PART. 6

1050 Words
Raka baru selesai mandi saat ponselnya berbunyi. Tari menatap Raka yang tampak bicara serius di telponnya. "Siapa A?" Tanya Tari saat Raka menyudahi pembicaraannya. "Pak RT, Pak Subhan jatuh di kamar mandi, Pak RT minta tolong aku mengantar Pak Subhan ke rumah sakit" ujar Raka seraya memasang pakaiannya. "Ya sudah, cepat pergi A, kasihan Pak Subhan, anak-anaknya jauh semua" "Iya Tari, takjil sudah diantar Soleh ke mushollakan?" "Sudah Aa" "Cantikanya masih tidur?" "Lagi mandi sama ibu" "Nanti minta Soleh membawa Cantika ke pasar, hari ini giliran beli kue kararaban, kasih uang lebih ya Tari, pasti Cantika ingin naik odong-odong, dan beli aksesoris rambutnya nanti" "Iya Aa" Raka selesai berpakaian, dikecupnya kedua pipi Arka yang berada di dalam gendongan Tari. "Titip kecupan buat kaka Cantika ya sayang" sekali lagi Raka mengecup pipi Arka. "Ammanya nggak dikasih kecupan nih?" "Ehmm titip kecupan untuk Amma juga ya" Raka kembali mengecup pipi Arka. "Aku pergi ya Tari, assalamuallaikum" "Walaikum salam, hati-hati Aa" Raka mengeluarkan mobilnya dari garasi. Saat mendengar suara mobil, Cantika yang baru selesai mandi berlari ke ruang tamu. "Abba ikuuutt!" Serunya, air mata jatuh di pipinya. "Abba kenapa pelgi nggak ngajak Cantika..hiks...hikss" "Abba mau ke rumah sakit sayang" kata Tari. "Abba sakit?" "Bukan, kakek Subhan yang sakit, Abba yang mengantarkan ke rumah sakit" "Ehmm Cantika ke pasal sama siapa?" "Sama Paman Soleh, sekarang pakai baju dulu sama nenek ya" "Iya Amma" "Sini sayang, kita pakai baju dulu" ibu Soleh membawa Cantika kembali ke kamar. Kaos oblong pink bergambar princess, dan jeans 7/8 warna hitam sudah melekat di tubuhnya. Rambutnya yang panjang, dijepit pada kedua sisi kepalanya. Jepitnya juga warna pink. Saat mendengar suara motor Saleh, Cantika langsung berlari menyongsongnya. "Ayo ke pacal Paman Soleh, Cantika sudah mandi!" Serunya riang. "Ke pasar?" Tanya Soleh bingung. "Soleh, Abba Cantika pergi mengantar Pak Subhan ke rumah sakit, kamu tolong bawa Cantika ke pasar ya, beli dua potong kue kararaban, kalau Cantika ingin naik odong-odong atau mau beli aksesoris, belikan saja Soleh" Tari menyerahkan selembar uang 50 ribuan pada Soleh. "Iya kak" Soleh menerima uang itu dari Tari. "Cium Paman Soleh, Cantika sudah wangi" Cantika menyodorkan pipinya pada Soleh. Soleh mencium pipi Cantika. "Heum wangi, ayo kita berangkat, kami pergi ya kak, bu, assalamuallaikum" "Walaikum salam" sahut Ibu Soleh dan Tari. "Lewat belakang saja Soleh, jangan lewat depan" "Iya Bu" Dalam perjalanan ke pasar. "Paman" "Ya" "Paman suka tidak berteman sama kak Wilda?" "Suka" "Belalti Paman ay lap yu sama kak Wilda, kata Ammakan kalau suka belteman belalti ay lap yu" celoteh Cantika. Soleh hanya tersenyum saja. "Kak Wilda, ay lap yu juga nggak ya sama Paman Soleh?" Gumam Cantika. -- Tiba di pasar, Soleh membeli dua potong kue Kararaban, sesuai pesanan Tari. Soleh bertemu dengan temannya saat SMA di depan toko Wirda. "Paman Soleh, Cantika mau beli pita sama jepit di toko kak Wilda ya" "Mau beli aksesoris, pilih saja nanti Paman yang bayar" Sahut Soleh. Cantika mendekati toko Wirda. "Kak Wilda, assalamuallaikum" "Walaikum salam, Cantika cantik, sama siapa?" "Sama Paman Soleh, kata Paman Soleh, Paman Soleh ay lap yu sama kak Wilda" cerocos Cantika. Spontan Wirda melayangkan pandangan pada Soleh yang berdiri tidak jauh dari tokonya. Tepat saat Soleh juga tengah menatapnya. Soleh tersenyum dan menganggukan kepalanya. Serrr... Hati Wirda jadi berdesir...serasa ada bunga-bunga bermekaran di dalam hatinya. Ia senyum tersipu dengan wajah merona merah. "Cantika mau beli apa?" Tanyanya setelah berusaha menenangkan perasaannya. "Ehmm yang mana ya...ehmm..itu" Cantika menunjuk bando dengan hiasan pita dan bulu berwarna pink. "Ini" Wirda mengambil yang ditunjuk Cantika. "Heum, belapa halganya kak Wilda" "20 ribu" "Sebental ya, Cantika ambil uangnya sama Paman Soleh dulu" Cantika berlari ke arah Soleh, ia menadahkan tangannya, meminta Soleh memberinya uang 20 ribu. Lalu ia kembali pada Wilda. "Ini kak Wilda, beli ya" "Jual Cantika, eeh Cantika sebentar" Wirda menahan Cantika yang ingin pergi. "Apa kak Wilda," "Ehmmm, bilang sama Paman Soleh, kak Wirda ay lap yu juga sama Paman Soleh ya" bisik Wilda. "Oke!" Serunya riang. Ia kembali berlari pada Soleh. "Paman Soleh!" Serunya pada Soleh yang masih bicara dengan temannya. "Ya sayang" "Kata kak Wilda, kak Wilda ay lap yu juga sama Paman Soleh!" "Haah! Memangnya tadi Cantika bilang apa sama kak Wirda?" "Bilang kalau Paman Soleh ay lap yu sama Kak Wilda" "Haah!" "Buhahahaha...sudah jadian saja Soleh, Wirda cantik kok" goda temannya. "Dia masih SMP" "Baru pacarankan, belum mau nikah juga" "Paman Soleh, minta uang lima libu naik odong-odong" Cantika menadahkan tangannya. "Satu putaran aja ya, uangnya tinggal 8.000, Paman cuma bawa uang yang dikasih sama Amma Cantika" "Heum, sini lima libunya" Soleh menyerahkan uang lima ribuan ke tangan Cantika. Cantika berlari ke arah odong-odong yang tidak begitu jauh dari tempat Soleh berada. Dilihatnya seorang anak lelaki lebih kecil darinya tengah menangis sambil memukuli ibunya. "Kenapa nangis, kalau nangis nanti batal puasanya" Cantika mendongak menatap ibu dari anak itu. "Dia mau naik odong-odong, tapi Acil tidak punya uang nak, uang Acil cuma cukup buat beli beras" sahut si ibu dengan mata berkaca-kaca. Ia merasa sedih karena tidak bisa memberikan apa yang diinginkan anaknya. Si anak masih memukuli ibunya. "Nggak boleh pukul olang tua, dosa!" Seru Cantika. "Mau naik odong-odong!" Seru anak itu sambil menangis. Cantika terdiam sejenak, ditatapnya uang lima ribu di tangannya. Lalu ia mendekati si pemilik odong-odong. "Paman Utuh, dia mau naik odong-odong, ini uangnya" Cantika menunjuk pada anak yang menangis, dan menyerahkan uang lima ribu pada Utuh, si pemilik odong-odong. "Kenapa Cantika yang bayar?" Tanya Utuh. "Ibunya nggak punya uang Paman" "Cantika nggak mau naik odong-odong?" "Uang Cantika cuma lima libu, Cantika naik odong-odongnya bisa besok aja, kasihan anak itu sama ibunya" Hati Utuh tersentuh mendengar ucapan Cantika. "Ya sudah, karena Cantika baik hati, sudah mau bayarin anak itu, Cantika boleh naik odong-odongnya gratis" ujar Utuh sambil tersenyum. "Glatis apa Paman?" "Cantika naik odong-odongnya tidak usah bayar" "Benelan Paman? Cantika tidak usah bayal?" "Iya" "Holee!" Cantika mendekati si ibu dan anaknya. "Adeknya bisa naik odong-odong, sudah Cantika bayalin, Acil" Si ibu menitikan air mata. Sejak tadi anaknya menangis minta naik odong-odong, tidak satupun orang yang perduli. Tidak juga si pemilik odong-odong. Tapi gadis kecil di depannya justru mau membantunya. "Ayo Acil, angkat dedeknya ke atas odong-odong!" Seru Cantika. Si ibu segera nengangkat anaknya ke atas odong-odong. Sementara Cantika di angkat oleh Utuh. Soleh yang sudah selesai bicara dengan temannya mendekati odong-odong. "Paman Soleh!" Seru Cantika sambil melambaikan tangannya. Soleh membalas lambaian tangan Cantika. "Keponakannya ya dek?" Tanya ibu anak tadi. "Iya" Soleh menganggukan kepalanya. "Anak yang sangat baik, pasti orang tuanya juga baik" "Sangat baik" sahut Soleh. ***BERSAMBUNG***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD