chapter 4

1030 Words
Pukul sepuluh malam Adara dan Daniela sampai di rumah. Adara sudah merasa rumah Daniela seperti rumahnya sendiri. Karena sejak SMP dia memang sering menginap di sini. Apalagi orang tua Daniela yang sering pergi, membuat mereka menjadi sangat leluasa. Rumah Daniela sangat besar dan memiliki halaman belakang yang indah. Sekaligus kolam renang pribadi. Dan saat umur lima belas tahun, Daniela pernah mengambil wine kedua orang tuanya dan mereka mencoba alkohol untuk pertama kalinya. Dan saat itu mereka pun berjanji untuk tidak lagi meminumnya, tapi semua berbeda saat Daniela berulang tahun ke tujuh belas tahun. Dia membuat pesta di bar dan itu pertama kalinya mereka mabuk. Dan itu untuk pertama kalinya Adara dan Daniela mabuk parah. Memasuki kamar Daniela, tiba-tiba ponsel yang berada di dalam tas Adara berdering dengan kencang. Dia pun membuka tas dan mengeluarkan ponselnya. Saat melihat nama mama berada di layar ponselnya, Adara pun langsung mengangkatnya. “Kamu dimana? Kenapa belum pulang?” tanya mama. “Aku ada tugas kelompok sama Daniela,” balas Adara , itu alasan yang selalu dia buat setiap kali menginap di rumah Adara. Walau mama mengomel panjang lebar, tapi Adara tidak pernah mempedulikannya. “Kenapa harus nginep, adik kamu aja gak pernah nginep-nginep kalo kerja kelompok,” kata mama. “Ya kan, Debby anaknya mama. Kalau aku kan cuma pajangan,” balas Adara. Dia pun langsung mematikan ponselnya agar tidak mendengar ocehan mama lagi. Kepalanya sudah benar-benar sakit karena kehamilannya. Dan dia tidak ingin menambahnya dengan mendengarkan ocehan mama. Adara pun langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Dan saat Adara berbalik, dia melihat foto Daniela dengan kedua orangnya. Sahabatnya itu adalah anak semata wayang, tapi yang Adara tahu dia memiliki dua orang saudara sepupu. Kedua orangtua Adara tidak pernah mengekangnya dan memberikannya kebebasan. Mungkin, karena mereka juga terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Tapi keluarga besar Daniela sering mengadakan kumpul keluarga, paling tidak sebulan sekali di rumah kakek atau pun villa. Daniela sering mengajak Adara untuk berkumpul dengan keluarga besarnya. Dan menurutnya semuanya keluarganya sangat ramah. Tak berapa lama Daniela keluar dari kamar mandi dengan memakai kaos tangan buntung dengan celana pendek. Dia berjalan ke meja rias, menyisir rambutnya. Dan dari kaca Adara melihat Daniela menatapnya. Adara pun mengikutinya, mengambil beberapa skincare miliknya dan mengoleskannya ke wajah. ” Jadi, ada apa?” tanya Daniela dengan tiba-tiba. Adara masih terdiam seakan berpikir sejenak. Daniela masih memandangnya dari kaca, seakan menunggu untuk mendengar cerita apa pun dari sahabatnya. Adara pun menghela napas pelan, dia tidak bercerita apa pun melainkan berjalan ke gantungan tas, lalu mengambil sesuatu di dalamnya. Dia mengeluarkan tempat pensil dan mengambil sesuatu di dalamnya. Adara pun membawa benda itu kehadapan Daniela. Dan seperti yang Adara bayangkan, Daniela terlihat terkejut saat Sahabatnya itu memberikan testpack. Sahabatnya itu langsung menutup mulutnya untuk menahan keterkejutannya. Keduanya saling bertatapan dan Daniela pun berucap masih dengan ketidak percayaan,“ Lo... kok bisa? Lo kan gak pernah tidur sama siapa pun?!” Daniela terlihat tidak percaya. “Waktu ulang tahun lo. Gue mabuk berat,” ucap Adara. Adara berpindah ke kasur dan Daniela pun mengikutinya. Sampai detik ini Adara masih tidak tahu apa yang ia rasakan. Dia tidak merasa bahagia, marah, bahkan dia tidak bisa menangis. “Siapa?” Daniela menanyakan hal yang tidak Adara ketahui. “Gue gak tau. Gue mabuk berat dan saat gue bangun gak ada siapa pun selain gue di kamar,” jawab Adara. Adara merasa sangat konyol dan bodoh saat mengatakan itu pada Daniela. Daniela mendengus pelan, tanpa berkata apapun dia memeluk sahabatnya. Daniela pun bertanya,”Lo mau aborsi?” Adara melerai pelukannya, menatap Daniela sesaat lalu menunduk dan menggelengkan kepala. “Gue gak berani La. Gue takut,” jawab Adara. “Gue bakal minta bantuan sama tante Tanya, dia pasti bisa bantuin lo. Oke?” balas Daniela, meyakinkan Adara yang masih sangat takut. Perlahan dia pun menganggukkan kepalanya dan berharap tidak akan ada masalah nantinya. Daniela pun langsung menghubungi tante Tanya dan meminta bantuannya. Tante Tanya tidak mengiyakan, tapi dia menyuruh Daniela dan Adara datang ke rumah sakit. Dan Daniela pun menyuruh Adara untuk tidur agar besok berjalan lancar. Tapi tidak mudah untuk Adara memejamkan matanya. Ada banyak hal yang dipikirkan. Dia pernah melihat proses aborsi dari internet dan itu sangat membuatnya khawatir. Tapi dia juga tidak sanggup jika harus merawat bayi itu sendiri. Dan dia juga harus mengatakan kehamilannya pada kedua orangtuanya. Yang pasti akan membuat keributan. Adara mencoba menarik napas dan menghelanya berulang kali. Dia berharap itu bisa menenangkan pikirannya dan membuatnya tertidur. Perlahan matanya pun terpejam dan ia pun tertidur. **** Keesokan paginya Adara dan Daniela bersiap untuk pergi ke rumah sakit. sesampainya di rumah sakit proses pengguguran itu pun berjalan. Adara merasa sangat tegang. Seusai proses pengguguran, Adara berjalan tertatih dan ia melihat bayi yang sudah berlumuran darah. Bayi itu sangat kecil dan tidak berdaya. Seluruh tubuhnya memerah berlumuran dengan darah. Dan saat Adara sadari, ada pisau yang menusuk tepat di jantung bayi itu. Adara pun ketakutan dan dia menjauh darinya. Tangannya pun merah penuh darah, seakan dialah membunuh bayi itu. Adara menangis dengan sangat kencang. Dia merasa sangat menyesal. Dia seakan merasa kalau dirinya adalah pembunuh. “Dara bangun...” Daniela mengguncang tubuh Adara. Dia terus menangis dalam mimpinya. Beberapa kali Daniela mengguncang tubuh Adara, hingga akhirnya ia terbangun. Tubuhnya bermandikan keringat dan matanya basah karena airmata. Daniela mengambilkan air putih untuk Adara dan memberikannya. “Lo baik-baik aja?” tanya Daniela. Adara tidak menjawab pertanyaan sahabatnya itu. Dia masih terlihat ketakutan dengan mimpi yang ia alami. Daniela tidak bertanya apa pun lagi, dia hanya menggosok bahu Adara untuk menenangkannya. Daniela ingin bertanya tentang mimpi yang menghantui sahabatnya, tapi saat melihat wajah ketakutan Adara, Daniela pun mengurungkan niatnya. Daniela pun menyuruh Adara untuk kembali tidur. Namun, ia tidak bisa tidur karena mimpi tadi. Dia takut mimpi itu akan kembali datang. Mimpi itu sangat nyata untuknya. Seakan bayi dalam kandungannya yang datang. Dan memintanya untuk tidak membunuhnya. Adara menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Dan lagi-lagi ia menangis. Betapa pengecutnya ia, dialah yang berdosa dengan semua ini. Tapi dia menghukum bayi yang tidak berdosa dan berniat untuk membunuhnya. Betapa piciknya ia. Adara menghabiskan waktunya dengan menangis dan menyesali kebodohannya. Hingga matahari pun terbangun dan Adara tidak tidur sama sekali. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD