08

1008 Words
Clara tidak menyangka ia akan menghabiskan waktu hampir 2 jam untuk membuat makan siang yang akan dibawanya ke kantor Lucas. Perutnya yang membesar membuatnya kewalahan ketika bergerak, tetapi meskipun begitu ia tidak ingin maid membantunya. Clara ingin menu makan siang Lucas kali ini murni hasil dari usahanya. Sebenarnya dia sama sekali belum pernah ke kantor Lucas, hanya bisa mengandalkan supir cadangan yang akan mengantarkannya. Supir cadangan yang dipakai ketika supir Lucas yang biasanya sakit atau tidak bisa hadir. Ketika turun dari limusin yang membawanya, Clara sedikit kesusahan akibat perutnya yang sudah membesar. Ia berjalan perlahan ke ruangan Lucas sebelum melewati meja resepsionis dengan beberapa banyak mata yang menatapnya sembari berbisik-bisik setelah Clara mengatakan bahwa ia istri Lucas. Beberapa orang ada yang menatapnya dengan hormat. Setelah sampai pada lantai atas tepat pada ruangan Lucas, Clara menemui sekretarisnya lalu tersenyum dan bertanya ramah. "Lucasnya ada?" Sekretaris bernama Sarah Prilia pada name tag bajunya itu balas tersenyum dan menjawab tak kalah ramahnya. "Ada bu, masuk saja." Clara tersenyum sekali lagi sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan Lucas, tetapi belum saja ia masuk langkahnya terhenti tepat di depan pintu yang terbuka sedikit. Menatap terpaku ke arah pemandangan di hadapannya. Lucas mencium Shella. Posisi Lucas membelakanginya hingga yang terlihat hanya wajah Shella, meskipun tidak terlalu jelas tetapi Clara yakin ciuman itu di bibir. Dadanya serasa ditikam hingga Clara merasa seluruh tubuhnya melemah. Memaksakan dirinya untuk berjalan Clara memberikan bingkisan yang dibawanya pada sekretaris Lucas yang mengerutkan dahinya "Sepertinya aku ada sedikit keperluan lain, tolong berikan ini pada Lucas dan katakan padanya bahwa aku datang ke sini." Tanpa memperdulikan apa jawaban dari sang sekretaris, Clara berjalan pergi, rasa sesak di dadanya memaksa untuk keluar, tetapi Clara menahannya meski saat ini pandangan matanya mengabur. Benar yang dikatakan Andrew dan benar juga apa yang menjadi keresahan hatinya hingga saat ini. Ternyata Lucas masih mencintai Shella dan menikahinya hanya karena wajahnya mirip dengan Shella. Kini semua semakin jelas dan Andrew benar bahwa Lucas tidak ingin ada bayi karena lelaki itu tidak ingin mempunyai seorang anak darinya. Ketika sampai pada limusin yang mengantarnya, air matanya jatuh. Mengalir dengan deras, Clara terisak. Ia mengetik ponselnya dengan tangan bergetar, dirinya butuh Andrew sekarang. "Ha-halo ...." Clare terisak kembali bahkan untuk mengatakan kalimat selanjutnya ia tidak saggup. "Iya halo, apa ini Clara?" Suara di sebrang menyapanya dengan ramah, ada sedikit nada prihatin yang menyelip disana. Clara mengangguk tetapi kemudian ia menyadari bahwa Andrew tidak bisa melihatnya buru-buru ia menjawab. "Kau benar dan aku membutuhkan bantuanmu, aku ... aku tidak tau harus meminta tolong pada siapa lagi." Andrew tertawa renyah. "Tidak perlu sungkan seperti itu, aku dengan senang hati membantumu. Jadi apa rencanamu selanjutnya?" "Aku tidak tau, ku pikir ... ku pikir aku akan pergi meninggalkannya. Dan akan kembali setelah anak yang berada di dalam kandunganku lahir. Aku kembali hanya untuk memintanya menceraikanku." Clara menutup matanya dengan sebelah tangannya, terisak hingga napasnya terasa sesak. "Aku tidak menyangka pada akhirnya inilah yang terjadi pada pernikahan ini, dahulu ada seseorang yang meyakinkanku dan mengatakan padaku bahwa Lucas akan setia, tetapi nyatanya ...." Helaan napas terdengar dari sebrang telepon. "Tenangkan dirimu Clara, jangan sampai kesedihanmu mengganggu kandunganmu. Kita akan mengatur waktunya, terserah padamu mau kemana aku akan membawamu ke sana." "Aku tidak memiliki tempat tujuan, aku mengandalkanmu dalam hal ini, Andrew. Carikan tempat yang tenang dan tempat yang bisa membuatku jauh dari jangkauan Lucas. Aku akan mengabarimu lagi." "Ah, baiklah tidak apa-apa. Ingat jangan terlalu sedih, tidak baik untuk kandunganmu." "Sekali lagi terima kasih, Andrew." "Sudah kewajibanku sebagai seorang teman." Semoga dengan kepergiannya Lucas bisa meraih kebahagiaannya. Jalan mereka memang seperti ini, dipersatukan hanya untuk dipisahkan. ******** Keadaan kamar itu gelap, padahal masih menunjukkan pukul 20.00 WIB. Tidak biasanya Clara tidur secepat ini, tetapi mungkin saja wanita itu kelelahan. Dengan langkah sepelan mungkin Lucas menghampiri Clara yang tertidur terlentang. Ada jejak air di sudut matanya, Lucas mengerutkan dahi. Clara menangis, kenapa? Apa wanita ini kesakitan? rasa cemas langsung merambat hingga membuat Lucas mengulurkan tangannya ke dahi Clara untuk mengecek suhu wanita itu. Normal, apa Clara merasa sakit pada bagian perutnya? dengan hati-hati Lucas menyentuh perut Clara untuk memeriksa dan tubuhnya seketika menegang. Ada respon berupa tendangan yang membuat sisi dalam diri Lucas menghangat. Ia sama sekali belum pernah menyentuh perut Clara, bahkan untuk menatap perut yang membuncit itu dirinya enggan. Ia merasa dengan sikapnya yang seperti itu Clara mau mematuhi perkataannya agar menggugurkannya, tetapi tidak menyangka bahwa wanita itu masih mempertahankannya hingga sekarang. Rasa bersalah yang mencekam merambat naik, Lucas tidak menyangka Clara akan sekukuh ini. Tendangan itu kembali merespon tangannya yang bergerak di atas perut Clara. Syukurlah kehamilan ini tidak menyakiti Clara, wanita itu tidak muntah-muntah seperti kebanyakan dari wanita hamil. Yang paling menguntungkan adalah kemanjaannya, Lucas menyukainya tetapi tidak berkomentar apapun, ia hanya ingin membuat Clara merasa nyaman dan memberi kebebasan dalam semua tindakan. Sebelah tangannya menjulur untuk mengusap air mata yang masih tersisa. Tadi siang Clara datang kantornya untuk memberikan menu makan siang, tetapi Clara tidak menemuinya. Sedikit membuat Lucas kecewa sebab jika hanya mengantarkan makan siang tanpa menemuinya Clara tampak seperti pelayan, tetapi mungkin saja Clara mempunyai alasan lain. Lucas menunduk, mendaratkan kecupannya di dahi Clara dan juga di bibir Clara dengan kecupan ringan. Tidak ingin mengganggu istirahat istrinya. Kehamilan Clara membuat dadanya membesar, sesuatu yang menyiksa sebab ia tidak bisa terlalu kasar ketika b******a. Dan nanti ketika anak itu lahir ia juga harus menahan diri selama sebulan. Ah, sepertinya satu anak saja sudah cukup. Lucas akan mencari tahu penyebab Clara menangis, ia harus menyelidiki apakah Clara merasa kesakitan atau tidak. Sepertinya ia harus membersihkan diri terlebih dahulu sebelum pergi ke ruang kerjanya. Clara tidak boleh merasa sakit, cukup perbuatannya dahulu yang menyakiti wanita itu. Lucas berjanji kepada dirinya sendiri untuk membahagiakan Clara, menjauhkan rasa sakit apapun itu. Lucas hanya belum menyadari bahwa sakit bukanlah dari fisik semata melainkan dari hati. Dan nyatanya saat inipun dirinya menyakiti Clara dengan rasa sakit yang tak kasat mata, rasa sakit yang tak terlihat sebab berasal dari dalam hati. Lucas juga tidak pernah menyangka bahwa hari ini, malam ini, adalah malam terakhir dirinya melihat Clara. Sebab saat dirinya terbangun keesokan harinya, Clara sudah menghilang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD