“Dia … hamil, Nad. Mara … hamil.” Raga bisa melihat wajah sang istri pertama yang berubah pucat. Pria itu menelan ludah. Napasnya tertarik berat. Baru saja dia membaca satu pesan singkat dari istri keduanya. “Aku hamil.” Raga ingin bersorak begitu membaca dua kata tersebut. Sayangnya, permintaan Nadia agar dia menceraikan Mara. Hari ini juga, membuat perasaan Raga campur aduk. Ingin marah karena untuk yang kesejuta kali Nadia bersikap egois, namun lagi-lagi kesehatan wanita itu membuatnya tidak bisa berkutik. Nadia merasa semua yang dilihatnya berputar. Wanita itu berpegangan pada tepi meja rias. Lidahnya kelu. Dia pernah menginginkan Mara hamil, tapi tidak lagi sekarang. Kenapa? Kenapa sekarang Mara harus hamil? “Nad ….” Raga melangkah mendekati sang istri, lalu pria itu berlutut di