MELAMPIASKAN

614 Words
Indra membunyikan bel apartemen perempuan itu. Perempuan itu membukanya. Terlihat sengaja menggodanya dengan mengenakan pakaian tipis yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Payudaranya yang besar langsung membuatnya ingin meremasnya. Indra menutup pintu dan menarik tangan perempuan itu, menekannya ke tembok. Lingerie tipis yang dikenakannya hanya tertahan tali tipis di bahunya. Putingpayudaranya terlihat menonjol, dengan sengaja perempuan itu membusungkan dadanya, mempertontonkan asetnya yang memang menggairahkan. Indra tidak lagi bisa menahan gairahnya. Tangannya langsung meremas kedua gundukan besar itu.. Sang perempuan mengerang keras, menunjukkan hasratnya. Tangannya membuka celana Indra dengan cepat. Menyisakan boxer biru yang menutupi batangnya. Indra mengarahkan tangan perempuan itu untuk menyentuhnya. Perempuan itu langsung menurunkan boxernya hingga memperlihatkan batang yang sudah menguat. Tangannya langsung mengarahkan batang itu masuk ke lubang bawahnya, tapi Indra menahannya. Ia bersusah payah memasukkan pelapis untuk melindungi batang itu, lalu mendorong perempuan itu ke atas tempat tidur. “Aku mau di atas,” desahnya. “Ah lakukan…” Indra memutar tubuhnya. Perempuan itu naik ke atasnya, langsung memasukkan dalam sekali hentakan, yang membuatnya menjerit kesakitan. Tapi Indra hanya tersenyum menikmati pemandangan itu. Tubuhnya bergoyang kencang mencoba memuaskan lelaki dihadapannya. Tangan Indra perlahan melepaskan lingerie perempuan itu. Hingga dadanya membusung dan bergoyang tanpa penutup apapun. Ia memilin puncak gundukan itu dan membuat goyangan itu bertambah cepat. Indra meremasnya dan menikmati pemandangan dihadapannya. Sampai keduanya mencapai puncak bersamaan… “Kamu menyukainya,” perempuan itu mengecupnya. “Ah kamu tahu, tidak perlu ada kecupan seperti ini,” Indra berdiri dalam keadaan telanjang, mengambil air putih dan meminumnya, lalu mengenakan pakaiannya. “Kamu mau pergi sekarang?” Perempuan itu merasa kesal. “Ya, mau apa lagi?” Indra mengancingkan kemejanya. “Kamu tidak ingin melakukannya lagi?” Perempuan itu memeluk lehernya. “Cukup,” Indra berkata tegas. “Pasti ini soal Mitha? Jangan pergi menemuinya!” Perempuan itu melemparkan bantal padanya. “Tidak ada hak kamu untuk mengaturku, dia kekasihku,” Indra sedikit marah mendengarnya dan menahan bantal itu. “Kalau kamu pergi, hubungan kita berakhir,” Perempuan itu marah. Indra menatap tubuh perempuan itu dari atas ke bawah. Tubuh indah itu, rasanya sayang tidak lagi bisa menyentuhnya.. Tapi, masih ada yang lain. Ia tidak mau dengan perempuan yang mengaturnya. Indra pun melangkah pergi ke luar dan menutup pintu. *** Perempuan itu marah. Ia tahu hubungannya dengan Indra sebatas seks, tapi itu jadi cara untuk mendekatinya. Bagaimanapun ia menjalani ini dengan perasaan, ada rasa pada lelaki yang ia tahu tidak menginginkan lebih selain hubungan badan. Tapi tetap saja kejadian ini membuatnya marah. Indra mendapatkan apa yang ia mau dan meninggalkannya begitu saja. Semua gara-gara Mitha. Ingin rasanya meluapkan amarahnya ini. Ia mengambil ponselnya, menggantinya dengan nomor lain yang telah dipersiapkan, lalu mengirimkan pesan pada Mitha: “Tinggalkan Indra! Kamu bukan satu-satunya perempuan dalam hidupnya.” *** Mitha kaget membaca ada pesan yang masuk ke ponselnya dari nomor tak dikenal. Tak lama, ada lagi pesan masuk. “Jangan menganggu lelaki yang sudah punya pasangan! Dasar kamu perempuan jalang.” Ah, Mitha tanpa sengaja menjatuhkan ponselnya. Kata “jalang” membuatnya kaget. Tidak pernah sekalipun ingin mengganggu hubungan siapapun, dan ia bukan perempuan “jalang”. Keterlaluan sekali pengirim pesan ini! Dalam keadaan emosi, Mitha ingin menceritakan hal itu pada Indra, tapi… Bagaimana kalau pesan ini betul? Ya, jauh di lubuk hatinya, Mitha sudah mencurigai hal itu. Beberapa minggu lalu, tanpa sengaja menemukan beberapa bungkus kondom di dalam tas Indra. Tak ingin bertanya dan tak ingin tahu. Mitha mencoba menutup mata dan telinga, tapi pesan ini mengingatkannya lagi pada kejadian itu. Belum lagi, beberapa hari lalu, ia mencium bau parfum lain di tubuh Indra. Rasa-rasanya tidak mungkin laki-laki memilih menggunakan parfum itu. Mitha diam terhenyak. Apa yang harus ia lakukan? Sepertinya pesan itu tidak salah… ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD