chapter 3

1096 Words
Adara tidak bisa fokus dengan pelajaran sama sekali. Sepertinya saati ini otaknya sedang tidak pada tempatnya. Pikirannya entah kemana, terkadang juga setiap kali temannya berbicara dia juga seperti tidak menanggapinya dengan baik. Pembicaraan dengan Aron pun tidak membuatnya menghilangkan pikiran tentang bayinya. Malah membuatnya semakin kacau dan takut. Dia takut Aron mengetahui kehamilannya dan menjauhinya. Padahal dia sudah sangat lama menginginkan cowok ini. Jam pertama sudah berakhir, Adara menghela napas lega dan merapikan semua buku-bukunya.             “Dar, mau ke kantin bareng?” tanya Aron. Adara hanya tersenyum dan menggelengkann kepala.             “Gue bareng sama temen-temen gue,” jawab Adara. Dia pun langsung berjalan mendekati Daniela dan memegang bahu sahabatnya itu. Dia sebenarnya senang banget Aron mengajaknya makan bersama. Tapi perutnya terasa tidak enak dan kepalanya terasa berputar. Adara takut dia akan muntah di depan Aron. Dan itu pasti akan menjadi sangat aneh untuk mereka. Dia pun berjalan keluar dan bersama Daniela dan memesan makanan yang sekiranya bisa dia makan.   Adara sering mendengar setiap perempuan akan memiliki hormon yang berbeda-beda saat hamil. Dan yang dia rasakan adalah mual, pusing dan tidak punya selera makan. Adara mencoba untuk memesan bakso kantin yang menurutnya sangat enak dan juga orange juice. Berharap sedikit membantu rasa mualnya.             “Lo kenapa tadi ngehindar dari Aron? Dia tuh jarang-jarang ngedeketin cewek segamblang itu,” oceh Tasya.             “Gue gak ngehindar. Emang lagi gak mood aja,” balas Adara.             “Lo gak mood dideketin cowok?” tanya Daniela, dia pun tertawa dan kembali berkata,” kayaknya sebentar lagi kiamat.” Adara hanya mengerlingkan matanya dan meminum orange juice miliknya. Tidak berapa lama pesanan mereka pun datang. Adara memakaikan sambal ke dalam mangkuk bakso dan juga saos. Mengaduknya dengan perlahan, lalu ia pun memakan baksonya. Namun, baru satu suapan Adara merasa perutnya seperti menolak bakso itu. Beruntung ia bisa menahan agar tidak memuntahkannya di kantin yang sedang sangat ramai.             “Kenapa lo?” tanya Daniela. Adara menggelengkan kepalanya dan meminum orange juice. Ini benar-benar kacau dan membuatnya gila. Sungguh hamil itu benar-benar tidak mudah. Bagaimana dia bisa menjalankan rutinitasnya jika seperti ini terus. Adara hanya menghela napas perlahan dan memijat kepalanya. Tanpa Adara sadari, Daniela memperhatikannya yang terlihat diam dan termenung. Dia ingin bertanya, tapi akan sangat percuma. Karena Adara tidak akan langsung menjawab apa yang ada dipikirannya. Lebih baik dia menunggu sampai sahabatnya sendiri yang menceritakan perasaannya.   ****     Pagi ini Adara di sambut dengan mual yang sangat parah. Dia benar-benar tidak bernapsu makan dan yang bisa dia makan hanya telur rebus dan juice. Itu pun di bawah jam sepuluh. Dan ini sudah berlangsung hampir dua minggu dari hari dia mengetahui kehamilannya. Adara belum mengetahui keadaan janinnya, karena ia tidak berani untuk pergi ke dokter kandungan. Dia juga sudah memutuskan untuk tidak menggugurkan bayinya. Rasanya sangat jahat jika dia membunuh janin di dalam kandungannya. Karena dia tidak bersalah sama sekali. Dan sebagai gantinya Adara hanya bisa melihat artiker tentang kehamilan dari internet. Ada banyak hal seperti makanan yang tidak boleh di konsumsi, cara mengatasi mual saat hamil, walau tidak bekerja dengan baik. Dan juga pantangan ibu hamil. Dan perkiraan Adara, bayinya sudah hampir satu bulan. Tapi dia tidak bisa memastikannya. Sepertinya dia harus secepatnya mencari dokter kandungan, tanpa sepengetahuan papa dan mama.             “Maag kamu kambuh lagi? Sudah berapa kali mama bilang, jangan diet-diet lagi. Setiap hari kamu cuma makan telur rebus dan juice. Kamu sudah kurus dan semakin kurus. Lihat badan kamu sama adik kamu, Debby lebih terlihat berisi ketimbang kamu,” ucapan mama membuat Adara semakin muak. Kenapa harus selalu membandingkannya dengan adiknya.             “Badan-badan aku, terserah akulah,” jawab Adara. Dia meminum juice jeruknya dan menghabiskan telur rebus terakhirnya. Adara pun mengambil tasnya dan beranjak dari kursinya.             “Kamu tuh ya, kalau mama kasih tahu pasti kayak gitu,” balas mama.             “Kenapa? Banggain aja terus dia. Biar makin gede kepalanya,” saut Adara yang langsung meninggalkan rumah. Adara pun dengan sengaja mengambil satu piala Debby dan membantingnya dengan keras. Membuat piala itu berhamburan. Saat Adara keluar pagar, dia mendengar ocehan mama yang sudah tidak terdengar olehnya.   *****   Kejadian tadi di rumah membuat mood Adara menjadi semakin buruk. Belum lagi mual yang tidak bisa dia tahan. Kepalanya sudah seperti dipukul dengan sepuluh palu secara bersamaan. Rasanya sebentar lagi kepalanya akan pecah. Adara mencoba meminum teh hangat yang ia pesan di kantin dan menaruhnya di botol. Agar memudahkan jika dia harus tiba-tiba pergi.   Kantin kampus adalah tempat paling dekat untuk mereka bersantai sebelum masuk ke kelas berikutnya. Jika bisa memilih, Adara ingin sekali tidur sepanjang hari dan meninggalkan kampus. Tubuhnya terasa tidak memiliki tenaga dan kepalanya yang seperti berputar. Tapi memilih tidur di rumah tidak akan membuat sakit kepalanya menghilang. Dia akan semakin merasa pusing dengan ucapan mama. Di kantin pun dia hanya meletakkan kepalanya di atas meja. Sedikit menghilangkan beban di kepalanya.   Daniela memperhatikan Adara yang sangat berubah beberapa hari ini. Dia tidak bersemangat seperti biasanya. Memiliki masalah yang tidak bisa ia katakan pada siapa pun. Berteman dengan Adara sejak SMP, membuat Daniela sangat mengenal sahabatnya itu. Dan karena itu Daniela sangat tahu jika dia memiliki masalah. Adara sudah menunggu sampai dua minggu, tapi temannya itu tetap bungkam dan menyimpan masalahnya sendiri. Jika itu karena Debby adiknya, pasti dia akan bercerita panjang lebar. Tapi diamnya Adara kali ini, membuat Daniela yakin ada yang disembunyikan Adara. Tapi sepertinya dia tidak bisa lagi untuk diam sekarang, karena dia mengkhawatirkan Adara yang terlihat pucat dan tidak makan apa pun sepanjang hari. Setiap kali memesan makanan, dia hanya meminta dua telur rebus dan jus buah.             “Dar,” lamunan Adara pecah saat Daniela menepuk bahunya. ” Lo kenapa sih? Kayak ada yang lagi dipikirin?” Adara sudah ingin bercerita, tapi dia melihat Tasya dan Cila yang baru datang dan bergabung dengan mereka. Adara pun mengelak untuk bercerita. Kedua teman mereka itu sedang menceritakan persiapan liburan akhir semester ini. Dan Adara seakan tidak mempedulikan pembicaraan mereka. Dia terlalu sibuk dengan lamunannya dan satu gelas orange juice yang belakangan ini menjadi kegemarannya. Padahal dari dulu dia sangat tidak suka dengan orange juice. Adara selalu mengeluh rasa asam. Tapi dia terlihat santai menghabiskan satu gelas orange juice belakangan ini. “Gak apa-apa, cuma pusing aja kepala gue,” jawab Adara. Daniela memperhatikan Adara dan dia yakin kalau temannya itu sedang tidak baik-baik saja. Dia pun mendekati Adara dan berbisik,” malam ini lo harus nginep rumah gue.” Adara pun menarik napas dan menghelanya. Adara tahu dia membutuhkan seseorang untuk membantunya. Dia butuh bantuan untuk menghadapi masalahnya saat ini. Tapi ada khawatiran yang ia rasakan. Apa yang akan dikatakan Daniela nanti, setelah ia tahu tentang kehamilan Adara.   ****  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD