Cantika kembali naik odong-odong yang bentuknya mobil-mobilan. Dengan sabar, Soleh menunggunya.
"Daaah Paman Soleh!" Serunya, setiap kali ia berputar ke arah Soleh. Soleh tersenyum dan membalas lambaiannya.
Satu lagu selesai, Cantika diturunkan Soleh dari odong-odong.
"Cantika mau apa lagi?"
"Boleh beli mainan nggak Paman, yang lima libuan aja, boleh ya" ujarnya seraya menggoyangkan lengan Soleh yang menggandengnya.
"Boleh" jawab Soleh. Cantika dan Soleh tiba di lapak orang yang menjual mainan.
Ada banyak mainan dengan harga lima ribuan. Cantika memilih bebek-bebekan.
"Yang ini ya Paman Soleh"
"Iya boleh" Soleh membayar mainan yang dipilih Cantika.
Saat mereka berjalan mengitari pasar yang tidak begitu besar itu, tiba-tiba Cantika lepas dari pegangan Soleh. Ia berjalan cepat ke arah seorang anak lelaki yang duduk di sebuah kursi warung yang sedang tidak buka. Anak itu tengah asik menyedot minuman gelas di tangannya.
Cantika merebut minuman gelas plastik itu dari tangan anak lelaki itu. Anak lelaki yang usianya lebih tua dari Cantika itu terlongo bingung.
"Kamu nggak puasa? Kamu sudah besal halusnya puasa, kalau nggak puasa nggak boleh minum sembalangan, dosa minum di depan olang yang puasa, kalau olang ngilel telus buka bagaimana?!?" Serunya sambil menatap sengit pada anak lelaki yang masih melongo bingung. Ibu dari si anak lelaki juga terlongo bingung. Beberapa pengunjung pasar jadi memperhatikan mereka.
"Nih, kalau mau minum, ngumpet di bawah meja sana!" Cantika menyerahkan kembali minuman gelas di tangannya ke tangan anak itu. Anak itu menerima gelas dari tangan Cantika.
"Tadi Ibu juga sudah bilangkan, Bayu jangan diminum sekarang, tapi kamu tetap saja meminumnya" omel si ibu pada anak lelaki yang ternyata bernama Bayu.
"Maaf ya Bu" ucap Soleh.
"Paman Soleh kenapa minta maaf, kita nggak salah, dia yang salah, minum di depan olang puasa, kata Abba nggak boleh minum di depan olang puasa, dosa!" Seru Cantika, ia marah karena Soleh meminta maaf, baginya minta maaf berarti mengaku salah.
"Sudah ya Cantika, kita pulang sekarang ya" bujuk Soleh, diangkatnya Cantika ke dalam gendongannya. Soleh membawa Cantika menjauh, langkahnya terhenti saat mendengar anak lelaki itu berteriak.
"Cantika, ay lap yuuu!!" Seru anak lelaki itu, Soleh menolehkan kepalanya. Cantika dan Soleh menatap Bayu, Bayu memberikan kiss jauh pada Cantika. Aksinya berujung cubitan dari ibunya.
"Siapa yang ngajarin kamu begitu Bayu?"
"Kak Wahyu" jawabnya polos.
"Awas kalau ngomong begitu lagi!" Si ibu kembali mencubit Bayu.
Soleh melangkah meninggalkan mereka dengan Cantika dalam gendongannya.
"Ay lap yu apa altinya Paman?" Tanyanya pada Soleh.
"Nanti tanya Abba saja ya" jawab Soleh, ia takut salah memberi penjelasan pada Cantika. Soleh tahu Cantika tidak akan puas dengan satu jawaban, dia pastin akan bertanya lagi dan lagi.
"Uuuh Paman Soleh tidak sepintal Abba ya?"
"Iya, Abba lebih pintar dari Paman, Abba Cantikakan lebih tua dari Paman"
"Lebih tua itu apa Paman?"
'Nah benarkan, akan selalu ada pertanyaan seterusnya' batin Soleh.
"Lebih tua itu, artinya lebih banyak umurnya"
"Lebih banyak umulnya itu bagaimana?"
"Seperti Cantika, umur Cantika berapa?"
"Ehmm lima" Cantika membuka telapak tangannya, menunjukan lima jarinya.
"Umur Paman 20 tahun, 20 sama 5 banyak mana?"
"Banyak 20 dong, Paman nggak tahu ya?"
Soleh tersenyum mendengar pertanyaan Cantika. Mereka tiba di tempat parkir, Soleh menurunkan Cantika dari gendongannya.
"Itu artinya Paman lebih tua dari Cantika, karena umur paman lebih banyak dari Cantika"
"Oooh, eeh ada kak Wilda...Kak Wilda!" Cantika menggapaikan tangannya pada gadis kelas 2 SMP itu. Wilda mendekat dengan sikap malu-malu, ia tersenyum manis pada Soleh.
"Haay Cantika, beli mainan ya?"
"Iya, Kak Wilda mau kemana?"
"Mau ke tukang jahit" jawab Wilda seraya melirik Soleh. Soleh tersenyum pada Wilda, pandangan mereka bertemu. Cantika mendongakan kepalanya, dilihatnya Soleh dan Wirda saling pandang tapi tanpa bicara sepatah katapun.
"Paman Soleh sama Kak Wilda lagi malahan ya? Kata Abba nggak boleh malahan sambil diam-diaman" celotehnya mengalihkan pandangan Soleh dan Wirda. Wajah keduanya memerah saga.
"Kita tidak marahan kok, ehmm kak Wirda pergi dulu ya, kalau Cantika nanti ke pasar Ulin Raya sama Abba, mampir ke toko kak Wirda ya, banyak bando, jepit, dan ikat rambut lucu di toko kak Wirda" Wirda mencubit gemas pipi Cantika.
"Oke kak Wilda!" serunya sambil mengangkat kedua jempolnya.
"Mari kak Soleh, assalamuallaikum"
"Walaikum salam" sahut Soleh dan Cantika berbarengan.
"Kak Wilda cantik ya Paman Soleh, Cantika kalau sudah besal nanti pasti secantik Kak Wilda"
"Iya, Cantika mungkin bisa lebih cantik dari kak Wirda" ujar Soleh.
"Eeeh itu nenek, nenek..." panggilnya. Soleh mendekati ibunya. Mengambil alih belanjaan di tangan ibunya.
"Cantika beli apa sayang?" Tanya ibu Soleh.
"Bebek nek"
"Oooh, kita pulang sekarang ya"
"Oke nek!"
-
Tiba di rumah, Cantika langsung bertanya soal ay lap yu pada Tari.
"Ay lap yu! Ay lap yu apa?"
"I love you maksudnya Kak" ujar Soleh.
"Kok tiba-tiba dia tanya soal i love you Soleh?" Tanya Tari bingung. Soleh ingin menceritakan apa yang terjadi. Tapi Cantika sudah mencerocos menceritakan apa yang terjadi di pasar tadi.
"Jadi dia teliak, Cantika ay lap yuu, muachh" Cantika menirukan ucapan dan gerakan anak tadi.
"Siapa sih anak itu Soleh?"
"Tidak tahu Kak, mungkin warga kampung sebelah"
"Oooh"
"Jadi ay lap yu itu apa Amma?"
"Ay lap yu itu artinya dia ingin berteman dengan Cantika, dia suka punya teman seperti Cantika" jawab Tari.
"Ooh, belteman sepelti Paman Soleh sama kak Wilda ya Amma, ehmmm Paman Soleh tadi malahan sama kak Wilda Amma"
Tari menatap Soleh.
"Bukan Kak, Cantika salah paham"
"Iiih benal, Paman Soleh tadikan diam-diaman sama kak Wilda, cuma lihat-lihatan aja!" Seru Cantika.
Tari menaikan alisnya sambil menatap Soleh.
Soleh terlihat salah tingkah.
"Aku tidak melarangmu pacaran Soleh, tapi jangan sampai mengganggu pendidikanmu"
"Iya kak" Soleh menganggukan kepalanya.
"Ooh Paman Soleh pacalan ya sama Kak Wilda, Cantika mau pacalan juga aah, sama Vely atau sama Maulana ya? Ehmmm nanti tanya Abba aja deh, Cantika pacalannya sama siapa"
"Eeeh Cantika masih kecil, belom boleh pacaran!" Ujar Tari, matanya melotot ke arah Cantika.
"Belum boleh ya Amma"
"Iya"
"Tunggu besal sepelti kak Wilda ya?"
"Iya"
"Ehmm masih lama ya"
"Hhhhhh" Tari menghempaskan kuat napasnya.
--
Raka baru pulang dari menggiling padi menjadi beras di penggilingan.
"Cantika mana Tari?"
"Belum bangun dari tidur siangnya"
"Masih puasa?"
"Masih Aa"
"Syukurlah"
"Tahu tidak A, apa yang dilakukan putrimu hari ini di pasar?"
"Eeh dia ke pasar sama siapa?"
"Ke pasar kecil sama ibu dan Soleh"
"Apa yang dilakukannya di pasar Tari?"
"Dia memarahi anak orang"
"Loh kenapa?"
"Anak itu minum di depannya, terus dia marahi, dia ceramahi mungkin tepatnya"
"Ceramah bagaimana?"
"Dia bilang tidak boleh minum sembarangan di depan orang saat bulan puasa"
"Ehmm benar itu, terus"
"Untung anak itu nggak nangis, dia malah bilang ay lap yu sama Cantika, sambil kiss bye"
"Haah"
"Cantika jadi bertanya, ay lap yu itu apa"
"Terus kamu jawab apa?"
"Aku jawab, kalau anak itu ingin berteman dengan Cantika"
"Terus"
"Dia cerita soal Soleh dan Wilda"
"Wirda, Tari bukan Wilda"
"Ooh Wirda, kupikir namanya memang Wilda hahaha.."
"Ada apa Soleh dengan Wirda?"
"Sepertinya mereka pacaran deh Aa"
"Wirda baru kelas 2 SMP"
"Jaman sekarang anak SD aja sudah pacaran, sudah pake manggil mamah papah lagi"
"Haah, masa sih?"
"Ya begitu Aa"
"Terus kamu tanya Solehnya?"
"Aku tidak tanya, aku cuma bilang, aku tidak melarang dia pacaran, tapi jangan sampai mengganggu pendidikannya"
"Benar itu"
"Soleh itu akan jadi tulang punggung keluarganya Aa, prioritas pertama adalah keluarganya"
"Tapi diakan punya hati, punya perasaan, apa lagi mulai beranjak dewasa, wajar sajalah kalau dia punya perhatian dan ingin diperhatikan lawan jenisnya Tari, dan aku yakin, Soleh pasti bisa mem...memprotias...prosias...pro...apa tadi Tari?"
"Prioritas Tai cicakku!"
"Ya itu"
"Semoga saja begitu Aa"
"Aamiin, aku mau mandi dulu ya, gatal bekas angkut banih"
"Mau di temani mandinya? Atau mau aku mandikan?" Tanya Tari menggoda.
"Ya Allah..jauhkan aku dari godaan syetan yang terkutuk"
"Aaa....ngatain aku setan ya?" Tari mencubiti Raka kesal.
"Bukan, maksudku setan yang bisa saja menggoda hatiku agar menganggukan kepalaku untuk mengiyakan pertanyaanmu"
"Iih kalau Aa bilang iya juga, aku nggak mau!" Sahut Tari ketus.
"Kalau nggak mau kenapa nawarin hayooo..."
"Iih Aa, sudah sana cepat mandi, bau matahari tahu!"
"Iya, eeh ibu hari ini masak apa buat buka?"
"Gangan asam kepala patin sama patin bakar "
"Waah siip tuh, aku mandi dulu ya"
"Iyaa!"
***Bersambung***






maaf typonya.