chapter 30

1528 Words
“ aku sama sekali gak bisa ngehubungi ziana , van “ Umpat ferry dengan meneguk wine pada gelas nya. “ loe juga aneh ferr , Loe itu mau zara apa ziana? Tentuin lah , jangan di gantung dua-duanya. Anak orang kasihan tau. “ Ucap evan dengan memukul pundak ferry yang setengah sadar dan setengah mabuk. “ kalau menurut loe van , Gue harus milih siapa? “ Tanya ferry melantur. “ mana gue tau , Yang ngerasain aja loe. Kenapa gue yang mikir harus milih siapa. “ Gerutu evan menanggapi celotehan ferry yang semakin tak masuk akal. “ gue mau ziana van , Tapi gue gak bisa jauh dari zara. “ Gumam ferry dengan tatapan yang kosong memandang gelas yang berisi kan es batu di dalamnya. “ serakah banget sih ferr, Satu aja pasti bikin loe pusing kok. “ Ucap evan menasehati. “ gue cinta zara , van. Gue sayang zara. Gue gak mau orang lain nyentuh milik gue. “ Teriak ferry dalam ruangan yang untung saja hanya ada evan dan dirinya saja. “ yaudah pertahanin zara , Kasih kesempatan zara untuk memperbaiki semua nya. Anggap aja itu emang karma loe yang udah nyakitin ziana. “ Kata evan datar , Lalu terlihat wajah ferry yang seakan membeku saat melihat orang yang juga di rindukan nya sedang berdiri tepat di depan lorong pintu bar yang di datangi ferry. “ zii ... “ Ucap ferry lirih. “ zii tunggu zii. “ Lanjut kata ferry sambil memanggil nama ziana. “ ferr , loe kenapa? Gak ada ziana disini. Sadar ferr sadar... “ Kata evan mencoba menyadarkan ferry yang mungkin sedang berhalusinasi tentang ziana. “ pulang aja ferr , Loe udah ngaco banget. “ Ujar evan lalu membantu memapah ferry untuk di arahkan ke dalam mobil nya. “ itu ziana van , Loe gak bisa liat apa? Jelas kok itu depan ku. “ Gerutu ferry sambil mencoba melepas tangan evan yang menahan nya. “ jangan gila loe ferr , Itu jalan raya tau. Nanti gue bantuin buat hubungin ziana , oke. Sekarang nurut gue dulu ya. “ Ucap evan yang masih mencoba menenangkan ferry yang semakin menjadi. Setelah memasukkan ferry kedalam mobil nya , Evan dengan cepat melajukan mobil nya untuk menuju ke rumah ferry. Dalam perjalan , Evan mengambil handphone ferry untuk mencari kontak ziana , dan setelah mendapatnya evan tanpa ragu langsung saja menghubungi nya. “ hai , ziana ya. Aku bisa minta tolong. Aku evan , Temen ferry. “ Ujar evan saat mendengar bahwa sambungan telpon nya di terima oleh ziana. “ –-- “ “ ferry merasa bersalah sama kamu , Hingga mabuk kaya gini zii. Bisa tolong temui dia dulu , kalian omongin lagi ya. “ Terang evan pada ziana. “ --- “ “ terimakasih ziana. “ Kata evan lalu memutuskan sambungan telpon nya. ◎ Saat evan memasuki halaman rumah ferry , Ia melihat ada seorang gadis yang berdiri didepan rumah nya. Pikiran evan saat itu pun langaung menjuru ke ziana , karena ia baru saja menghubungi nya. Evan memperhentikan mobil nya di depan pintu rumah ferry. Setelah nya membantu ferry untuk memapah dirinya dan mengantar kan ferry ke kamar nya. Sebelumnya ziana sudah membukakan pintu rumah ferry yang tidak terkunci. “ sorry ngerepotin kamu. “ Kata evan pada ziana yang kini masih membantu ferry melepas sepatu dan jas yang masih di kenakan nya. “ sama-sama. Biar saya yang urus , Tapi tadi ferry gak sampai pingsan kan? “ Tanya ziana yang mulai membuat evan mengerutkan kening nya. Sejenak membuat nya berpikir tentang apa yang di katakan oleh ziana. “ tenang mbak , Ferry jago minum kok. “ Kata evan memuji ferry , Karena memang pada dasar nya ferry memang lah laki-laki yang selalu kuat untuk meneguk minuman seperti itu. “ Ferry kuat , tapi tidak ginjalnya. “ Ucap ziana yang tiba-tiba membuat evan terkejut. Sampai saat ini ferry tidak pernah memberitahunya tentang keadaan kesehatan dirinya. Dan yang evan tahu , Ferry selalu baik-baik saja selama ini. “ ferry sakit? “ Tanya evan dengan tatapan terkejut nya. “ iya , Lebih tepat nya ferry mengidap kanker ginjal. Dia gak mau ngasih tau siapapun , dan juga gak mau operasi. Padahal domter audah menyarankan semua itu untuk segera di lakukan. Setau ku dia hanya memilih obat untuk mencegah rasa sakit nya. Ini yang selalu aku khawatirkan , Karena lingkup hidupnya yang tak lepas dengan minuman. Ferry hanya mencoba bertahan saja , padahal tubuhnya sangat lemah. “ Jelas ziana panjang lebar. Hingga membuat evan merasa bersalah kepada ferry. Sebagai orang terdekat , Evan sama sekali tak mengerti keadaan ferry sama sekali. Malah ia pun sering mengajak ferry untuk meneguk minuman itu walau hanya sekedar penghilang penat. “ ferry akan baik-baik aja , Aku akan menjaga nya beberapa waktu. “ Kata ziana pasti. Dan terlihat evan mengangguk-anggukkan kepalanya , tanda bahwa dia mengerti dengan apa yang di katakan ziana. “ saya titip ferry mbak , Permisi. “ Ucap evan berpamitan dan kemudian pergi meninggalkan rumah ferry. Meninggalkan ziana dengan ferry di dalam rumah ferry. “ maafkan aku zii. “ Ujar ferry lirih dalam tidurnya. “ badan mu kenapa dingin gini sih ferr ... “ Kata ziana yang sudah memegang tubuh ferry , Dengan segera ziana mengambikan air hangat lalu di letakkan di dalam teremos untuk mengompres badan ferry. Tak menunggu lama dan tak basa-basi , Ziana mengambil pakaian ferry yang terlihat tebal dan kemudian menggantikan nya. “ maaf zii. “ Suara lirih ferry yang tak henti-hentinya mengucap kata maaf untuk ziana atas kesalahan yang sudah ia lakukan dulu. “ kamu gak salah ferr , Jangan minta maaf terus kaya gini. Sadarlah ferr. “ Gumam ziana yang masih sibuk dengan aktifitasnya untuk menggantikan baju ferry dan kemudian beralih mengompres badan ferry. Ziana membasuh setiap lekukan di tubuh ferry dengan waslap. Dan terakhir membiarkan waslap itu menyinggahi kening ferry. “ zii , dingin ... “ Kata ferry begitu pelan dan lirih , Hingga membuat ziana mendekatkan dirinya untuk mendengarkan apa yang di ucapkan ferry. “ apa ferr? “ Tanya ziana lagi untuk memastikan apa yang ferry katakan tadi. “ dingin ... “ Ulang kata ferry , Dan ziana pun juga bisa merasakan nafas yang begitu dingin keluar dari rongga mulut ferry. “ bentar ferr , Aku ambilin air hangat dulu buat kamu minum ya. Kamu belum bisa minum obat , dampak nya bahaya. Bentar-bentar. “ Ucap ziana dengan wajah yang sedikit kebingungan. Namun , saat ziana ingin beranjak dari tempat nya saat ini. Ferry terlebih dahulu menahan tangan nya agar tidak pergi meninggalkan nya. “ ada apa ferr? “ Tanya ziana bingung. “ tetap disini zii , Jangan tinggalin aku lagi. “ Ujar ferry yang kemudian membuat sedikit senyum ziana mengembang di kedua sudut bibirnya. “ aku gak ninggalin kamu ferr , Aku Cuma mau ambil minum aja. “ Terang ziana sambil mengusap kening ferry yang masih terasa dingin di telapak tangan ziana. “ sebentar ferr , aku ... “ Ucap ziana tertahan kembali saat tiba-tiba ferry mengecup bibir ranum nya. Dan lagi-lagi perasaan itu juga menghantui ziana , Hingga membuat desir aliran darah nya menjadi deras dan detak jantung nya semakin terpompa dengan cepat. “ zii … “   Panggil ferry lirih dan kemudian membawa ziana dalam perbuatan yang sama seperti saat itu ,   Perbuatan yang membuat nya kehilangan ziana dengan waktu yang tak sebentar.   Hingga takdir yang dengan akhirnya menuntun mereka bertemu kembali walaupun dengan cara yang salah.   Perasaan ziana saat ini sungguh tak mampu ia cegah lagi ,   Ia sendiri pun juga sangat merindukan ferry.   Sahabat karib nya yang juga menjadi cinta dalam diamnya.   Ziana pun sudah tak mampu berpikir jernih sekarang , ia hanya ingin memanfaatkan waktu nya bersama ferry walau dengan cara yang salah.   Dan mungkin setelah ini pun ziana tak akan muncul dalam kehidupan ferry lagi , ia hanya berusaha mencoba mendekatkan kembali ferry dengan zara.   Karena pada dasar nya ziana tak tega melihat ferry yang selalu uring-uringan setiap saat karena kejadian yang ia lihat waktu itu.   Meski ziana taka da di samping ferry ,   Tetapi ia sangat tahu bagaimana sikap dan sifat ferry ketika terpuruk dalam suatu masalah.   Apalagi ini masalah tentang zara.   ◎   Ferry membuka matanya dan seketika terkejut dengan keadaan nya sekarang.   Ia mencoba mengingat apa yang terjadi padanya ,   Bagaimana bisa ia hanya memakai selimut saja dan tidak di tutupi dengan satu helai kain apapun selain selimut.   Yang ferry ingat ,   Ia pergi bersama evan dan ia juga kembali dengan evan. Tapi mengapa ia jadi seperti ini , apa yang terjadi kepada nya. Kepalanya begitu berat hingga tak mampu untuk berpikir jernih. Ferry mencoba membawa diri nya turun menuruni tempat tidur , lalu saat ia melihat jam tangan di atas nakas meja samping tempat tidur nya. “ sepertinya aku kenal jam ini. “ Gumam ferry lirih , Namun ia pun mengalihkan pandangan nya dari jam itu dan memilih berjalan ke arah kamar mandi. Ketika ferry ingin melangkah kan kaki nya , Dalam ingatan nya terbesit satu wajah yang sangat dia rindukan. “ zii , Oh god. “ Gumam ferry dan mengarahkan pandangan nya ke arah jam tangan itu. Jam tangan yang ia berikan tepat di hari ulang tahun ziana sebagai hadiah.     ‧͙⁺˚*・༓☾bersambung☽༓・*˚⁺‧͙  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD