saat menyambut kedatangan kedua orang tuanya. "Ardy Cresna? Saya Zalina, saya yang akan membela kasus anda di pengadilan nanti. Tapi, terlebih dahulu, saya ingin mendengarkan kronologis cerita dari anda. Apa yang sebenarnya terjadi malam itu?" tanya Zalina. Ardy menghela napas panjang sebelum ia memulai ceritanya. "Tiara adalah adik kelas saya, dia anak yang baik dan berani. Jujur, dia sering main ke rumah. Bahkan, dia pernah menyatakan cintanya pada saya. Tapi, saya tidak pernah membalas cintanya. Karena , sejak dulu saya hanya menganggapnya adik. Malam itu, saya memang datang ke pesta ulang tahun Veronika bersamanya. Tapi, dia minum bersama dengan Revan. Pemuda itu anak tunggal seorang pengusaha kaya raya dan dia mengejar- ngejar cinta Tiara. Tapi, Tiara tidak pernah menggubris nya. Bahkan, Tiara pernah mempermalukan Revan di depan umum. "Malam itu, saat melihat Tiara datang bersama saya, Revan kesal. Lalu menantang Tiara untuk minum. Dan, Tiara menyanggupi. Saya sudah melarang, tapi gadis itu ngotot. Akhirnya, karena saya bertemu dengan Chelsea kawan seangkatan saya, saya meninggalkan mereka di bartender. Saya lalu bergabung dengan rekan saya yang lain. Sekitar satu jam kemudian, saya ingin buang air kecil. Ketika saya mencari kamar kecil, salah satu kamar di villa itu terbuka dan saya melihat Tiara dalam kondisi mengenaskan. Tanpa mengenakan sehelai benang pun. Saya masuk dan hendak menyelimuti tubuhnya. Saat itukah dia tersadar dan berteriak histeris. Teriakan Tiara membuat tamu- tamu berdatangan. Itulah sebabnya mengapa saya yang menjadi tersangkanya," cerita Ardy. Zalina mengerutkan dahinya. "Hmm...artinya Chelsea bisa menjadi saksi untuk alibi waktu. Tapi, yang menjadi masalah adalah, hasil visum pada Tiara, cairan yang tertinggal sama dengan DNA milikmu. Ini yang harus kita pecahkan bersama. Menurut anda, siapa yang kira- kira harus bertanggung jawab atas musibah yang terjadi pada Tiara?" "Jujur, saya hanya mencurigai Revan. Karena, pada saat saya hendak ke kamar kecil dan melewati bartender saya sempat bertanya pada kawan saya di mana Revan dan Tiara. Dan, kawan saya mengatakan bahwa Tiara dan Revan sudah hampir 20 menit menghilang dan tidak kembali." "Baiklah, ini hanya sekedar pikiran yang yaa katakanlah saya sedikit ngawur. Tapi, apakah Ardy adalah anak kandung dari bapak dan ibu?" tanya Zalina pada Marisa dan Rudi. Pertanyaan Zalina sontak membuat pasangan suami istri itu terkejut. Mereka saling pandang, lalu mentap Ardy dengan tatapan yang sulit di artikan. Zalina mengetuk- ngetukkan jarinya ke atas meja menunggu jawaban. Namun, alih-alih menjawab Marisa malah menangis tersedu-sedu. Ardy yang melihat ibunya menangis bergegas memeluk sang ibu. "Ma, kok mama nangis? Apa yang mama sembunyikan dari Ardy? Pa, Mama kenapa?" Rudi menghela napas panjang. "Apakah ini perlu?" "Yaa, kalau begitu kita ubah pertanyannya. Apakah anda memiliki anak yang lain yang mungkin sejak bayi hilang selain Ardy?" tanya Zalina. Rudi menunduk, dan mengembuskan napasnya perlahan. Ingatannya melayang pada kejadian 23 tahun yang lalu. _23 tahun lalu_ Rudi menatap dokter Sukma yang nampak kebingungan di hadapannya. "Ada apa, dokter? Apa ada yang terjadi dengan anak istri saya? Bagaimana keadaan Marisa?" tanya Rudi. Dokter Sukma menghela napas. "Marisa, istri bapak baik- baik saja dan saat ini sedang beristirahat. Tapi, putra Bapak dan Ibu...Maafkan, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi putra anda meninggal dunia." Runtuh sudah dunia Rudi rasanya. Ia hanya mampu diam dan terpaku. Sampai akhirnya perawat menuntun langkahnya ke ruang jenazah untuk melihat putra yang baru lahir. Wajah bayi itu begitu tampan, namun terasa dingin tak ada tanda kehidupan. Rudi menangis, namun tangisan tak membuat tubuh kecil itu bereaksi apalagi membuka mata dan menangis. Marisa depresi berat saat mengetahui putranya meninggal dunia. Dan, pada akhirnya Rudi dan keluarga besar lainnya sepakat untuk mengadopsi bayi yang baru lahir dari panti asuhan. Kebetulan, ada bayi kembar yang baru saja di lahirkan, namun ibu bayi itu tidak mau merawat kedua anaknya karena kehamilannya diluar pernikahan yang sah. Sehingga ayah dari sang ibu menitipkan cucu- cucunya ke panti asuhan. Menurut ibu pengurus panti, saudara kembar bayi itu baru saja di adopsi. Maka, Rudi pun memutuskan untuk mengadopsi bayi itu demi kesembuhan Marisa dan memberi nama Ardy Cresna. Cresna berasal dari nama Krisna. Rudi berharap kelak Ardy akan menjadi anak yang pemberani, jujur, bijaksana dan baik hati seperti dewa Krisna. Kehadiran Krisna membuat Marisa pulih dan kembali ceria dan sehat. Barulah rahasia itu Rudi ceritakan saat Ardy berusia 3 tahun kepada Marisa. Marisa saat itu sedikit terkejut, tapi, jiwanya sudah lebih kuat dari sebelumnya dan mereka sepakat untuk mencintai dan merawat Ardy sebagai anak kandung mereka sendiri. Dan, barulah saat Ardy berusia 5 tahun Marisa kembali hamil dan melahirkan Andini. Namun, itu tidak mengubah cinta mereka terhadap Ardy. Bahkan, mereka bangga pada putranya itu. Karena Ardy tumbuh menjadi anak yang begitu baik, dan membanggakan mereka sebagai orangtua. Ardy merasakan kedua netranya basah. Ia harus menerima kenyataan yang cukup membuatnya sedikit terpukul. Zalina tersenyum, "Baiklah, untuk hari ini kita cukupkan sampai di sini. Bapak dan Ibu nanti harus memberi informasi di mana kalian dulu mengadopsi Ardy. Rasanya, saya bisa menolong kalian. Tenang saja, semua akan baik- baik saja," ujar Zalina sambil tersenyum.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD