Hari Pertunangan

1506 Words
"Selamat siang dokter, maaf membuat anda lama menunggu." ucap Edgar saat dia turun dari kamarnya masih dengan pakaian yang kemarin menandakan dia baru saja bangun tidur dan sejak kemarin pria itu tidak memperhatikan dirinya karena dia terlalu fokus dengan wanita yang statusnya kini sudah menjadi kekasihnya. "It's ok Tuan Edgar, jam berapa nyonya sadar?" Tanya dokter Sofyan sambil berjalan beriringan dengan Edgar menuju kamar. "Jam tiga dini hari, dok. Lalu dia tertidur lagi," "Aku akan memeriksanya."  "Silahkan dok." Ditemani suster Hilda, dokter Sofyan memeriksa kondisi Dira, wanita itu terbangun karena mendengar suara beberapa orang yang sedang ngobrol. "Bagaimana perasaan anda nyonya Dira?apa ada keluhan?" Tanya dokter Sofyan saat memeriksanya. "kepala saya masih berat dok, masih terasa pusing." jawab Dira pelan dengan sedikit meringis menahan rasa pusingnya. "Apa anda ada riwayat vertigo?" tanya dokter Sofyan dan kepala Dira menggeleng pelan. "Tekanan darah anda masih rendah, sebaiknya anda beberapa hari ini harus bedrest atau anda mau dirawat dirumah sakit?" saran sang dokter pribadi keluarga Hedwig disertai sedikit mengancam dan lagi-lagi kepala Dira menggeleng. Setelah memeriksa Dira, dokter Sofyan berbicara pada suster Hilda memberikan sesuatu info seputar status medis Dira. Edgar duduk dipinggir kasur sebelah Dira mengusap lembut tangan calon istrinya. "Masih pusing?" Tanya Edgar "Sedikit." jawab Dira singkat. "Baiklah Tuan Edgar, kondisi calon istri anda sudah lebih baik dari pada kemarin walaupun masih rendah tensinya, hari ini suster Hilda masih stand by disini dan merawat nyonya. Saya akan kembali lagi sore untuk memeriksa lagi." pamit dokter Sofyan. "Terima kasih banyak, dok." "Tidak perlu mengantar saya, jaga saja calon istri anda dia lebih membutuhkan anda saat ini." ucap dokter Sofyan, dia melarang Edgar mengantarnya sampai keluar Mansion. *** Tiga hari Dira benar-benar bedrest dan Edgar menjaganya dengan sangat baik. Mereka tidur satu ranjang selama dua malam ini, benar-benar tidur tidak melakukan aktifitas apa pun. Karena Edgar hanya ingin menemani Dira disana. Selama itu juga Edgar mengerjakan pekerjaannya dirumah. Asistent pribadinya dan sekretarisnya yang bolak balik membawa pekerjaan atau membutuhkan tandatangannya. "Pagi sayang," salam Dira saat dia turun dan berlari kecil menuju meja makan, dia memeluk leher Edgar yang sedang duduk menikmati sarapannya, lalu mencium pipi calon suaminya. "Pagi Liebe, apa kamu sudah benar-benar sehat?" "Sudah dong, karena kamu merawat aku dengan sangat baik," jawab Dira dan dia masih memeluk manja Edgar. "Duduklah kita sarapan," ajaaknya, tapi bukannya duduk dikursi Dira malah duduk di pangkuan Edgar dan melingkarkan tangannya dileher Edgar. Tangan Edgar menahan punggung Dira agar tidak jatuh. "Ada apa liebe? tumben kamu manja seperti ini?" Tanya Edgar wajahnya berhadapan dengan wajah Dira, dengan kedua alisnya terangkat. "Makasih yah karena selama aku sakit kamu merawat aku dengan sangat baik," ucap Dira "Hanya itu?" "Maksudnya?" "Hanya ucapan terima kasih yang aku terima setelah tiga hari dua malam aku merawat kamu?" Kening dira berkerut, dia mengingat kata-kata sepupunya yang bernama Tama kalau Edgar seorang Bisnisman perhitungannya sangatlah matang, dia tidak akan bertindak kalau tidak ada keuntungan yang akan dia dapat. Dira mencium pipi Edgar cukup lama. "Hanya ciuman di pipi?" Protes Edgar karena dia merasa tidak puas. "Seharusnya ka-mpphhh ..." sebelum selesai bicara mulut Edgar sudah dibungkam oleh ciuman Dira, wanita itu langsung memberikan ciuman terbaiknya sampai Edgar kewalahan mengimbanginya, tangan Edgar memegang tengkuk leher Dira lalu memperdalam ciumannya, indra pengecap mereka saling betautan didalam sana. Kalau saja hari itu Edgar tidak ada rapat dan pertemuan dengan kliennya mungkin kegiatan mereka pagi ini berlanjut seharian. ___ Beberapa hari kemudian, SEOUL - KOREA SELATAN Hari ini semua keluarga sudah berada di hotel bintang lima disebuah grand ballroom yang sudah didekorasi sedemikian indahnya dan romantis, bunga mawar asli dan segar menghiasi membuat suasana tambah romantis. Keluarga Edgar dari Belanda juga datang, uncle dan bibinya yang menggantikan kedua orang tua yang telah meninggal yang akan melamar Dira, mereka langsung bertunangan dan menetapkan tanggal pernikahan, acara pertunangan Edgar dan Dira disiarkan dibeberapa stasiun televisi milik Edgar dan stasiun lainnya. "Kak Dira cantik sekali," puji Vika ketika mereka bertemu karena hari ini Dira memang tampil sangat istimewa dengan Kebaya modern, bagian atas model Kebaya dengan bawahan gaun menjuntai berwarna merah muda pastel, rambut Dira juga dibuat sanggul modern terkini. Semua mata terpesona melihat penampilan Dira, terlebih Edgar tidak berpaling sedikitpun darinya. "Thanks, kamu juga cantik. Makasih yah sudah datang," balas Dira, lalu mereka berpelukan. ___ JAKARTA - INDONESIA Vivi sedang menyaksikan berita infotainment channel manca negara, dan berita pertunangan Edgar dan Dira masuk disalah satu siaran berita itu, sontak membuat Vivi berteriak memanggil Arka yang saat itu sedang sibuk dengan laptopnya. "Arka, apa kamu tau Edgar bertunangan dengan Dira malam ini?" Tanya Vivi pada putranya, kepala Arka menggeleng menjawab pertanyaan mamanya. "Kamu lihat itu," Vivi menunjuk layar televisi, mau tidak mau Arka menoleh ikut menonton, rahangnya mengeras, tangannya mengepal melihat adegan Edgar memasangkan cincin pertunangan dijari manis Dira. "Dira cantik sekali, masih seperti dulu tidak berubah, wajahnya senyumnya pasti dia sangat bahagia, mama bersyukur dia bisa bangkit dari keterpurukannya setelah suaminya pergi untuk selamanya, akhirnya dia bersama Edgar dan-" belum selesai Vivi menyelesaikan ucapannya Arka sudah pergi meninggalkan laptopnya dan mamanya. Dia masuk kekamarnya dan membanting pintu dengan kencang saat menutupnya, duduk dipinggir kasur dan mengumpat kesal, mengusap wajahnya kasar dan mengacak-acak rambutnya. Kenapa dia harus menonton acara itu. Dia membanting tubuhnya rebahan dikasur dengan tangan masih meremas rambutnya, ingatannya memutar kembali ke masa dia bersama Dira dulu, matanya terpejam menikmati kenangan indah bersama wanita itu beberapa tahun silam, sebelum akhirnya dia sendiri yang merusak itu semua. Tanpa dia sadari diujung kedua matanya mengalir setetes air mata. TOK!  TOK!  TOK! Arka langsung bangun dan menyeka air matanya lalu membuka pintu kamarnya, mamanya sudah berada didepannya lalu masuk kedalam kamar Arka. "Kamu masih mengharapkannya?" Tanya Vivi, Arka terkekeh pelan dan tersenyum getir. "Bohong kalau Arka bilang tidak, ma." "Tapi Arka sadar apa yang Arka lakukan dulu padanya tidak termaafkan semudah itu, dia bisa saja memaafkan Arka tapi hanya dimulut saja, tidak dihatinya, dia sudah bahagia bersama Rae, sekarang dia akan bahagia juga bersama Edgar. Aku bisa apa ma?" ucap Arka, dia terus saja berbicara mencurahkan isi hatinya ibunya hanya sebagai pendengar yang baik.  Sebagai ibu, dia merasa iba melihat kehidupan anak sematawayangnya itu miris dalam percintaan. Arka sukses dalam segala hal, kariernya, usahanya, tapi tidak dengan cintanya, rumah tangganya pun hancur karena dia bercerai dengan wanita yang tidak bisa lagi memberikannya anak. Vivi sudah menasehatinya agar tidak bercerai mereka bisa adopsi anak dari panti asuhan tapi Arka tidak mau, dia mau memiliki anak kandungnya sendiri dari wanita yang dia cintai. "Kamu harus belajar ikhlas sayang, mengiklaskan orang yang kamu cintai bahagia bersama orang yang dia cintai," nasehat Vivi lalu dia pergi keluar kamar Arka. Rahang Arka kembali mengeras dia geram "Aku akan iklas dan bahagia jika orang yang aku cintai mencintaiku bukan pria lain, aku akan buat dia bahagia bersamaku bukan bersama pria lain, aku akan membuatnya kembali padaku, bagaimanapun caranya, aku mengingingkanmu Anindira Eleanor Baran, kamu akan menjadi milikku!" ucap Arka dengan senyum liciknya. ___ SEOUL - KOREA SELATAN Prosesi acara pertunangan Edgar dan Dira berlangsung lancar semua ikut berbahagia menyaksikan acara tukar cincin tunangan yang mereka lakukan, tangis haru bahagia juga tidak lepas dari para kaum hawa, para ibu dari kedua belah pihak menyeka pelan dengan tisu air mata yang menetes dimata mereka. "Selamat yah, sayang." Valent dan mami memberi selamat pada Dira dan Edgar bergantian, memeluk dan mencium pipi kiri kanan Dira. "Conggrats bro, gue ikut senang akhirnya kalian lanjut kejenjang yang lebih serius," Tama juga memberi selamat pada Edgar. Semua tamu yang datang dan diundang bergantian memberi selamat pada sepasang insan manusia yang sedang berbahagia itu. Pesta pertunangan mereka juga dijadikan sebagai ajang reuni bagi Edgar, bisnisman itu mengundang semua kliennya yang lama dan juga yang baru saja bekerjasama dengan perusahaannya. Sambil menyelam minum air itu yang Edgar lakukan. Di acara pertunangannya sekalian dia melobby klien lamanya agar menambah modal mereka di Hedwig Group. Investasi untuk kemajuan perusahaan Edgar. Selesai acara keluarga Yong dan Baran kembali ke kediaman mereka, keluarga Edgar yang dari Belanda melanjutkan menginap di hotel itu. Dan esoknya mereka kembali ke Negara mereka.  Edgar dan Dira menginap dirumah Valent bersama ketiga anaknya, seharian di rumah menghabiskan waktu bersama dengan mereka adalah momment yang paling diinginkan Dira, seperti saat ini semua kumpul diruang keluarga Edgar Rhea dan si kembar sedang bermain UNO balok, dan Dira datang membawa minuman dan cemilan kesukaan anak-anak.  Ketika Dira datang mereka berhenti sejenak dari permainan UNO-nya dan langsung memakan cemilan yang mommynya bawa sampai habis tak tersisa. Edgar duduk disebelah Dira dan merangkul bahu wanita yang sudah menjadi tunangannya itu dengan mesra, satu tangannya meremas lembut jemari Dira yang tersemat cincin tunangan mereka. "Kamu tahu gak kalau hari ini kamu cantik sekali," puji Edgar "Berarti kemarin-kemarin tidak?" rajuk Dira "Kamu selalu cantik, Liebe. Hanya saja hari ini kamu berbeda, apa kamu bahagia?" "Iya, sayang. Aku bahagia bersama kamu dan aku sangat bahagia atas pertunangan ini," "Jangan pernah lepas cincin ini yah apapun yang terjadi," pinta Edgar lalu dia mencium jemari Dira. "Aku sayang sama kamu dan anak-anak." lanjutnya. "Kamu juga jangan lepas cincin itu dimanapun kamu berada, Aku juga sayang sama kamu." balas Dira. "Pasti, Liebe."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD