Book 1, Chapter 8 - Clamity Part 2 -

1554 Words
Waktu masih menunjukkan pukul 14:24 namun langit terlihat sangat gelap, puluhan ribu burung mutasi beterbangan membentuk pusaran hitam di langit siang itu. Pintu gerbang pangkalan telah porak poranda di sekelilingnya ribuan mayat bergelimpangan. manusia, mutan, pria dan wanita. Beberapa jasad para prajurit bahkan tidak dapat dikenali, sebagian hancur karena hunjaman cakar besar mutan dan yang lainnya bahkan kehilangan banyak bagian tubuhnya tangan dan kaki terpisah berserakan di berbagai area pangkalan militer. ... Seorang pria bertubuh kekar terlihat tersungkur, bertumpu pada salah satu kakinya, sedang kaki yang lain menopang beban tubuhnya, kedua tangannya memegang erat tombak besar di tangannya. Keringat bercampur darah mengalir turun di berbagai bagian tubuhnya, matanya menatap tajam ke sekeliling ke arah tumpukan mayat mutan dan para prajurit teman perjuangannya. Pandangan pria tersebut terhenti pada seorang pria lain yang berdiri beberapa meter dari tempat dia berada: "Ernest!! Tinggalkan tempat ini! Pergi dan carilah Ali, larilah sejauh yang kalian bisa! Cepatlah! Aku akan berusaha menahan mereka!" Pria tersebut adalah Nicholas salah satu dari ketiga wakil kapten dari batalion khusus regu pemburu di bawah pimpinan kapten Abimanyu. "Bullshit! Mana mungkin aku meninggalkan dirimu! Kalau kau mati maka aku harus juga mati!!" Ernest menjawab sambil berteriak, matanya memancarkan kesedihan. "Bila kita semua mati, siapa yang akan membalaskan dendam kita! Cepat jangan bertindak bodoh! Ini perintah!" Nicholas menjawab tanpa memalingkan wajahnya, di belakangnya masih terdapat 8 orang terakhir dari batalion khusus regu pemburu. "Wakil kapten! Kami mohon pergilah! Balaskan dendam seluruh saudara kita yang mati sia-sia!" Delapan orang yang berdiri di belakang Nicholas berujar bersamaan, terlihat wajah mereka putus asa dan pucat karena kelelahan. "Tttapi.." Ernest berusaha menjawab namun kemudian dia terdiam. "Baiklah! Aku pasti akan membalaskan dendam kalian, maafkan aku tidak dapat berjuang bersama kalian sampai pada akhirnya!" Ernest berbalik dan berlari ke arah kemana Ali berlari membawa jenazah sang kapten. Nicholas mengumpulkan seluruh tenaganya dan berdiri, di hadapannya gelombang kelima dari kawanan mutan sedang berlari dengan sangat cepat ke arah mereka. Nicholas mengangkat tombak dan melabuhkan tombak itu pada bahunya, tanpa memalingkan wajahnya Nicholas berkata: "Saudaraku, terimakasih untuk seluruh perjuangan kalian! Terimakasih banyak! Mari kita selesaikan perang terakhir kita!" Suaranya terdengar sedikit parau menahan emosi yang bergejolak dalam hatinya, sesudah berkata demikian tubuhnya seperti mendapatkan kekuatan terakhir dan berlari ke arah kawanan mutan. Delapan orang saudara perjuangannya mengikutinya dari belakang. *** "MANUSIA TERKUTUK!!" Aku berjalan ke arah tiga orang yang membunuh dan menyakiti keluargan-ku, pusaran besar debu dan serpihan besi, batu dan material dari reruntuhan bangunan mengelilingi tubuhku seperti sebuah pusaran angin kecil. Rasa amarah, kebencian, kesedihan dan perih menjalar dari hatiku ke seluruh bagian tubuhku, merasuk kedalam raga-ku, membuatku hampir kehilangan kewarasan, hal itu merupakan guncangan mental yang sangat hebat bagiku. *** Melihat keanehan yang terjadi pada Vincent, wajah ketiga orang yang sebelumnya tersenyum berubah menjadi serius dan sedikit rasa takut mulai muncul dari dalam hati mereka. "Ada apa dengan bocah ini!" Salah seorang dari ketiga orang itu membatin, sambil mencabut tombak besar yang menancap pada tembok bangunan yang menembus d**a ayah Vincent. *** "Srugg!" "Bruggg!" Tombak yang menahan tubuh sang ayah tercabut dan tubuh ayahnya terjatuh ke atas permukaan tanah. "b*****t!!!" Seluruh material dan pisau yang mengitari tubuh Vincent seketika meledak dan menembak ke arah ketiga orang tersebut. Ketiga orang tersebut merupakan Evo dengan level fisik C+ dan tentunya mereka memiliki banyak pengalaman, dengan sigap salah seorang yang memegang perisai yang lebih besar dari tubuhnya sendiri maju ke depan kedua orang yang lainnya dan menahan serpihan yang menyerang mereka. "Clang! Clang! Clang!" Suara dering terdengar terus menerus saat serpihan-serpihan besar dari tembok bangunan berbenturan dengan perisai besar yang terlihat tidak ter-guncangkan. Kedua orang yang lain tidak tinggal diam, memanfaatkan perlindungan dari sang pembawa perisai kedua orang lainnya yang membawa tombak dan pedang besar di tangannya berlari ke arah Vincent, keduanya bergerak ber-zigzag dan saling silang. "Husk take mother and David as far as you can! Make sure you running in straight line so i'll able to trace you!" "Husk bawa Ibu dan David sejauh yang kau bisa! Pastikan kau berlari dalam garis lurus, sehingga aku dapat melacak mu!" Vincent berujar sambil menghunuskan kedua pedangnya, kedua pisau yang melayang di atas kepalanya perlahan masuk ke dalam sarungnya. Vincent memusatkan gelombang kinetik dan menembakkannya pada seorang yang membawa perisai besar di tangannya. "Woosh.." Gelombang kinetik dengan cepat merambat lewat udara, seketika gelombang kinetik mengacaukan pikiran sang pembawa perisai. "Arggh!!" Sang pembawa perisai berteriak keras, tubuhnya bergetar kuat, pupil-nya kehilangan cahaya dan hanya terlihat warna putih dari matanya. "Clang..! Clang..!" Perisai yang dibawa di tangannya terjatuh ke lantai rumah itu, kedua Evo yang berlari ke arah Vincent berhenti, rasa takut dan terkejut jelas terlihat dari mata mereka. "Apa yang terjadi?!!!" Seorang yang membawa Tombak besar bernama Andre memandang ke arah anggota timnya yang tergeletak tak sadarkan diri. Andre mengatupkan mulutnya hingga giginya saling beradu, dan memberanikan untuk maju sambil mengayunkan tombak-nya. Di sisi lain salah satu anggota tim lainnya yang membawa pedang besar juga maju dan menyerang Vincent dengan sekuat tenaga. "Matilah kau!!!" Andre berteriak keras, berharap serangannya dapat membunuh Vincent atau setidaknya melukai dirinya. Sisi tajam dari tombak dan pedang besar mengarah tepat ke kepalanya, namun di luar dugaan Vincent hanya berdiri dan tidak berusaha menghindar. Matanya terlihat kosong membuat setiap orang yang melihatnya ketakutan dan merasakan bulu kuduk-nya berdiri, terpancar jelas kesedihan, kemarahan dan keinginan membunuh yang begitu kuat dari mata dan seluruh medan kinetik yang ia pancarkan. Pedang besar dan tombak itu hanya beberapa sentimeter saja dari wajah Vincent namun hal yang Andre dan sang anggota tim tidak terjadi, tombak dan pedang itu hanya terdiam di udara seolah menancap pada sebuah batu. "Sial mengapa serangan kita terhenti!!" Pria pembawa pedang bersungut dalam hatinya, dan berusaha menarik kembali pedangnya. Andre sang pengguna tombak pun terkejut dan mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mencabut kembali tombak-nya. Namun hal itu sia-sia.  "Huh?!! Mengapa tidak mau bergerak!" Keduanya secara bersamaan membatin, tombak dan pedang itu tidak bergerak sedikitpun tidak perduli berapa keras mereka mencoba, perlu diingat bahwa Andre adalah evo dengan level fisik C+ dan kedua anggotanya adalah evo dengan level fisik C dengan rata-rata kekuatan 8.000kg dan 6.000kg namun kedua senjata itu tidak bergerak. Mata Vincent memandang ke arah Andre dengan penuh dendam dan amarah, kedua pedangnya yang telah terhunus mengayun ke arah tangan dan kaki kanannya dan dengan mudah meninggalkan luka parah padanya tanpa perlawanan. Melihat Andre terluka parah anggota timnya yang lain melepaskan pegangannya pada pedang besarnya dan berusaha lari meninggalkannya. "Sial!! Aku harus lari, bocah ini gila! Dia sangat berbahaya!" Belum sempat ia berlari menjauh serangan gelombang kinetik merambat dan menghantam kepalanya dan membuatnya seketika kehilangan kesadaran, Vincent menggunakan seluruh kekuatannya sehingga serangan tersebut hampir langsung membunuhnya, kemampuan telekinesis Vincent dalam dua bulan terakhir sudah meningkat menjadi lebih berbahaya meskipun dia belum mengalami tahap kedua dari evolusi otaknya namun dibandingkan pada saat ketika dia melawan Nicholas, Ernest dan Ali kekuatannya sudah jauh meningkat. Melihat yang terjadi pada teman satu timnya, wajah Andre menunjukkan ketakutan yang amat sangat, tubuhnya menahan sakit akibat ayunan pedang Vincent yang hampir membunuhnya, tangan kirinya berusaha membawa tubuhnya menjauh dari lokasi dimana Vincent berdiri. ** "Tap.. Tap.. Tap.. " Husk berlari secepat yang dia bisa sambil membawa David dan ibu Vincent di punggungnya, Husk berlari sangat cepat dan sudah berada cukup jauh dari pangkalan militer. David telah ter-sadar dan duduk di punggung Husk, dari ketiga orang anggota keluarganya David lah yang terluka paling ringan sedangkan sang ibu masih tak sadarkan diri. Di kedua sisinya terlihat reruntuhan-reruntuhan gedung bertingkat dan tanpa ada seorang pun di sepanjang jalan yang mereka lalui. "Husk di mana kakak? Ibu terluka Husk, cepat cari dokter untuk menolong dia!" Tanya David sambil menangis, terlihat tubuhnya penuh lebam dan luka lecet, kedua tangannya dengan kuat menggenggam bulu-bulu di sekitar leher Husk, sang ibu tidak sadarkan diri sambil ter-sandar pada leher Husk. Husk telah memasuki tahap ketiga dari evolusinya dan memiliki tubuh sebesar 1,7 meter dan panjang tubuhnya mencapai 2,4 meter. Sebelum pergi Vincent melilitkan kain disekitar perut ibunya sehingga tidak terjatuh dari punggung Husk, terlihat luka di beberapa bagian tubuhnya, bagian yang terparah terdapat pada bagian perutnya, darah tidak henti-hentinya mengalir dan membasahi bulu Husk. "Wuu Wuu" Husk hanya bisa meringis menjawab pertanyaan David, Husk memang mengerti apa yang David katakan namun tetap saja dia pada akhirnya adalah hewan meski mengalami evolusi dan memiliki kepintaran hampir seperti manusia, dia tetap saja tidak dapat berbicara. *** "Bagaimana rasanya..?" Vincent bertanya sambil berjalan ke arah Andre, meski berkata demikian ekspresi wajahnya tidak berubah, tetap dingin dan misterius. Vincent terus berjalan sambil membawa kedua pedangnya, kedua pisau kecilnya kembali terhunus dan melayang-layang di sekelilingnya. "Tttidak! Ampuni aku... Aku mohon" Andre sangat ketakutan dan kehilangan semua kesombongan yang sebelumnya dia tunjukkan, tubuhnya gemetar ketakutan seperti melihat iblis. "Mengampuni? Semudah itu..?" Vincent terus berkata-kata bersamaan dengan kedua pisau kecil mulai membenamkan dirinya ke beberapa bagian tubuh dari Andre. "Arggh!!" "Tidak!!" Andre menjerit, Vincent seperti kehilangan dirinya, dia menyiksa Andre secara perlahan-lahan. Dalam pikirannya terus menerus bermunculan kenangan-kenangan bersama ayahnya semasa kecil hingga ia besar. "Kau baru saja membunuh ayah dari seorang anak, hampir membunuh ibunya juga dan melukai saudaranya. Namun meminta dirimu diampuni dengan begitu mudahnya?" Ujar Vincent, air mata mengalir perlahan-lahan seraya tubuhnya terus berjalan. Kedua pisaunya terus menyiksa Andre tanpa henti, tanpa disadari ribuan mutan hanya berjarak beberapa ratus meter dari mereka. "Hmmph!!" Vincent menggumam dan membalikkan tubuhnya, tubuh Andre sudah tidak berbentuk, namun demikian Vincent menghindari melukai organ-organ penting dari tubuhnya sehingga dia masih tetap hidup. Vincent berjalan perlahan meninggalkan Andre dengan tubuh berlumuran darah, bau darah tersebutlah yang memancing kawanan mutan menyerangnya. Tanpa membalikkan badannya Vincent berjalan perlahan, namun beberapa langkah setelahnya dia berjalan semakin ke atas seperti menaiki tangga. Vincent menggunakan kekuatan telekinesis-nya untuk berjalan di udara! To be Continued!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD