bc

Papa Sambung Untuk Ketiga Anakku

book_age18+
1.1K
FOLLOW
4.3K
READ
possessive
family
CEO
single mother
drama
bxg
lawyer
like
intro-logo
Blurb

Papa sambung untuk ketiga anakku

(Sequel annyeong haseyo oppa!!!)

BLurb

***

Setelah dira ditinggal menikah oleh pria bernama arka rayyanka, akhirnya yong rae menggantikan posisi arka sebagai mempelai pengantin pria, pernikahan dira dan rae berjalan penuh liku sampai memiliki seorang putri dan dua anak laki-laki kembar, rae yang merahasiakan penyakitnya sampai akhirnya meninggal meminta sahabatnya edgar hedwig menggantikan posisinya sebagai papa sambung untuk ketiga anaknya.

Apakah hubungan edgar dan dira berjalan dengan mulus dan happy ending?

Baca kelanjutan cerita mereka disini yah...

Cerita ini adalah lanjutan atau sequel dari n****+ dengan judul annyeong haseyo oppa!.

Author sarankan sebaiknya readers membaca dulu cerita 'annyeong haseyo oppa!' sebelum membaca cerita ini agar tau alur ceritanya dari awal.

Dalam judul ini author menceritakan tentang kelanjutan hubungan antara dira dan edgar beserta ketiga anaknya.

Jangan lupa tinggalkan jejak komen, love dan follow akun ucing ucay...

thanks

Ucing ucay

chap-preview
Free preview
Edgar POV
Edgar POV Setelah istriku dan calon anakku meninggal, hidupku menjadi hampa, separuh jiwaku hilang bersama mereka. Semua pekerjaan kuserahkan pada orang kepercayaanku, bisnis baruku bersama rae juga hampir terlantar kalau saja dia tidak telaten ikut mengurusinya sampai dia lembur dalam waktu beberapa bulan, salut aku sama kegigihan orang Korea satu itu. Satu tahun aku konsultasi dengan seorang psikolog untuk mentalku yang hampir drop dan menjadi gila karena ditinggal pergi Aurora wanita yang sangat aku cintai. Setelah satu tahun ku lewati akhirnya aku bisa move on juga, aku bangkit dan memulai hidupku dari awal lagi. Aku coba mencari sosok untuk menggantikan Aurora tapi entah mengapa semua tidak ada yang masuk satu kriteriapun. Saat aku sedang diruanganku, menandatangani beberapa perjanjian, tiba-tiba Clara sekretarisku memberitahu kalau Tuan Yong Rae datang, sedikit terkejut karena dia datang tanpa perjanjian sebelumnya, dia tidak memberitahuku kalau mau berkunjung kejerman, hubungan kami saat ini sudah lebih dari rekan bisnis, dia teman baik ku saat ini, karena dia yang paling mensupport diriku saat aku drop kehilangan aurora. Ku kira dia datang untuk membicarakan bisnis ternyata dia menyerahkan istri dan ketiga anaknya padaku karena dia merasa hidupnya sudah tidak lama lagi, sungguh miris mendengarkan perjalanan hidupnya, kenapa orang baik selalu Tuhan panggil lebih cepat dari pada orang jahat. Aku tidak bisa menolak permintaan terakhirnya, aku terima dengan syarat kalau Anindira istrinya itu juga mau menerimaku, aku gak mau memaksakan jika Dira tidak mau. Setelah beberapa hari dia di Jerman, aku ikut kekorea bersamanya katanya dia harus kontrol penyakitnya dan rencananya Rae juga mau memperkenalkan keluarganya padaku agar aku tidak kaget saat nanti bersama Dira dan ketiga anaknya. Sampai akhirnya Rae drop, aku merasa sudah waktunya. Tanpa ijin dirinya aku menghubungi Dira agar tau kondisi suaminya yang sebenarnya. Otak mesumku yang sudah lama padam kini 'on' lagi saat dira mengangkat videocall dariku, "s**t!" Kenapa dia mengangkat videocallku dengan pakaian seperti itu, dia habis berenang dengan hanya menggunakan pakaian renang yang minim, dan sepertinya dia tau tatapanku sampai dia menutupi bagian dadanya dengan handuk, malu sebenarnya ketahuan orang kemana arah tatapan kita, terserah lah tujuan ku memberi tahu dia kondisi suaminya. Kulihat wajah kaget dan panik terukir, ku kirim dia tiket pulang keKorea dengan penerbangan paling awal. Aku jemput dia dibandara, dan memeluknya ketika dia tiba. Kami langsung menuju rumah sakit dengan mobil Rae dan supirnya. Kami duduk dibelakang dan aku menceritakan semua pada dira tanpa ada yang ditutupi, tangisnya pecah sepanjang jalan air matanya tidak berhenti mengalir sampai baju kemejaku basah dengan air matanya, dia menangis dipelukanku di dadaku, entah mengapa saat itu ada sesuatu yang aneh desiran kemistri yang dulu pernah kurasakan bersama aurora kurasakan saat bersama dira sekarang. Aku menepis rasa itu mungkin itu rasa iba pada nya. Sampai tiba dirumah sakit aku selalu mendampinginya kemanapun dia pergi, kecuali kedalam ruang ICU, aku membiarkannya agar bisa bersama menghabiskan waktu bersama Rae lebih lama. Tiba-tiba beberapa dokter dan suster masuk dengan tergesa-gesa kedalam ruang ICU, dan Dira pun keluar diantar oleh suster. Wajahnya panik amat sangat panik, aku rasa wajahku dulu seperti itu saat Aurora kritis. Ku coba menyadarkannya, tapi tidak bisa, dia sudah benar-benar shock dengan keadaan suaminya. Dokter Hee keluar memberitakan kabar duka, Rae meninggal dengan tenang, meninggal saat istrinya sudah kembali seperti keinginannya. Mendengar kabar duka itu, Dira pingsan karena tidak kuat menerima kabar itu. Sampai beberapa hari pemakaman rae, aku mengajaknya ke Jerman untuk memberikan dia pengobatan yang terbaik untuk mentalnya, aku tau dia shock dia depresi karena ditinggal meninggal suaminya, penyesalan yang teramat dalam membuat dirinya hilang kontrol. Dia butuh psikolog untuk mentalnya. Dengan psikolog yang sama denganku dulu, selama satu tahun Dira baru bisa menerima kenyataan kalau Rae sudah meninggalkannya dan ketiga anaknya. Selama satu tahun itu aku semakin dekat dengannya dan ketiga anaknya, merasa diberi tanggung jawab oleh Rae aku selalu pantau tumbuh kembang ketiga anaknya melalui videocall, bahkan sesekali aku mampir ke Korea saat ada perjalanan bisnis ke Luar Negri. Aku mencari info kabar keluarga Yong dan keluarga Baran agar bisa ku ceritakan pada Dira, kedua keluarga itu juga menanyakan kabar Dira. Suatu pagi yang cerah tak ku sangka Dira mengutarakan isi hatinya untuk kembali ke Korea mau kemakam Rae katanya. Seperti janjiku dulu selalu mendampinginya kemanapun dia pergi. Ku batalkan semua janji meeting dengan klien, menyuruh orang kepercayaanku untuk menggantikanku dikantor sementara aku pergi. Tiba di Krea, Dira mengajakku menginap dirumahnya rumah Rae dan dirinya. Aku tahu dia sudah siap tapi sebagai seorang manusia pasti ada rasa sedih saat tiba dirumah yang sudah tidak ada orang yang kita cintai didalamnya, rumah yang dulunya hangat kini dingin sunyi sepi. Aku tau karena aku pernah merasakan apa yang Dira rasakan saat ini. Dia memperkenalkanku sekeliling rumahnya, aku pura-pura seakan baru memasuki rumah itu padahal aku sudah pernah menginap disana saat dia pergi dulu, ingin tertawa tapi aku tahan. Ku ketuk pintu kamarnya niatku mengajaknya sarapan, saat dia keluar kamar kulihat wajahnya sembab, matanya bengkak, ujung hidung mancungnya memerah, pasti dia habis menangis didalam ingin rasanya langsung kupeluk dirinya tapi aku takut khilaf karena dirumah hanya berdua dengannya. Setelah sarapan dia memintaku mengantarnya ke makam Rae, aku turuti keinginannya padahal tubuhku sudah letih banget ini, tapi aku antar juga, aku tunggu didalam mobil maksudku agar dia menyelesaikan urusannya dengan suaminya di sana. Setelah dari makam lanjut kami kerumah kedua orang tuanya, disana bertemu putrinya dira yang bernama Rhea tidak hanya menurunkan kecantikan mommy-nya tapi juga otaknya yang smart. Bundanya meminta kami menginap disana, ditambah lagi ada keluarga tama yang datang lengkap sudah keramaian saat itu. Selesai makan malam, semua berkumpul diruang keluarga rhea dan janet anaknya tama mereka bermain uno balok, dan Dira dimana wanita satu itu? karena keasikan ngobrol sama ayahnya aku sampai tidak melihatnya kemana dia pergi, setelah kucari ternyata dia ada didapur, kulihat dia sedang membuat minuman dan cemilan, iseng aku kagetin dia pelan, tak kusangka ternyata dia lagi melamun sampai sontak dia kaget dan hampir gelas yang dia pegang jatuh kalau aku tidak sigap menangkapnya. Entah keberanian dari mana saat itu aku sudah tidak tahan lagi, aku cium bibir ranumnya yang sexy itu dengan lembut, dari lembut sampai kasar dan panas. Dan dia membalas ciumanku, "Damn!, she's a good kisser" dia dapat mengimbangi ciumanku dengan sangat baik. Dulu adik kecilku tidak pernah merespon ciuman wanita manapun yang ku ajak kencan, saat ini baru saja aku cium dia, adik kecilku sudah meronta didalam sana, hampir saja aku kebablasan kalau tidak dipergoki Tama. Deheman Tama sontak membuat aksiku terhenti, aku dan Dira sama-sama melepaskan ciuman kami dan jadi salah tingkah seperi anak SMA yang kepergok gurunya. Ketika Tama pergi, aku dan Dira melanjutkan ciuman panas kami, sampai lupa dimana kami sedang berada, dan untuk kedua kalinya kepergok tapi kali ini yang memergoki kami ayahnya." Double s**t!", Ayahnya memanggil Dira dan aku ke ruang keluarga. Ku kira aku akan disidang di sana tapi ternyata ayahnya menanyakan keseriusan hubunganku dengan Dira. Aku meyakinkan ayahnya kalau aku akan menikahinya setelah kembali ke Jerman karena aku yakin Dira juga sudah siap. Selesai berbincang-bincang semuanya masuk kedalam kamar masing-masing, termasuk aku, didalam kamar selesai membalas email pada klien ku tutup laptop ku dan saat aku hendak menutup jendela kamar kulihat sosok wanita sedang berdiri di taman ku pertegas penglihatanku ternyata Dira, ngapain dia disana tengah malam begini? Tanpa alas kaki hanya menggunakan pakaian tidur yang tipis dan sexy tanpa jaket atau kain menutupi tubuhnya. Dia pasti melamun. Tidak tega melihatnya sendirian, akhirnya aku turun dengan membawa selimut untuknya, kudekati dia dan memeluknya dari belakang, baru ku tahu ternyata tingginya Dira tanpa alas kaki tidak lebih dari pundakku, tubuhnya sama mungilnya seperti aurora, sedikit kaget karena tubuhnya tidak seperti tubuh wanita yang sudah melahirkan 3 orang anak. Dengan memeluknya aku bisa rasakan tubuhnya kencang sekal padat tidak berlemak pingang dan perutnya rata tidak bergelambir lemak. Tidak sabar melihat aslinya tanpa benang sehelaipun, otak m***m kenapa muncul saat seperti ini bikin pusing, ku eratkan pelukanku karena udara disana dingin, kucium pipinya dan mengajaknya masuk setelah dia menceritakan alasannya melamun disana. Aku sedikit menggodanya dengan mengajaknya tidur sekamar dan dia menjawab "Halalin aku dulu bang!", dia menolakku dengan bercanda seperti itu, disaat semua wanita dengan sukarela melebarkan selangkangannya dia malah minta di halalin dulu, good girl. Point tambah di mataku karena dia tidak akan sembarangan menyerahkan dirinya pada semua pria. Mungkin dia belajar dari pengalamannya dimasa muda dulu. Esok harinya aku, Dira dan Rhea pergi kerumah orangtua Rae, disana aku mengutarakan maksud akan menikahi Dira setelah kembali ke Jerman, sebenarnya aku tidak keberatan kalau anak-anak Dira ikut ke Jerman setelah kami menikah, beruntungnya diriku menikahi satu orang wanita dan langsung dapat 3 orang anak, walaupun mereka bukan anak kandungku tapi aku menyanyangi mereka. Tapi ternyata kedua orangtua rae meminta agar si kembar tidak kami bawa, keputusan kuserahkan pada Dira karena saat ini aku bukan siapa-siapa. Gak mungkin aku melarangnya. 3 hari dua malam aku, Dira, Rhea dan sikembar menghabiskan waktu bersama dengan pergi ketempat wisata, tidak banyak tempat yang kami datangi karena waktu kami juga terbatas, seru sangat seru menurutku, quality time kami saat ini sangat berarti bagiku sampai anak-anak memanggilku dengan sebutan papa. Tempat terakhir yang kami kunjungi adalah makam Rae, disana aku memberitahunya bahwa dia bisa beristirahat dengan tenang karena keinginannya yang terakhir sudah hampir terpenuhi, tinggal pemberkatan nikah aku dan Dira. semoga pernikahan kami nanti dapat menjadi keluarga bahagia selamanya. Amin ...

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
202.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
218.8K
bc

My Secret Little Wife

read
115.3K
bc

Siap, Mas Bos!

read
19.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook