Agustus 2016
Tahun ajaran baru dimulai. Anak kelas tiga tamat dari sekolah mereka. Kelas dua naik ke kelas tiga. Kelas satu ikut naik tingkat ke kelas dua, dan tentu saja ada pendaftaran siswa baru.
Di antara keseluruhan kelas satu. Seperti yang di duga, Bekti mendapatkan juara satu di kelasnya, sekaligus juara umum dari keseluruhan kelas satu yang dibagi menjadi lima kelas tersebut.
Naik ke kelas dua. Lima kelas dipersempit menjadi tiga lokal dengan masing-masing empat puluh lima hingga lima puluh siswa per kelasnya.
Aruna Bekti. Gadis itu menghela nafas begitu tau bahwa Cahyo ternyata nerada di kelas yang sama dengannya. Yang lebih membuat Bekti terganggu adalah Cahyo ternyata duduk tepat di sampingnya. Setiap hari Bekti harus menahan kekesalan karena Cahyo terus saja berisik setiap kali pelajaran di mulai. Cahyo tak pernah diam, kadang dia membuat keributan dengan menggeser-geser bangku, Kadang dia bernyanyi dan bersiul, dan kadang dia tertawa seperti orang gila.
Bekti mau tak mau harus menerima keadaan itu. Bekti berusaha untuk mengabaikan Cahyo, tanpa dia sadari. Ketika dia sibuk membaca buku pelajaran dengan cara menundukkan kepala, ketika dia mengabaikan sekitar dengan cara menutup mata. Cahyo Purnomo, pemuda menyebalkan itu diam-diam selalu menatapnya lekat dan selalu tersenyum tipis tiap kali Bekti berdebat.
2021
"Danar, kabar kamu gimana, sehat?" tanya Lulu kepada Danar. Mereka kini duduk di taman kampus. Sudah hampir setengah jam dan Lulu baru memulai bicara untuk memecah keheningan. Sementara Danar membuat ekspresi kesal dan acuh di wajahnya.
"Danar ..."
"Kenapa? kamu kaget ngeliat aku masih idup dan sehat?" jawab Danar dengan wajah datar.
"Kenapa ngomongnya gitu?"
"Kenapa kamu balik lagi? kalau mau pergi ya pergi aja, kenapa pake balik segala!" Danar meninggikan suaranya. Lulu diam sambil menundukkan kepala.
"Kenapa diam? hah, ya kamu emank gini. Kalau ada masalah kamu selalu nunduk, gak mau bicara. Trus akhirnya buat aku ngrasa bersalah. Udah gak heran." Danar melirik Lulu, namun Lulu masih saja menunduk, "Sialann!" ucap Danar dengan kesal, lalu beranjak meninggalkan Lulu.
Sementara itu, tak jauh dari sana, terlihat Bekti clangak clinguk di balik pohon memgintip Danar dan Lulu.
"Ngapain lu?"
"Eh buset !
Gedebuk! mendengar suara dari belakangnya, Bekti kaget dan langsung menggebuk kepala orang tersebut. Orang itu adalah Cahyo. Agak kepo dan penasaran karena melihat Bekti sibuk sendiri.
"Akhh, kepala gua, ya ampun. Woy, lu maen gebuk aja, sakit Kamprett!" Cahyo berteriak sambil menggosok-gosok kepalanya.
"Lagian elu. Ngapain ngagetin gua, bangsatt!"
"Idih, galak bener. Masih dapet lu, ya?" Bekti mendorong Cahyo dengan kesal. Cahyo mundur beberapa langkah, lalu memperhatikan Bekti lagi, "Hmmm .... ternyata ngintipin Danar. Hahahha, patah hati yak? makanya, kalau kuliah ya kuliah aja. Jangan cari pasangan segala."
"Lu kayaknya seneng ya, liat gua susah!"
"Ho ho, seneng banget malah,"
"Kamprett!" buk! Bekti memukul kepala Cahyo sekali lagi, lalu langsung ngeloyor pergi.
"Aishh, bisa gak sih lu, gak getok kepala!" baru saja Cahyo berbalik, Bekti sudah menghilang dari peredaran, "Woy mau kemana! Bangsul tuh si Kocheng. Lama-lama otak gua nyecer nih, digetok mulu," Cahyo menggosok kepalanya. Namun beberapa detik kemudian dia tiba-tiba tersenyum, "Tapi mood gua kok baik ya hari ini? seneng gitu rasanya. Hihihi,"
Keesokan harinya. Seperti biasa Bekti menunggu Lastri di taman kampus. Hari ini mereka akan membahas gosip tetangga sebelah rumah Lastri. Yah, Jika sudah bertemu, mereka selalu saja bercerita panjang lebar, tak ada habisnya gosip jika mereka sudah bersama, hilang gosip baru, muncul gosip yang lebih terbaru lagi. Bekti menunggu Lastri dengan nyaman, sambil mengayun-ayunkan kakinya. Namun, secara tiba-tiba Lulu mendekat dan menghampiri Bekti.
"Hai, Bekti." Ucap Lulu dengan senyum manis di wajahnya.
"Eh, I-Iya, Hai ...." balas Bekti dengan canggung.
"Kok canggung gitu? santai aja," Lulu tersenyum lebih manis lagi. Bibirnya yang merah alami dan kulitnya yang glowing dari atas hingga bawah, membuat Bekti sedikit insecure.
"Nces! Barusan gua ama Danar ..." Lastri yang heboh dari kejauhan tiba-tiba terdiam. Dia berjalan bersama Danar yang tengah membawa milk shake coklat di tangannya, "Waduh, itu si Lulu, kan? beneran cakep ternyata!" Lastri memukul-mukul bahu Danar tanpa sadar. Setelah beberapa detik dia berhenti, lalu mengusap bahu Danar, "Maap, Maap, gak sengaja," ucapnya cengengesan, lalu berlari menghampiri Bekti dan Lulu.
"Mak, dari mana aja Bekti lama nunggu," ucap Bekti ketika Lastri tiba di tempatnya.
"Biasalah, Say. Nyangkut di kubu gosip yang lain. Trus gua ketemu Danar, trus kami beli minuman deh buat elu," Lastri tersenyum sambil melirik-lirik Lulu yang berdiri di sampingnya.
"Princess, ini milk shake coklat kamu," Danar memberikan milk shake coklat dari tangannya ke Bekti. Bekti mengambil minuman tersebut dengan senang hat, lalu langsung meminumnya, "Kamu ngapain disini?" ucap Danar kepada Lulu yang masih berdiri disana, "Haa, ya donk. Kamu anak Rektor Kampus. Kamu bisa keliaran sesuka kamu disini walau bukan mahasiswa. Tapi bisa tidak, jangan keliaran di samping temen-temen aku?"
"D-Danar, kenapa ngomong gitu?" Bekti nglirik Lulu merasa tidak enak.
"Gak papa, Bekti. Aku pergi dulu. Lain kali kita bicara lagi," ucap Lulu dengan suara lembutnya. Dia tersenyum ke arah Lastri dan Danar, lalu beranja pergi.
"Maaf, Bekti. Lastri. Danar tiba-tiba malas ngumpul. Danar pulang aja ke rumah, udah hak mood mau kuliah," ucap Danar lalu ikut pergi meninggalkan Bekti dan Lastri.
"Yah, Danar pulang. Kalau gitu kita pulang aja yok Cyin. Kan yang punya kelas sore cuman Danar, kita nungguin dia buat nongkrong aja,"
"Iya ..." belum sempat Bekti bicara tiba-tiba ada pesan masuk ke gawainya, "Mak, duluan aja. Bekti mau ke ruabg berenang bentar. Abis itu langsung pulang," ucap Bekti setelah membaca pesan tersebut.
"Ok, gua dulu yes. Gua udah janji mau gosip ama Aning. Janji adalah hutang kan ye, jadi harus di tunaikan. hehehe,"
***
Dua puluh menit kemudian. Bekti menggedor-gedor pintu dengan panik. "Woy! siapa yang ngunci gua disini!" Bekti melihat sekeliling lalu mengacak-acak rambutnya, "Bangsadd, gua di kibulin. Katanya mau ketemu disini, tapi gua malah di kunci."
Bekti berjalan pelan menuju kolam berenang, sambil clangak clinguk, "Hallo, ada orangkah? hallo, holla, hallo!"
"Siapa sih dari tadi berisik banget! Astaghfirullah!"
"Aaaa!"
To be Continue