Part 4. Pelelangan

616 Words
Aron melipat lengan kemejanya sampai ke siku, lalu pria itu kembali memegang setir mobil. Sudah empat tahun di berada di Hong Kong, dia mengurus bisnes illegal Daddynya di sana. Pria itu berusia sembilan belas tahun itu memutar setir mobilnya berbelok ke club malam. Dari dalam mobil lagi Aron sudah mendengar suara DJ dari dalam club malam tersebut.. Pintu mobilnya di buka oleh seorang guard di club tersebut. Aron keluar dari dalam mobil sambil memakai jas yang terus di bantu oleh anak buahnya yang sudah menunggu di sana. " Mereka sudah menunggu tuan.." kata anak buahnya berbisik. " Baik ayo.." Aron berjalan menuju ke club itu, di depan pintu sudah ada yang bersedia membuka pintu. Ketika masuk ke dalam club, seseorang melanggar Aron. Anak buahnya terus pasang badan untuk melindungi Aron. Pria itu meringis, memangnya dia tak bisa jaga diri apa sampai di lindungi seperti seorang wanita. " Minggir kalian.." Aron menolak tubuh salah satu dari anak buahnya. " Ayo.." Aron melirik sekilas pada gadis yang melanggarnya tadi. Senyuman kecil terukir di bibir Aron, gadis itu melihat Aron tapi hanya sekilas saja. Aron menuruni anak tangga menuju ke ruang bawa tanah. Sudah ada ratusan orang disana, ruangan bawa tanah itu tepat di bawa club adalah pelelangan. Aron duduk di kerusi yang sudah di siapkan untuknya.. " Tuan.." " Apa?" Jawab Aron sambil melirik kearah pria itu. " Baru sampai.." tanya pria paruh baya itu berbasa basi. " Apakah Uncle melihatku di sini sejak tadi.." Aron balik bertanya dengan wajah serius. Pria paruh baya itu menjadi serba salah, padahal dia hanya ingin bercanda saja. " Aku bercanda kok.." kata Aron sambil tertawa kecil. " Tadi di jalan sangat macet makanya aku baru sampai sekarang.." kata Aron menjelaskan. " Aku benci sekali datang ke tempat seperti ini.." kata Aron mengeluh. Dia melihat ke pentas ketika suara mendengar suara seorang gadis di atas pentas. Sorakan pada p****************g terdengar, Aron meringis dia dapat merasakan ketakutan sangat besar dalam diri gadis itu. Gadis perawan sudah tentu banyak sekali yang ingin mendapatkan gadis itu. Aron melihat dari satu persatu muda maupun tua menyebut harga mahal untuk membeli gadis itu. Salah satu dari seorang mafia tua di sana menawarkan harga yang sangat tinggi. Semua sudah diam ketika harga itu di sebut, Aron melihat gadis itu semakin histeris menangis. Dia memberi isyarat pada anak buahnya untuk menulis sesuatu. " Sebentar.." Aron mengangkat angka harga dengan lebih tinggi. Pria paruh baya itu mengepalkan kedua tangannya, padahal dia sudah hampir mendapatkan gadis itu. Dia mengangkat tangannya dengan harga satu angka lebih tinggi dari harga yang Aron tawarkan. Aron tersenyum kecil. " Dua puluh lima M.." Pria itu bungkam, dia melihat Aron sedang tersenyum padanya seolah sedang mencari masalah dengannya.. Kemudian seorang pria yang berdiri di atas pentas mengumumkan bawa Aron adalah pemenangnya. " Cari tahu mafia dari mana dia.." pria paruh baya itu berbisik pada anak buahnya.. Aron melihat pria itu lagi, dia tahu pria paruh baya itu tak puas hati padanya. Gadis itu di bawa ke kamar yang sudah di siapkan, dia melihat seorang pria yang memenangi pelelangan tadi sedang berada dalam kamar itu. Pria itu berdiri dan mendekatinya ketika anak buah pria itu keluar dari kamar itu. Gadis itu memberanikan diri mendongak melihat Aron. " Benar kamu masih perawan.." tanya Aron ketika sudah berdiri di depan gadis itu. " Tuan, lepaskan saya.. saya bukan wanita murahan.." " Lalu apa yang kamu lakukan disini.." tanya Aron lagi. " Aku di jebak." Jawab gadis itu dengan suara bergetar. " Aku mohon lepaskan aku.." " Tidak bisa, aku sudah membayar mahal, dan aku tidak bisa sia siakan kesempatan.." Gadis itu terus berlari ke arah pintu berniat mau melarikan diri, tapi Aron lebih cepat menahan daun pintu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD