“Pak, saya izin keluar sebentar.” Mara berdiri di depan meja dengan Andra duduk di belakangnya. Andra menyelesaikan tanda tangannya, sebelum mengangkat kepala sembari menutup dokumen di depannya. “Kemana?” tanya pria tersebut. Tangan kanannya meraih dokumen kemudian mengulurkan pada Mara. Mara terdiam, tidak langsung menjawab. Lipatan halus mulai muncul di kening perempuan 26 tahun tersebut. “Jangan bohong, Mara.” Mara mengedip, lalu berdehem. “Um … ke … notaris, Pak.” Akhirnya Mara berkata jujur. “Notaris?” Mara mengangguk cepat. “Hanya sebentar saja, kok. Saya usahakan sebelum jam istirahat saya sudah di kantor lagi.” “Bukan masalah itu. Aku hanya penasaran—” “Maaf, saya tidak bisa cerita kalau soal alasan saya pergi ke sana.” Mara membalas tatapan sang atasan. Andra terlihat me