09

1014 Words
Tidak perlu membawa banyak barang karena ia ingin kabur bukan pindahan. Dengan gerakan yang sangat pelan, Clara menuruni ranjang lalu pergi dengan mengendap. Tadi ia sudah meminta agar Andrew menjemputnya dan yang harus dilakukannya adalah keluar tanpa diketahui oleh bodyguard milik Lucas. Sejak menikah Lucas melonggarkan pengawasannya, mungkin pria itu berfikir hubungan mereka baik-baik saja dan Clara tidak mungkin kabur. Sejak menikah juga para pelayan dan bodyguardnya selalu mematuhi perintah Clara, sebelum menikah mereka juga mematuhi dan menghargainya, tetapi jika tanpa arahan dari Lucas mereka memilih diam. Seperti yang diharapkan semuanya berjalan lancar, Andrew menjemputnya lalu mereka berlalu meninggalkan mansion Lucas. Clara memejamkan matanya, tangannya mengelus perutnya. Anaknya akan lahir tanpa seorang ayah. Andrew membawanya ke daerah pegunungan, katanya itu adalah tempat peristirahatan kakeknya sebelum meninggal. Rumah itu sendiri tampak nyaman, terbuat dari bambu dan juga kayu yang di desain secara apik dengan bentuk perumahan jepang. Pemandangannya juga indah, tanaman hijau sejauh mata memandang dan udaranya juga begitu segar. Mereka sampai pada pagi hari, perjalanan selama 5 jam membuat tubuh Clara terasa kaku. Saat turun dari mobil Andrew membantunya dan menuntunnya berjalan memasuki rumah itu. "Anggap saja rumah sendiri, jika kau butuh sesuatu jangan sungkan-sungkan menghubungiku." "Ini sudah lebih dari cukup, Andrew. Terima kasih, nanti setelah anak ini lahir aku akan mencari tempat tinggal baru. Aku tidak ingin merepotkanmu." Andrew tertawa. "Kau bisa tinggal di tempat ini selama yang kau mau, bahkan sampai kau tua juga tidak apa-apa." "Aku bersyukur bisa bertemu denganmu." Bersyukur? Sepertinya kata itu tidak cocok diucapkannya karena Clara tidak menyadari ada rencana di balik itu semua. Yang ada di pikirannya saat ini hanya meninggalkan Lucas, untuk memberi peluang bagi Lucas dan Shella agar kembali bersama. Nanti setelah mereka bersama Clara akan datang dengan membawa anaknya dan menyuruh Lucas menceraikannya. Tangannya mengelus perutnya, nanti biarkan anaknya yang akan memilih ingin bersama siapa. Lucas atau dirinya, Clara akan merelakan kalau anaknya memang ingin bersama Lucas. Ia tidak ingin menjadi ibu dan juga istri yang jahat dengan memaksakan kehendaknya, karena diberi karunia mengandung dan melahirkan itu adalah hal terindah. "Setiap pagi akan ada pelayan yang mengurus rumah ini, kau bisa meminta bantuannya jika menginginkan sesuatu." Clara memandang haru. "Sekali lagi terima kasih, Andrew." "Kau ini ...." Andrew mengacak rambutnya dengan gemas. "Sudah kewajibanku untuk membantu, tidak perlu terlalu banyak berterima kasih." Andrew menatap arlojinya, "Sepertinya aku akan disini sampai besok, tidak apa-apa kan, Clara?" "Kau memperlakukanku sebagai pemilik rumah." Clara menatap sinis sebelum detik kemudian tersenyum. "Aku tau orang yang sedang patah hati membutuhkan waktu untuk sendiri, itulah sebabnya aku tidak ingin berlama-lama berada di sini." Clara tersenyum kecil, ini pilihannya kan? Kenapa ia seakan tidak rela meninggalkan Lucas? Bukankah keputusannya sudah benar, bahkan mereka tidak mencintai satu sama lain, oh hanya dirinya saja yang mencinta. Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Semua baik-baik saja dan ini pilihan yang tepat. Clara yakin suatu hari nanti Lucas akan berterima kasih padanya karena memilih jalan untuk meninggalkan pria itu. Lagi-lagi Clara hanya mengambil jalan sepihak tanpa menyadari bahwa Lucas merasa kehilangan, pria itu hampir menggila. **** Lucas terbangun tanpa Clara di sisinya dan itu tidak seperti biasanya, sebab wanita itu selalu bangun belakangan. Tidak memperdulikan hal itu, ia berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Mungkin Clara terbangun dengan perut lapar mengingat bahwa tadi malam wanita itu menangis, tangisan yang menguras emosinya hingga bangun tidur langsung makan. Setelah mandi Lucas beranjak ke dapur, berfikir bisa menemukan Clara di sana, tetapi nyatanya tidak. Ia mulai mencari ke taman dan Clara juga tidak ada. Seketika jantungnya berdetak tak karuan. "Clara!" teriaknya sembari berlari ke halaman mansion. Ia kembali ke kamar untuk mengambil ponselnya, menekan nomor Clara yang ternyata tidak bisa dihubungi. Dahinya berkerut, kemana wanita itu? "Halo Tian, cari Clara sekarang!" Kalut, ia langsung memberi perintah dengan nada membentak. Hatinya gelisah, pasalnya tadi malam wanita itu menangis dan hari ini wanita itu bangun terlebih dahulu. Lucas berjalan ke arah lemari Clara dan menemukan puluhan bajunya yang tergantung rapi, bajunya masih ada berarti wanita itu hanya pergi ke suatu tempat. Itulah yang awalnya dipikirkannya sebelum Sebastian datang menemuinya dengan vidio yang diambil dari rekaman CCTV. Lucas mengepalkan kedua tangannya ketika vidio itu diputar, rahangnya menegang. Berani sekali wanita itu masih berhubungan dengan Andrew dan mengkhianatinya, hatinya seperti ditusuk oleh ribuan jarum tak kasat mata. Sakit luar biasa, egonya tersentil. Kesetiaannya di balas dengan pengkhianatan dan ini yang kedua kali dalam hidupnya. Parahnya lagi, kali ini dengan istrinya sendiri, istri yang selalu bersikap baik padanya. "Keluar!" katanya pada Sebastian. Lucas hanya ingin menenangkan diri sendiri. Kenapa saat dia setia semuanya memilih pergi! wanita-wanita kurang ajar. Apa malam itu Clara menangis karena sebenarnya wanita itu rindu pada Andrew dan ingin bersama pria itu!? Apa yang kurang dari dirinya mengapa semuanya menjauh. Sialan! perasaan sakit kali ini seakan menenggelamkannya ke dasar laut yang gelap tanpa cahaya. Bahkan rasa sakit yang dialaminya saat ini jauh berkali lipat lebih sakit dari pada ketika melihat Shella berkhianat. Sejak ikrar janji pada pesta pernikahan Lucas berniat akan selalu menjaga wanita itu dengan baik, tidak menyakitinya dan akan selalu setia, tetapi nyatanya? Semua yang dilakukannya pada wanita itu dihancurkan tanpa sisa. Untuk apa Clara bersikap manja padanya akhir-akhir ini! Untuk apa wanita itu menjadi sangat manis jika pada akhirnya tetap memilih meninggalkannya. Lucas kembali memutar vidio itu, Clara berjalan mengendap untuk menemui Andrew. "Wanita sialan!" teriaknya kuat, dinding menjadi sasaran empuk tangannya. Lucas menghantamkan tangannya ke dinding berulang-ulang hingga berdarah. Bukan tidak bisa mencari wanita itu, selagi Clara masih berada di dalam negri sejauh apapun ia bersembunyi Lucas pasti bisa mendapatkannya. Tetapi di dalam hidupnya ia takkan pernah mencari apapun itu yang sudah pergi meninggalkannya dengan cara mengkhianatinya. Jika wanita itu memilih berkhianat dan kabur darinya maka Lucas juga bisa melakukan hal yang sama. Puluhan wanita mengantri agar bisa dinikahinya, tetapi wanita itu yang berhasil dinikahinya malah memilih jalan bodoh. Ternyata setia tidak ada gunanya, kesetiaan di dunia ini hanyalah barang palsu yang sangat langka. Lucas menghentikan pukulannya, mengacak rambutnya kasar dengan kedua tangan yang sudah berdarah. Tidak memperdulikan tangannya, Lucas terjatuh di lantai dengan tubuh lemah. Untuk pertama kali dalam hidupnya setelah ibunya meninggal, pada akhirnya Lucas meneteskan air mata. Satu yang disesalinya, ia sudah terlanjur cinta.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD