Raya 6
"Aku tidak menyangka sebentar lagi akan menikah dengannya," ucap Geo dengan binar bahagia di wajahnya. Bagaimana tidak. Sebentar lagi dia akan mempersunting Raya, tidak akan lama lagi sekitar dua minggu lagi dia akan menjadi suami sah dari gadis yang selama ini dia idam-idamkan.
Reno yang mendengar penuturan Geo hanya bisa tersenyum kecut, tidak ingin memperlihatkan bahwasanya dia tidak senang dengan pernikahan yang akan dilangsungkan oleh sahabat sekaligus sekretarisnya itu. Kini mereka berdua berada di sebuah butik untuk melihat sejauh mana persiapan gaun pengantin untuk raya dan setelan jas untuk dirinya.
Reno selama ini setia menemani Geo mempersiapkan segala sesuatu untuk resepsi sekaligus pernikahannya. Tidak lupa Reno juga memberi masukan serta menunjuk beberapa wedding organizer terkenal dengan harga yang begitu fantastis. Dia juga membiayai 60% dari p********n setiap persiapan pernikahan Geo, mulai dari catering, hotel, untuk resepsi pernikahan.
Wedding organizer yang akan bekerja di rumah Raya, semuanya tak luput dari pengaturan dan p********n Reno. Sebagai seorang sahabat tentu saja Geo tidak memiliki kecurigaan apapun terhadap sahabatnya itu, dia malah merasa senang karena dibantu begitu banyak dengan dalih kado pernikahan untuk dirinya. Untuk seperangkat pakaian pengantin pun Reno yang memilih serta membayar khusus untuk Geo. Pria itu tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya karena semua nyaris saja ditanggung oleh Reno.
Bahkan Reno juga menentukan bagaimana bentuk dekor pernikahan Geo. Seakan pria itulah yang akan menjadi pengantin pria untuk Raya.
"Kamu yakin ini cocok untukku, tapi rasanya sedikit kebesaran bagiku. Rasanya ini lebih cocok denganmu, Ren." Geo menyerahkan setelan jas yang di pesan Reno untuknya.
Reno menggelengkan kepalanya. "Tidak, itu sangat cocok untukmu. Memangnya kamu ingin membuat acara apa, sampai-sampai jas yang kamu kenakan harus pas-pasan dan mencetak lekuk tubuhmu?" Sindir Reno.
Geo mengusap tengkuknya memang benar yang dikatakan Reno bahwasanya setelan jas untuk pengantin tidak harus ketat, tapi jas yang dipilihkan pria itu terasa longgar. Tubuh Geo yang lebih kecil dibandingkan Reno tentunya dia merasa jas tersebut lebih cocok dipakai oleh sahabatnya itu dibandingkan dengan dirinya.
"Itu saja, warnanya sudah senada dengan gaun pengantin yang akan dikenakan calon istrimu. Lagi pula itu limited edition sehingga semua orang pasti akan berdetak kagum karena kamu mampu menggunakan pakaian itu."
"Ya, sudahlah kalau memang menurutmu aku sangat tampan menggunakannya." Celoteh Geo, menepis rasa curiganya kepada Reno.
Meskipun mereka bersahabat, perhatian dan segala sesuatu yang dipilihkan Reno untuknya mulai menghadirkan rasa tak nyaman untuk Geo. Namun dia berusaha berpikir positif menganggap semua itu hanyalah perhatian seorang sahabat.
Usai dari butik Reno sangat bersemangat mengajak Geo untuk melihat sejauh mana persiapan di hotel, tempat yang akan digunakan Geo untuk melangsungkan resepsi pernikahan setelah akad di rumah Raya. Sepenglihatan Geo saat ini dirinya justru lebih mirip sebagai pengantar untuk Reno.
Pria itu bercakap begitu leluasa dengan pihak wedding organizer sekaligus memberi masukan serta protes atas bagian tertentu yang tidak dia inginkan. Padahal menurut sudut pandang Geo pekerjaan wedding organizer tersebut sudah lebih dari kata sempurna. Tidak ingin membantah keinginan Reno yang menurutnya mungkin saja jauh lebih baik dari penilaiannya sehingga Geo hanya duduk dan memperhatikan saja. Membiarkan sahabatnya itu mengurus segala sesuatu di hotel tersebut.
"Untuk kamar pengantin nanti tolong sediakan kamar VIP yang sangat luas. Dan tolong hias kamar sedemikian rupa,jangan ada cahaya dari lampu cukup dari lilin saja. Ah, satu lagi. Tolong langsung isi bathub dengan air hangat, serta taburi dengan busa-busa yang begitu lembut, wangi dan kelopak bunga mawar tentunya. Jangan lupakan saya ingin hotel ini dikosongkan selama resepsi di dilangsungkan, saya akan mengganti seluruh kerugian yang dialami oleh hotel ini sekaligus saya ingin kolam renang yang ada di area hotel ini disterilkan dari orang-orang luar karena saya ingin pengantin bisa menikmati hotel ini untuk mereka dan keluarganya," tutur Reno kepada manajer hotel yang baru saja datang menghampiri mereka berdua.
Sontak saja hal tersebut membuat mulut Geo terbuka lebar. Tidak mampu membayangkan berapa uang yang harus dia bayarkan untuk menyewa seluruh kamar yang ada di hotel tersebut.
"Ren, kamu jangan gila! Dari mana …"
Reno mengangkat satu tangannya kamu. "Tidak perlu khawatir, Ge. Semua ini aku persembahkan untukmu. Sebagai sahabat yang sudah lama kamu temani, sekaligus sekretaris yang selalu bekerja keras untuk perusahaan bahkan aku merasa ini semua belum cukup untuk membayar semua budi baikmu kepadaku."
" Iya, ta- tapi kan, ini terlalu berlebihan ,Ren. Aku memang menjadi sahabat terbaik untukmu dan mampu bekerja dengan sangat baik pula. Tapi tidak seperti ini caranya kamu memperlakukanku, ini terlalu banyak dan berlebihan menurutku."
"Itu menurutmu." Reno menepuk pundak Geo, memberikan sedikit remasan di sana. "Tapi menurutku ini sangat sempurna dan pantas untuk kamu dapatkan."
"Iya, tapi kan …"
"Tolonglah terima semua kebaikanku agar aku tenang melepasmu menikah."
"Baiklah kalau memang itu yang kamu inginkan," desah Geo, tidak mampu lagi menolak segala pemberian Reno kepadanya. Dia sangat bersyukur bisa menjalani resepsi pernikahan yang amat meriah seperti sekarang, namun dia tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya.
***
Tak terasa pernikahan antara Geo dan Raya akan segera dilangsungkan. Namun semua binar bahagia dan senyuman seketika luntur dari bibir Geo. Setelah dia berbicara empat mata bersama Reno di malam sebelum dia melangsungkan akad nikah.
Pria itu dengan entengnya memberikan penawaran yang sangat fantastis kepadanya sekaligus menyampaikan bahwasanya selama ini Reno sering mengisengi Raya karena dia jatuh cinta kepada gadis itu. Anak perusahaan yang ada di luar kota serta hutang piutang dianggap lunas, tidak lupa sejumlah uang yang sangat menggiurkan tentunya membuat Geo luluh juga. Dia rela melepaskan kepergian Raya ke dalam pelukan Reno dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.
Tidak terlalu rugi rasanya menunggu Raya satu tahun lagi. Dia yakin gadis itu tidak akan mampu mencintai laki-laki beku dan monoton seperti Reno. Sehingga Geo menerima kesepakatan tersebut dan memilih kabur di pagi hari, beberapa jam sebelum akad nikah dilangsungkan. Kepergian Geo tentu saja membuat Raya ketakutan setengah mati, terlebih lagi p********n untuk wedding organizer belum dibayarkan secara penuh.
Begitu juga untuk sewa kamar hotel yang digunakan untuk resepsi pernikahan mereka, begitu banyak tagihan yang harus dibayar membuat Raya ingin bunuh diri saja. Bukan hanya rasa malu yang diberikan Geo kepadanya, tapi hutang piutang yang begitu banyak pun tak luput dari konsekuensi yang harus Raya dapatkan. Namun Raya sedikit tenang karena ada seseorang yang mau membayar semua tagihan-tagihan tersebut sekaligus menggantikan Geo untuk mempersunting dirinya. Meskipun tanpa sepengetahuan Raya.
Setidaknya pria itu sudah menemui sang ayah dan menyatakan sanggup menyelesaikan segala kekacauan yang dibuat Geo hari itu.
Raya masih belum mampu menerima kenyataan Geo pergi di saat pernikahan akan dilangsungkan, kini dia harus menerima Reno sebagai suaminya. Padahal pria itu selama ini selalu mengganggu dan membuatnya kesal setengah mati dengan perintah-perintah yang tidak masuk akal. Namun pria itulah yang menjadi penyelamat sehingga Raya tidak perlu membayar tagihan yang membengkak sekaligus tetap bisa melangsungkan pernikahan sehingga tidak membuat malu keluarga besarnya. Memang mereka bukanlah berasal dari keluarga yang berada, tapi tetap saja akan menjadi bahan cemoohan karena dia gagal menikah dengan pria yang cukup terpandang seperti Geo.
Bahkan kini semua keluarga Raya berdecak kagum karena dia batal menikah dengan seorang sekretaris justru kini menikah dengan Direktur Utama di tempat dia bekerja.
"Kamu silakan tunggu saya di kamar. Ada hal penting yang akan kita bicarakan sekaligus sepakati, karena ini semua tidak gratis," tutur Reno menyerahkan kunci kamar VIP, yang telah dia persiapkan untuk kamar pengantin.
Wajah sembab Raya terangkat, menatap Reno kedua alisnya bertaut. Menebak apalagi rencana yang sedang dimainkan oleh atasannya itu.
"Tidak perlu menatapku seperti itu, ini semua murni aku lakukan untuk membantumu lepas dari segala jerat hutang yang dibuat Geo. Andai saja Geo itu bukan sahabatku, bisa dipastikan aku tidak akan mau menikah denganmu dan menanggung segala hutang piutang ini. Sekarang cepat kamu pergi ke kamar yang telah disediakan pihak hotel untuk pengantin. Tunggu saya disana, ada beberapa masalah yang harus diselesaikan."
Reno menatap jam yang melingkar di tangannya. Sudah cukup malam sedangkan di rumah dia juga harus menghadiri lamarannya dan Vika. Sedari tadi Vika sudah menghubunginya dan meminta Reno untuk segera hadir. Memohon agar pria itu tidak membuat kekacauan dan malah mempersulit rencananya.