Bab 22. Hiatus dari Dunia Keartisan

1009 Words
Isabella sontak memundurkan langkahnya setelah mendengar namanya dipanggil dari luar dengan nada suara lantang. Ia mengenali suara itu, kedua mata Bella seketika terpejam sempurna sebelum akhirnya suara sang manager kembali terdengar nyaring. "Isabella, aku tau kamu ada di dalam!" teriak Sisil, seraya mengintip dari kaca jendela. Sialnya, tirai yang menutupi kaca tebal itu sama sekali tidak tertutup rapat. Sisil dapat melihat wajah Bella dengan jelas. Wanita itu mengetuk kaca secara berkali-kali seraya menatap geram wajah sang artis terkenal. "Lagi ngapain kamu di situ, Bella? Cepat buka pintunya," pinta Sisil membuat Bella seketika terkejut saat melihat wajah Sisil yang ditempelkan di kaca jendela. "Hah! Eu ... iya-iya, tunggu sebentar," jawab Bella merasa gugup. ''Sial, si Sisil kenapa pagi-pagi udah ada di sini sih? Beneran ya ni orang, profesional si profesional, tapi gak gini-gini amat kali. Astaga!'' batin Isabella, telapak tangannya perlahan mulai bergerak memutar kunci lalu membuka pintu. "Aku tau kamu pasti kayak gini, Bella. Hari ini kita ada syuting penting lho," omel Sisil hendak masuk ke dalam ruangan. "Tapi ngomong-ngomong, lagi ngapain kamu di sini?" Bella bergegas menutup pintu tersebut lalu berdiri tepat di depannya seraya tersenyum cengengesan. "Aku gak lagi ngapa-ngapain ko, eu ... itu tadi aku tuh--" "Udah, gak usah dijelasin Sekarang cepat siap-siap, 30 menit lagi kita berangkat!" sela Sisil penuh penekanan. "Bodyguard kamu mana? Apa dia nginep di sini juga?" Bella menggaruk kepalanya sendiri seraya berjalan bersama Sisil meninggalkan tempat itu dengan perasaan lega. "Sebentar lagi juga dia datang ko. Itu ... eu ... sekarang jam berapa ya? Kayaknya kita harus buru-buru deh. Nanti terlambat!" Isabella mempercepat langkahnya karena tidak ingin Sisil kembali menoleh dan memeriksa paviliun di mana Ryan berada. Wanita itu benar-benar merasa lega karena Sisil tidak sempat masuk ke dalam sana, tapi tetap saja jantungnya hampir saja melompat dari tempatnya bersarang. Beruntung nasib baik masih berpihak kepadanya. *** 30 menit kemudian, Isabella sudah berpakaian rapi dan siap untuk berangkat ke tempat syuting. Wajahnya nampak dipoles dengan make up tebal, lipstik berwarna merah pun menyempurnakan penampilannya lengkap dengan bulu mata anti badai yang membuat aura yang terpancar dari wajahnya terlihat cetar. High hill berwarna hitam nampak membalut kedua kakinya, sementara rambut panjangnya ia biarkan tergerai memenuhi punggung. Penampilan Isabella benar-benar sempurna dan begitu mempesona. "Kita berangkat sekarang," ucap Sisil saat melihat Bella keluar dari dalam kamar. "Sebenarnya, ada yang mau aku katakan sama kamu, Sil," sahut Bella berjalan menghampiri sang manager. "Gak ada waktu, Bella. Kita udah hampir terlambat." "Sebentar aja, penting banget." Sisil seketika menghela napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan sebelum akhirnya duduk di sofa seraya menatap lekat wajah Isabella. Ia mulai menerka-nerka apa yang hendak dibicarakan oleh sang artis. Bella melakukan hal yang sama seperti wanita itu, ia tersenyum ringan seraya menatap lurus ke depan melayangkan tatapan kosong. "Aku capek, Sil," lirih Bella. "Rasa-rasanya, aku pengen hiatus dari dunia keartisan. Aku pengen istirahat dan menjalani hidup aku sebagai orang biasa." Sisil seketika membulatkan bola matanya. "What? Kamu pasti bercanda, 'kan? Hiatus?" Bella menganggukkan kepalanya lalu menoleh dan menatap wajah sang manager. "Tapi kenapa? Karir kamu lagi ada di puncak lho. Kamu juga udah menekan beberapa kontrak film dan iklan. Mana boleh hiatus gitu aja," tanya Sisil merasa heran dengan keputusan Bella yang terkesan tiba-tiba. "Setelah aku menyelesaikan semua kontrak kerja itu, aku akan mulai menepi dari dunia keartisan. Aku minta sama kamu, jangan terima kontrak kerja dari manapun lagi, oke?" Sisil mendengus kesal seraya menyandarkan punggung berikut kepalanya disandaran kursi. "Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba kamu pengen hiatus? Kita gak pernah membicarakan hal ini sebelumnya lho." "Entahlah, rasanya lelah aja," jawab Bella datar. "Apa suamimu melarang kamu berkarir lagi?" "Nggak, Mas Antoni gak pernah melarang-larang aku, Sil." "Terus? Eu ... kasih aku alasan yang masuk akal kenapa kamu tiba-tiba pengen hiatus. Aku tau lebih dari siapapun secinta apa kamu sama karir kamu ini, Bella," ujar Sisil. "Apa gara-gara si bodyguard tampan itu?" Bella seketika tersenyum lebar hanya untuk menyembunyikan rasa gugupnya. "Hah? Hahaha! Apa hubungannya sama dia, Sisil. Astaga! Ada-ada aja." Sisil menatap lekat wajah Isabella. Sepertinya, wanita itu dapat membaca bahwa senyuman lebar yang baru saja diperlihatkan oleh sang artis terkenal hanya sebuah kepura-puraan saja, ada rahasia besar yang tengah disembunyikan oleh Isabella. "Aku tau kamu nyembunyiin sesuatu dari aku, Bella," sahut Sisil membuat senyuman yang semula mengembang dari kedua sisi bibir Isabella seketika sirna. "Apa kamu gak percaya sama aku, bahkan setelah aku menemani kamu selama lima tahun ini?" Bella menghela napas panjang seraya memalingkan wajahnya ke arah lain. "Bukannya aku gak percaya sama kamu, Sil, tapi belum saatnya kamu tau masalah aku ini, tapi aku janji, suatu saat nanti aku bakalan kasih tau kamu. Jangan bertanya apapun dulu untuk saat ini, oke?" "Baiklah, apapun masalah yang lagi kamu hadapi, semoga cepat terselesaikan. Eu ... kita berangkat sekarang, ya." Bella menganggukkan kepala. Keduanya pun berdiri tegak lalu mulai beranjak dari sana. "Aku mohon mulai detik ini, kamu jangan terima kontrak dari manapun lagi," pinta Bella di sela-sela langkahnya. "Oke," jawab Sisil datar. "Tapi ngomong-ngomong, si Ryan mana?" Keduanya pun berhenti lalu berdiri di teras rumah seraya menatap sekeliling. Mereka tengah mencari orang yang sama yaitu, sang bodyguard tampan yang akan selalu mendampingi Isabella kemanapun wanita itu pergi. Tidak lama kemudian, sosok yang ditunggu pun akhirnya terlihat. Ryan dengan jas hitam yang membalut tubuh kekarnya terlihat berjalan dari arah samping. Sisil seketika mengerutkan kening seraya menunjuk wajah pria itu. "Ryan," sapa Sisil, dia merasa ada yang aneh dengan situasi ini. "Kenapa kamu keluar dari sana? Emangnya kamu tinggal di sini juga?" Ryan tersenyum ringan lalu berdiri tidak jauh dari tempat di mana Bella dan wanita itu berada. "Kita berangkat sekarang, Nyonya." "Tunggu, jawab dulu pertanyaan aku, Ryan. Eu ... kamu tinggal di sini juga?" Sisil kembali bertanya ingin segera mengobati rasa penasarannya. "Ya iyalah, dia 'kan bodyguard aku. Tentu aja dia harus tinggal di sini. Aku sengaja minta dia buat tinggal di paviliun yang kosong itu," celetuk Bella. "Paviliun yang dibelakang tadi itu?" tanya Sisil mengerutkan kening. ''Bukannya tadi Bella keluar dari paviliun itu juga? Jangan-jangan mereka--'' batin Sisil menatap wajah Bella dan Ryan segera bergantian. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD