07

1009 Words
Ada yang aneh dengan dirinya, menjelang kehamilannya yang semakin bertambah usia Clara menyadari sesuatu. Sesuatu yang membuatnya merasa malu dengan dirinya sendiri karena memiliki perasaan sepihak. Kini ia semakin sadar bahwa rasa yang mulai tumbuh ini adalah rasa cinta, ya, Clara mencintai Lucas. Dan kehamilannya semakin membuat rasa itu nampak sebab ia memilih membuang rasa malu dan nekat menyuruh Lucas terus berada di sisinya. Tangannya mengelus perutnya yang semakin membesar, kehadiran anak ini membawa begitu banyak berkah. Lucas tidak pernah menunjukkan perasaannya terhadap anak yang dikandung Clara, mencoba tak melihat ke arah perutnya yang semakin membesar. Hal itu sedikit mengganggu Clara, tetapi ia yakin suatu hari nanti Lucas pasti mau menerima anaknya atau lebih tepatnya anak mereka. Dengan langkah yang sedikit susah karena perutnya yang semakin membesar, Clara menyusuri jejeran makanan dan sayur mayur yang berada di pusat perbelanjaan itu. Hari ini ia akan memasak untuk Lucas, sejak menikah dan menjadi istrinya bahkan mengandung anaknya, Clara belum pernah memasakkan apapun layaknya istri lain yang memasakkan untuk suaminya. Entah mengapa sejak hamil ini ia selalu melakukan apapun yang bisa dilakukan seorang istri, memakaikan baju Lucas, memakaikan sepatu bahkan dengan malu-malu meminta tangan Lucas agar dirinya bisa menyalami. Lelaki itu tidak menolak, hanya mengangkat alisnya sebelah tanpa berkomentar apapun. "Bisakah ... bisakah setelah kita b******a kau tidak pergi? mak-maksudku aku ingin ketika aku bangun kau berada di sebelahku." Itu yang dikatakannya pada Lucas saat mereka baru saja selesai b******a, lelaki itu mengerutkan dahinya tampak berpikir. "Banyak yang berubah darimu ketika hamil ini, ya." Menyusurkan rambutnya ke belakang, Lucas melanjutkan perkataannya dengan sombong. "Aku semakin yakin bahwa anak yang berada di kandunganmu itu perempuan, karena reaksi perempuan saat melihatku selalu sama, kagum dan manja. Sama sepertimu." Clara menatapnya tidak percaya, "Apa kau bilang? aku tidak mengagumimu aku hanya ... hanya ...." Lucas mengibaskan tangannya ke udara. "Tidak perlu menyangkalnya, aku tau pesonaku sulit dikalahkan dengan akal sehat." "Apa sekarang kau jadi besar kepala?" Clara memutar kedua bola matanya. Ia menggerakkan tubuhnya membelakangi Lucas. "Semakin hari kau semakin besar kepala," gerutunya dengan suara pelan. Meskipun Lucas tidak pernah menyebut anak yang berada di dalam kandungannya ini dengan sebutan 'anak kita' ataupun 'anakku' tetapi tidak mengapa, sudah lebih baik Lucas mengizinkannya hamil dan Clara berharap setelah melahirkan nanti Lucas mau menerima anaknya, ah tidak lebih tepatnya anak mereka. Clara tersenyum senang, kilasan seoranga anak kecil berlari-lari dihadapannya membuat sesuatu di dalam dirinya menghangat. "Selesai," ujarnya senang ketika bahan-bahan yang dibutuhkannya untuk memasak lengkap berada di atas keranjang. Ketika ingin mendorong barang-barang belanjaannya yang berada di atas keranjang, seseorang memanggilnya. Suara yang sangat dikenalnya, Clara memalingkan wajahnya lalu tersenyum lebar. "Andrew," katanya antusias. Andrew menghampirinya dengan senyuman. "Woah kau sudah hamil." Matanya berbinar menatap perut Clara yang membuncit. Clara tertawa senang, menjawabnya dengan anggukan. "Ah maaf hari itu aku menghilang tanpa mengabarimu." Andrew mengibaskan tangannya. "Tidak masalah aku tau malam itu Lucas menemuimu, seharusnya kau menurutiku pada malam itu untuk menginap di tempat yang kusediakan tapi yasudahlah. Apa sekarang kau menikah dengan Lucas dan anak yang berada di dalam kandungan itu anakmu dan Lucas?" "Iya." Clara menjawab sembari tangannya mengelus perutnya dengan sayang. "Tidak ingin kabur lagi?" Andrew tertawa kecil dan tawanya menular, membuat Clara turut tertawa. "Aku nyaman dengan kehidupanku yang sekarang, meskipun Lucas tidak pernah berbuat kasar lagi, tetapi itu semua sudah cukup bagiku. Aku hanya perlu bersabar untuk menunggu Lucas mengatakan cinta." Clara tertawa kecil di ujung kalimatnya. Andrew menyipitkan matanya. "Kau tidak merasa aneh pada Lucas? pernikahan kalian sudah berlangsung lama, bukan? apa kau tidak pernah berpikir bahwa dia mungkin saja mempunyai wanita lain diluar sana. Yah, aku tidak menuduh hanya ingin mengatakan padamu bahwa mungkin saja kau digunakan untuk menjadi alat keturunannya sementara dia bersenang-senang dengan wanita yang dicintainya." "Alat keturunan?" "Ya, kau digunakan sebagai wanita yang melahirkan keturunannya saja." Clara menggeleng. "Tidak mungkin, Lucas bahkan tidak menerima kehamilanku, maksudku dia tidak ingin aku hamil dan menyuruhku untuk menggugurkan bayi ini." Senyum sinis terukir di bibir Andrew, tetapi buru-buru pria itu menggantinya dengan senyuman ramah. "Jika seperti itu kemungkinan wanita yang dicintainya sudah mengandung anaknya dan jalan satu-satunya yang dimilikinya adalah menyuruhmu untuk menggugurkan kandunganmu." Andrew menjulurkan tangannya untuk meremas bahu Clara seolah menyemangati wanita itu. "Jangan terlalu percaya pada lelaki Clara, meskipun itu adalah suamimu sendiri. Terlebih Lucas tidak pernah mengatakan cintanya padamu dan yang lebih parahnya dia menyuruhmu untuk menggugurkan kandunganmu. Jika kau ingin membuktikannya kau bisa datang ke kantornya atau ...." Andrew mendekat lalu berbisik, "... aku yang akan memberikan fotonya dengan wanita lain padamu." Clara menegang, kesadaran dalam dirinya seolah menamparnya kuat-kuat. Ia sama sekali tidak pernah memikirkan hal itu, memikirkan bahwa mungkin saja Lucas kembali mengejar mantan yang masih dicintainya, lalu setelah mendapatkan Shella kembali Lucas membuangnya. Seketika tubuhnya melemah, Clara hampir terjatuh konyol di lantai pusat perbelanjaan itu jika tidak ada tangan Andrew yang memegang bahunya. "Kau tidak apa-apa?" tanya Andrew dengan suara cemas, suaranya terdengar cemas tetapi bibirnya mengukir senyum sinis yang tidak disadari oleh Clara. Clara menggeleng lalu tertawa kecil. "Ma-maaf aku hanya terlalu kaget dan tidak berpikiran seperti itu. Ka-kau benar mungkin aku perlu ke kantornya untuk mengecek, tapi ...." Tapi bagaimana jika yang dikatakan Andrew benar dan ternyata Lucas memang menggunakannya sebagai alat penghasil keturunan? Ia terlalu takut mengetahui kebenarannya atau lebih tepatnya tidak ingin mempercayai jika hal itu memang benar karena rasa yang berada di hatinya saat ini mulai tumbuh semakin kuat dan mengikat. Bahunya kembali diremas dengan lembut, Clara mendongak melihat Andrew yang menghela napas perlahan seolah lelaki itu turut prihatin dengan rasa yang dialaminya. "Jika kau tidak punya teman ataupun tempat untuk menginap, aku selalu ada, Clara." Andrew merogoh saku bajunya lalu mengeluarkan kartu namanya. "Kau bisa menghubungiku, aku akan datang menolongmu." Clara mengambilnya, menatap Andrew dengan pandangan haru. "Terima kasih, aku bersyukur bisa mengenalmu." "Tidak masalah, Clara. Aku senang bisa membantumu, aku hanya berpikir sangat disayangkan wanita cantik dan baik sepertimu disia-siakan maka dari itu aku ingin kau hidup bahagia. Bebas melangkah dan menyukai orang yang tepat." Andrew mengecek arlojinya. "Aku harus pergi." "Ah iya aku juga ingin pulang, sekali lagi terima kasih Andrew." Clara menatap belanjaannya, sepertinya setelah memasak ia akan ke kantor Lucas untuk memastikannya. Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD