Part 5. Aku Mafia

882 Words
Aron menarik lengan gadis itu sampai menabrak tubuhnya. Pria itu tertawa melihat wajah ketakutan gadis itu. " Jangan takut.." " Lepaskan aku.." gadis itu memberontak sambil memukul d**a Aron. " Baiklah.." tanpamu merasa bersalah Aron terus melepaskan gadis itu.. " Argh!" Aron tertawa melihat gadis itu yang meringis kesakitan di atas lantai.. " Rawr!" " Arh!" Gadis itu berteriak histeris lalu keluar dari dalam kamar itu dengan buru buru. Aron tertawa melihat gadis polos itu berlarian Keluar dari dalam kamar.. " Biarlah dia.." kata Aron melarang anak buahnya mengejar gadis tadi. " Apa pria itu sudah sampai.." tanya Aron sambil kembali masuk ke dalam kamar. " Iya tuan.. " Aron duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya. " Ayo ambil.." Pria itu menunjuk ke gelas wine sambil melihat anak buahnya.. Dua anak buahnya yang berada dalam ruangan itu bersaling pandang padahal gelas itu bisa saja di ambil oleh Aron. " Silakan tuan.." seorang dari pria itu mendekat lalu mengambi gelas di berikan pada Aron. " Handphone ku lagi.." kata Aron sambil memuncungkan bibirnya ke depan. " Dari siapa?" Tanya Aron ketika anak buahnya melihat ke layar ponselnya. " Dari tuan Aaron.." " Ayo di angkat.." Anak buah Aron terus menggeser panggilan lalu di dekatkan ke telinga Aron. " Daddy, ada apa?" " Aron.." Aaron memangggil nama anaknya di hujung talian, detik kemudian dia menarik nafas dalam. " Daddy menyuruh kamu datang ke sana malam ini untuk bertemu seseorang bukan membeli barang apalagi wanita, kamu apakan gadis itu.." " Sudah aku lepaskan.." jawab Aron dengan tenang. " Aron, kamu jangan cari masalah di sana Aron.." " Sepertinya yang sedang cari masalah sekarang adalah Daddy.." " Kembalikan duit dua puluh lima M itu, Aron.." geram Aaron.. " Daddy tenang saja, hitung saja sampai bunganya.." Aron mendorong ponselnya jauh dari telinga sebelum Daddynya bertambah kesal lagi. " Susah sekali ada Daddy yang cerewet.." Aron memejamkan mata sambil menyandarkan tubuh di sofa.. " Selamat malam tuan Aron.." Aron membuka mata melihat seorang pria masuk ke dalam kamar itu. " Kau lama sekali.." kata Aron sambil membenarkan duduknya. " Maaf tuan.." kata pria itu sambil memberi hormat, tanda dia meminta maaf. " Kau sampai kapan seperti itu.." tanya Aron jengkel. " Maaf tuan.." pria itu duduk di depan Aron sambil memangku map. Senyuman malu malu dari pria itu membuat Aron meringis. " Kau gay.." tanya Aron tak bisa mengontrol mulutnya daripada mengomen. Dengan lirikan mata nakal pria itu melihat Aron, sambil tersenyum nakal.. " Hey jangan kau tersenyum, seram sekali wajah gaymu.." kata Aron. " Apa yang ingin kau sampaikan.. kata Daddy ada yang penting, apa itu.. cepat aku tidak punya waktu lama melihat wajah gaymu.." Aron membenarkan jas di tubuhnya melihat wajah pria gay itu. " Kau tampan.." " Aku tahu.." jawab Aron, dia merebut map dari tangan pria itu. " Apa ini?" Aron membuka lipatan kertas, dia membaca isi surat itu sambil sesekali melihat pria di depannya. " Wajahmu menyeramkan sekali.." kata Aron sempat memberi komen. " Surat kontrak.." " Bagaimana tuan.." Aron melihat pria itu. " Boleh juga tapi aku ingin melihat wine apa saja.." " Boleh tuan.." pria itu setuju sambil tersenyum lembut pada Aron. " Kau pergi sana, besok siang kita bertemu lagi untuk tandatangan kontrak.." Aron melihat senarai wine di surat itu dari 80-an, minuman yang di cari selama ini oleh Daddynya. Sekarang Aron bertemu dengan pria itu untuk membuktikan saja, dan ternyata benar. " Baiklah tuan...saya permisi dulu.." pria itu menyentuh pipi Aron.. Aron mengusap wajahnya dengan kasar, dia melihat pria itu dengan ekspresi wajah jijik. Setelah urusannya selesai, Aron segera keluar dari club tersebut. " Kau benar benar sialan, berani kau melarikan diri.." Aron melihat ke samping mendengar suara bentakan itu. " Kau sudah aku jual, bawa dia.." terdengar suara itu lagi. Aron melangkah kearah suara itu. " Lepaskan.." " Paksa dia.. Argh!" Aron melihat seorang gadis terduduk di atas tanah. " Kamu tidak apa apa.." Aron merendahkan tubuhnya untuk membantu gadis itu. " Iya.." gadis itu bangun dengan sendiri, dia tak mau di bantu. Aron memperhatikan gadis itu, dia yang menabrak tubuh Aron waktu baru sampai di club tadi. " Kamu ternyata.." Gadis itu menoleh kearah Aron, dia menatap bola mata biru pria itu. " Aku pergi dulu.." " Hey.. sebentar, bagaimana kalau kita kenalan dulu, aku Aron.." Gadis itu terus melipat tangan di d**a, dia melihat tangan Aron yang di hulurkan padanya. " Baiklah.." Aron menjauhkan tangannya karena gadis itu hanya diam. " Kamu sering dapat ke tempat seperti ini, tidak baik loh apalagi untuk gadis cantik sepertimu.." " Kamu bukan asli orang sini kan.." tanya gadis itu tak peduli dengan ocehan Aron. " Benar, I'm from New York.." kata Aron. " By the way nama kamu siapa?" Tanya Aron masih ingin tahu. " Tidak penting.." jawab gadis itu sambil melangkah meninggalkan Aron. " Hey Hey, jangan begitu dong.." Aron mengejar langkah gadis itu. " Aku ingin mengenalmu lebih jauh, boleh ya aku tidak ada teman disini.." " Apa yang kamu lakukan di club tadi.." tanya gadis itu mengalihkan bicara. " Aku ada urusan dengan klien, dan mereka adakan pertemuan dalam club.." " Aneh sekali.." gadis itu tersenyum meremehkan, bertemu dengan klien di dalam club. " Memangnya kamu kerja apa?" Aron menatap gadis itu dengan serius,.dia melihat bibir mungil gadis itu sedang tersenyum seperti mengejeknya. " Aku mafia.."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD