Akhirnya Mitha memutuskan untuk merahasiakan pesan itu dari Indra. Apapun yang terjadi, terjadilah… Banyak pikiran mengganggunya…
Mitha menghela nafas panjang..
“Kamu kenapa?” Anya menghampirinya ke ruangan.. Anya berada di Divisi Marketing Digital, sedangkan ia di Planning. Meski tidak satu bagian, tapi mereka dekat karena sahabat saat kuliah dulu. Sudah 7 tahun mereka bekerja di kantor yang sama. “Serius, akhir-akhir ini kamu berbeda. Seperti kehilangan semangat, ada masalah dengan Indra?”
Mitha bimbang, haruskah ia menceritakan semua ini pada Anya, “Nanti pulang kerja temani aku ke Sonne Cafe ya.. Aku cerita, sepertinya memang aku butuh pendapat.”
“Ok. Sekalian sudah dengar kabar terbaru?” Anya mendekati dan duduk di hadapannya. “Apa?” Mitha penasaran melihat wajah Anya yang terlihat serius. “Tadi siang sudah selesai RUPS Luar Biasa dan hasilnya, Danudaru Abisatya jadi CEO baru Abisatya Besari. CEO kita ini masih muda, umur 37 tahun, cuma beda 5 tahun dari kita. Selama ini dia tinggal di London dan memiliki usaha sendiri. Entah kenapa malah akhirnya kembali ke Indonesia dan mengambil alih perusahaan ini. Aku penasaran lihat orangnya… Semua rahasia, RUPS pun tidak diperkenankan membawa ponsel dan tidak ada seremoni apapun. Sepertinya dia bakal jadi selebriti baru di tanah air. Kaya, sukses, pintar, katanya tampan luar biasa, dan yang utama, kamu tahu dia masih single.. Ternyata belum menikah,” Anya bercerita panjang lebar.
“Masa belum menikah? Sesukses itu? Apa mungkin dirahasiakan?” Mitha merasa tertarik dengan informasi ini. “Entahlah, tapi ini dari sumber terpercaya. Tangan kanan Bapak Gunawan yang bernama Bapak Aji Soesetyo kan punya staf, nah staf nya ini temannya teman aku. Aku tahu dari teman stafnya ini,” Anya terus bercerita.
Mitha langsung tertawa.. “Jadi sumbernya dari temannya teman dari stafnya Bapak Aji? Itu bisa distorsi data berkali-kali..” Anya langsung tertawa, “Tapi rasa-rasanya tidak mungkin salah. Kalau lihat fisik Bapak Gunawan, meski sudah berumur, tapi masih terlihat kan mudanya itu pasti tampan. Terus aku pernah lihat dari jauh anak perempuannya Bapak Gunawan yang bernama Daradiani, cantik banget Mit. Masa kakaknya jelek? Tidak mungkin juga bukan?”
“Apa hubungannya soal jelek atau tampan dengan persoalan masih single atau tidak?” Mitha lagi-lagi tertawa. “Maksudku, ini informasi tidak mungkin meleset, rasa-rasanya 99% yakin betul,” Anya berdiri dan melemparkan tisu pada Mitha.
“Ah sudahlah, ini di kantor, nanti kita ngobrol lagi. Pulang kerja fix harus ke Sonne. Mobilmu ya? Malas nyetir,” Mitha berdiri mengambil mapnya, “Aku sekarang harus ke lobi, ada yang kirim barang buat sample material logo.” Anya mengangguk.
***
RUPS berakhir.. Lega rasanya, Danu memasuki ruangan yang pernah ditempati ayahnya. Di meja kerja ayahnya, terpajang fotonya, Dara dan ayahnya bertiga saat mereka berada di London, lalu foto ibunya dan ayahnya berdua kala masih muda, sepertinya saat itu ia masih balita. Ibu, Danu rindu…
Danu tersentak, di sebelahnya ada postcard yang terpasang dalam sebuah frame kayu. Postcard yang ia kirimkan secara iseng saat Hari Ayah beberapa tahun lalu.
“Happy Father’s Day for the best Dad ever. My role model for life, love you.”
Danu memegang framenya. Melihatnya, semakin menguatkan langkahnya ke depan. Doakan aku ayah…
Ia membuka jasnya, mengganti dengan jaket berwarna navy kesukaannya, kemudian mengenakan masker. Ingin sekali lagi berjalan bebas melihat suasana lobi kantornya.
Danu turun dari lift.. Ia menekan tombol G.
Lift terbuka di lokasi private yang memang hanya untuk top executive. Danu keluar secara hati-hati, tidak ingin ada yang melihatnya keluar dari lift itu. Langkahnya terasa ringan, hilang sudah beban pikiran yang sebelumnya ada di benaknya, soal sakit ayahnya, soal RUPS, soal pemegang saham. Yang ada sekarang berusaha yang terbaik untuk perusahaan ini.
Matanya melihat sekeliling lobi yang begitu ramai. Banyak orang lalu lalang dengan kesibukannya. Senyum menghiasi bibirnya, tantangan baru, hidup baru..
Sampai, matanya melihat perempuan itu sedang membawa kotak dengan kedua tangannya. Tanpa sadar, ia menggigit bibirnya. Ciuman itu masih membekas..
Danu sudah meminta data karyawan pada Om Aji. File nya sudah bisa ia akses, hanya saja kesibukan RUPS membuatnya menunda untuk melihatnya. Malam ini, nama kamu tidak lagi jadi misteri… Danu menunduk dan tersenyum.. Matanya mengikuti pergerakan perempuan cantik itu, ia berjalan menuju lift. Diam-diam Danu melihat kalau jarinya yang lembut menekan tombol naik. Kamu di lantai berapa?
Pintu lift terbuka, dan ia pun masuk. Danu terus menatapnya sampai tertutup. Lift itu bergerak, hingga akhirnya angka 11 muncul di layar nomor lift. Dari situ, lift kembali turun. Hmm.. Sepertinya kantornya di lantai 11, selisih 10 lantai dengannya yang berada di lantai 21.
Danu langsung berbalik.. Secangkir kopi ia butuhkan untuk meredam debaran kencang didadanya.