Daniel mulai sibuk dengan kegiatan dan pekerjaannya di luar rumah. Pernikahan sederhana itu sungguh membuat keduanya sangat bahagia.
Daniel yang memang sudah tahu bagaimana Melati dan kesehariannya. Begitu juga dengan Mleati yang hapal betul seperti apa Daniel itu. Daniel pun mulai bisa melupakan Sinta dan pengkhianatan keluarga Sinta.
"Capek Mas?" tanya Melati sambil memijat pundak Daniel yang sedang duudk di meja kerjanya sambil menyeruput kopi hitam buatan istrinya.
"Sedikit capek, Sayang," jawab Danile lembut sambil meletakkan angkir kopi dan menyentuh tangan Melati dengan penuh kasih sayang.
Daniel menarik pelan tangan Melati hingga Melati kini berada di depan Daniel. Melati menatap Daniel yang kian hari memang semakin tampan di matanya. Cinta Melati pada Daniel semakin besar.
Daniel menjatuhkan tubuh Melati di pangkuannya. Mereka sudah menikah beberapa hari, namun tak sekali pun Daniel menyentuh Melati. Sempat Melati mempertanyakan hal itu di awal pernikahannya. Namun, Daniel hanya menjawab bahwa ia belum siap. Banyak kerjaan dan masih pusing dengan pekerjaan barunya.
Untung saja Melati memiliki hati yang baik dan ia bisa menerima alasan Daniel yang sebenarnya masih belum bisa menerima Melati seara utuh. Apalagi harus membayangkan bahwa ia mendapatkan perempuan bekas. Itu sangat tak bisa di terima dengan akal sehat.
Entah sudah berapa laki -laki yang meniduri istrinya ini dan kini harus Daniel terima dan ia tiduri juga? Sulit bukan?
Melati merasa ada angin segar. Pernikahannya bukan sekedar candaan saja. Sudah lama Melati menginginkan malam ini setelah pernikahannya SAH -nya dengan Daniel.
"Mas Daniel tidak berniat memiliki keturunan dari Melati?" tanya Melati lembut. Tatapannya begitu tajam namum sangat memikat.
Malam ini sepertinya sudah sangat dipersiapkan oleh Melati demi seorang keturunan. Pernikahan yang sudah berjalan namun terasa hampa dan sunyi.
Daniel menarik napas dalam dan mengusap pipi Melati yang terlihat merah.
"Kamu dandan ya?" tanya Daniel tanpa menjawab pertanyaan Melati tadi. Tak cuma dandan saja. Pakaian Melati juga terbuka seolah sedang menggoda sang suami. Aroma tubuhnya juga sanagt wangi sekali.
Melati memang berniat ingin menggoda suaminya. Hampir satu bulan setelah menikah tak pernah sekali pun ia disentuh oleh sang suami. Kegiatannya hanya melayani dengan setulus hati semua keperluan suaminya tanpa ada kemesraan seperti layaknya suami istri.
Saat berangkat kerja pun, Daniel terlihat datar dan dingin. Melati hanya bisa mencium punggung tangan Daniel tanpa bisa merasakan kelembutan bibirnya yang menyentuh kening atau pipinya. Apalagi berharap bibirnya tersentuh bibir tebal Daniel yang sangat membuat Melati berhasrat dan berhalusinasi sendiri dirumah setiap ia merasa kesepian.
Mendengar pertanyaan Daniel, Melati mengangguk kecil. Melati mengalungkan tangannya ke belakang leher Daniel hingga lelaki itu jelas menatap bagian dalam tubuh Melati dari pakaian Melati yang longgar.
"Mas Daniel gak mau punya anak dengan Melati?" tanya Melati lagi dengan tatapan penuh harap kali ini.
"Aku belum siap, Mel," jawab Daniel kemudian.
"Kita sudah menikah cukup lama, Mas. Mas Daniel juga belum pernah nyentuh aku," pinta Melati penuh harap.
"Memang itu penting?" tanya Daniel dengan wajah serius.
Melati mengerutkan keningnya dan menatap bingung ke arah Daniel.
"Pertanyaan yang tidak perlu Mas tanyakan buat Melati," jelas Melati pada Daniel.
"Aku lagi apek Mel. Membangun usaha itu gak gampang. Aku lagi belajar bangkit. Seharusnya kamu mendukung aku. Bukan malah menjatuhkan aku," jelas Daniel pada Melati.
"Mas ... Aku kesepian selama ini. Kalau saja kita memiliki anak. Hidup kita pasti lebih sempurna," pinta Melati denagn nada memohon.
Daniel memejamkan kedua matanya sebentar lalu membuka kedua mata itu kembali dan menjawil dagu Melati.
"Aku apek Mel. Kita istirahat yuk," titah Danile pada Melati.
Daniel menuntun Melati agar segera berdiri dari pangkuannya. Daniel juga laki -laki normal. Rayuan Melati tentu membuat Daniel merasakan ada yang aneh di sekujur tubuhnya.
Melati pun berdiri dan menatap aneh pada sikap Daniel yang semakin tak wajar padanya.
Melati mengalah dan pasrah meninggalkan ruang kerja Daniel lalu melangkah menuju kamar. Selalu saja seperti ini setiap malam. Bukan sekali dua kali saja, Melati merayu Daniel untuk mendapatkan nafkah batin. Tapi memang sepertinya, Daniel tidak ada niatan untuk menyentuh Melati.
Melati membuka luaran baju dinasnya. Atribut yang wajib dipakai bagi pasangan suami istri.
Daniel ikut masuk ke dalam kamar. Tatapannya makin bimbang melihat tubuh mulus tergolek di atas ranjang pengantinnya.
Melati memang sangat cantik sekali. Wajahnya begitu sempurna sebagai perempuan. Matanya bulat dengan bulu mata yang sangat lentik. Bibirnya merah dan tipis. Lehernya jenjang dang terlihat mulus. Tubuhnya yang langsing sangat terawat. Kulitnya putih dan halus. Aroma tubuhnya selalu wangi. Tidak ada kekurangan satu pun dari Melati kecuali masa lalunya saja.
Daniel melepas kaos oblongnya dan ikut merebahkan tubuh di samping Melati.
Melati tak bergerak sedikit pun. Tubuhnya juga dibiarkan untuk tidak memakai selimut. Melati memang sengaja ingin menggoda Daniel.
Daniel merubah posisinya dan kini menatap Melati dari arah samping.
"Maafkan aku, ya," ucap Daniel dengan suara lirih berbisik.
Melati tetap diam dan tak bergming. Kedua matanya masih terpejam. Rasanya ingin menangis saat ini. Percuma menikah kalau Melati tidak diperlakukan selayaknya istri.
"Mel ... Aku tahu kamu pura -pura tidur. Aku belum bisa menyentuhmu Mel. Apalagi ingatanku sudah pulih. Sulit rasanya untuk melakukan kewajibanku sebagai suami. Karena a -aku ..."
Deg ...
Deg ...
Deg ...
Degup jantung Melati begitu keras berdetak. Apa lanjuta dari kata -kata Daniel yang ingin di ucapkan. Melati benar -benar penasaran.