Informasi Lebih

1258 Words
Tisya dan Andin berjalan bersama dan kembali pergi meninggalkan ruangan Bu Rere. Dengan perasaan yang berat, dan kabar yang tak mengenakan telinga, langkah kaki Tisya melemah. Mereka tak menyangka karena di sekitar ruang pendidikan, tempat mereka belajar, terdapat satu hal yang begitu menjijikan. Iya, soal kekerasan seksual yang benar-benar mereka lihat langsung buktinya dari Bu Rere. "Eh, Din ... Aku gak nyangka banget sih ternyata ada ya manusia sekeji itu di kampus ini. Bisa-bisanya dosen itu mencari kesempatan dalam kesempitan, padahalkan ini tempatnya menuntut ilmu, bukan seenaknya ikutin napsu belaka," Terang Tisya karena di lubuk hatinya, begitu gemas mengetahui kabar tersebut. Andin berdecak, "Iya, aku juga gak habis pikir sih, dosen yang harusnya jadi tameng dan pelindung mahasiswanya di kampus, malah melakukan hal yang gak baik, dan itu menyakitkan loh. Mental korban serasa dikoyak-koyak," Ujar Andin. "Kamu perhatiin gak sih raut wajah dari Bu Rere selama memperlihatkan bukti dalam buku catatan hitam itu? Wajah Bu Rere itu kayak marah, kecewa, sedih, dan campur aduk banget Din ..." Ungkap Tisya yang memperhatikan betul wajah Bu Rere dari awal masuk hingga keluar ruangan. "Iya, rasa sakit korban yang mengalami hal itu, bikin Bu Rere makin sedih kali ya. Tis ... Ayo kita sama-sama bantu menuntaskan semua ini. Kita ini masih muda, pembela kebenaran, dan jangan sampai lebih banyak korban yang menjadi sasaran dosen aneh itu," Tutur Andin dengan segala kesungguhannya. Tisya menepuk bahu Andin seraya tersenyum, "Pasti, dong Din. Aku kan sudah bilang akan melakukan hal baik untuk dunia yang lebih baik. Ya walaupun aku tidak bisa merubah hal itu secara menyeluruh, yang penting aku bisa sedikit-demi sedikit menyelamatkannya," Kata Tisya. Andin menghentikan jalannya, menatap Tisya yang sedari tadi berbicara serius padanya, tanpa melihat ponsel atau video dari BTS sekalipun, "Hahaha, aku baru pertama kali loh lihat kamu begini, berbicara begitu bijaknya dan tanpa heboh sama idola Korea mu itu," Tukas Andin dengan menampakan wajah yang tidak menyangka. Tisya terkekeh, "Kan aku sudah bilang di awal, kalau aku mau membantu menyelesaikan kasus ini biarpun jam nonton drama Korea dan BTSku akan berkurang," Ujar Tisya mengulang pernyataannya ketika di diskusi, dan ia merasa itulah hal yang sangat membanggakan karena bisa mengurangi jam bucinnya bersama artis idolanya. "Iya sih, bangga banget sama kamu!" Saking kesenangannya, Andin sampai-sampai memeluk Tisya. Tisya yang di awal perkenalannya adalah anak kecil yang manja, feminim, dan tak terlepas dari dunia perkipopannya, kini mulai berubah menjadi perempuan yang lebih bijak dan berani mengambil resiko. Tak lama kemudian, seorang laki-laki tinggi berkulit sawo matang, yang paling terkenal di penjuru kampus itu berdeham di belakang Andin dan Tisya yang sedang berpelukan. "Ehem," Ujar laki-laki tersebut. Sontak saja Andin dan Tisya segera melepaskan pelukan mereka. Ya keles peluk-peluk lama, ntar dipikiran orang-orang ada sesuatu yang aneh lagi. "Kak Rezvan?" Kata Andin. "Halo, Din. Lama gak kelihatan nih. Kayaknya kamu lagi banyak kerjaan ya di organisasimu," Rezvan pun berjalan lebih dekat ke Andin. Andin tersenyum, "Ya bukannya banyak sih, cuman sedang ada misi yang lagi diberikan oleh pembimbing baru aku. Dan misi itu cukup berat," Terang Andin. "Mau pun misi itu cukup berat atau mudah, kamu bisa menyelesaikannya semua dengan baik kok. Aku sangat percaya hal itu," Ungkap Rezvan yang selalu saja dan di mana saja akan memuji Andin. "Terima kasih banyak Kak Rezvan, semoga kabar baik untuk kita semua," Ujar Andin. "Oh iya, Kak Rezvan kok tumben ada di sini? Ada kepentingan apa, Kak? Biasanya juga kalau Kak Rezvan lagi sibuk kuliah atau organisasi, tempatnya kan di gedung sebelah," Tanya Andin. "Hmm ... Hehehe sebenarnya aku ada keperluan ke sini sih. Cuman ..." Rezvan terbata-bata menjawab keperluannya di gedung ini. Sementara itu Tisya merasa kalau Rezvan keberatan berbicara sebenarnya. Jadi, Tisya memutuskan untuk menggeser langkahnya ke tempat yang agak menjauhi Andin dan Rezvan. "Silakan ngobrol-ngobrol lagi, Kak, Din. Aku mau lihat-lihat pemandangan dulu di sana, bagus banget kalau dari gedung ini," Seru Tisya yang mempunyai firasat kalau Rezvan adalah orang yang gak enakan jika ada orang ketiga. Dan ternyata memang benar, tampak Rezvan membalikan tubuhnya membelakangi Tisya untuk berbicara dengan Andin. "Din ... Sebenarnya aku tahu apa yang sedang kamu, anggota persmu dan pembimbing barumu kerjakan. Aku paham detail bagaimana kejadian itu, aku bisa menjadi saksi atau kalau kamu mau, kapan saja kami butuh aku untuk membantu menyelesaikan kasus itu, aku selalu siap kok," Tukas Rezvan secara tiba-tiba yang membuat Andin mengerutkan dahinya. "Jadi selama ini? Kak Rezvan tau siapa pelakunya?" Tanya Andin lebih to the point lagi. Rezvan mengangguk pelan. "Iya, aku tahu semuanya," Kabar dari Rezvan. "Tapi aku gak mau membeberkan semuanya di sini, karena aku gak mau banyak orang lain tahu untuk sementara waktu. Kita bisa obrolin lebih lanjut di sebuah tempat kalau kamu ada waktu," Timpal Rezvan. "Oke, Kak," Andin mangut-mangut tak menyangka kalau kasus itu sudah terdengar di telinga Rezvan, di mana ia adalah seorang ketua bem kampus. Itu artinya, kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh dosen X itu adalah sebuah gosip yang memang benar adanya. Nah, Andin dan Rezvan harus bekerja sama nih agar kasus itu segera terselesaikan! "Ya udah aku balik ke kelas dulu ya. Ada ujian akhir semester nih. Nanti kamu bisa telepon aku kalau butuh," Kata Rezvan dan meninggalkan Andin dengan tergesa-gesa. Ketika Rezvan sudah menjauh dari Andin dan Tisya, Tisya pun ngacir sambil memperhatikan sekitar apakah Rezvan sudah benar-benar pergi atau tidak. "Eh eh Din, ada kabar apa? Kayaknya kalian berdua tadi serius banget deh. Spill dong kalau aku boleh tahu," Pinta Tisya yang sekarang sudah menjelma menjadi manusia kepo. "Ternyata kasus pelecehan yang dilakukan sama dosen X itu sudah diketahui oleh Kak Rezvan. Bahkan Kak Rezvan tahu jelas bagaimana kejadiannya," Jelas Andin. Tisya pun terkejut hingga mulutnya setengah terbuka. Kedua matanya pun ikut terbelalak, "Serius kamu?! Berarti berita heboh ini bukan masalah yang tersembunyi lagi dong, buktinya Kak Rezvan udah tahu semuanya dan lebih dulu tahu dibandingkan kira, kan? Wah kita benar-benar ketinggalan informasi nih Din. Kita harus menggali lebih dalam lagi bukti kuatnya, kalau bisa ajak Kak Rezvan untuk membongkar kasus ini," Kata Tisya dengan hebohnya. Andin pun baru pertama kali juga melihat Tisya yang begitu "niatnya" mau menyelesaikan misi organisasinya. "Iya, aku pun bakal minta bantuan dari Kak Rezvan untuk mendapatkan informasi lebih. Dan Kak Rezvan gak keberatan kok, dia bilang selalu siap sedia kalau mau minta bantuannya," Kata Andin yang mengulang ucapan Rezvan barusan. Tisya menjentikan jarinya, "Nah! Satu pintu kebenaran sudah terbuka lebar untuk kita Din. Dan ini menjadi langkah awal yang manis, aku harap kita semua berjalan lancar, aman, dan sentosa. Dan pastinya korban-korban atas perlakuan keji yang dilakukan dosen X itu bisa mendapatkan keadilan dan haknya sebagai korban." "Betul, dan satu lagi, semoga pelaku bisa mendapatkan hukuman yang setimpal, dan bisa jera atas perbuatan yang dilakukannya," Tambah Andin. Kedua sahabat itu bertekad kuat untuk mencari segala bentuk informasi yang berkaitan dengan kasus yang beredar. Lagi enak-enaknya bertekad, Tiba-tiba datanglah seorang jamet (Jawa metal) yang sangat dikenal Andin dan Tisya karena bajunya yang selalu bermotif bunga-bunga bermekaran di taman. "Ada Prabu Din, ayo kita kabur aja!" Ajak Tisya seraya menepuk-nepuk pundak Andin. Tisya udah paling males bertemu Prabu, bawaannya ngegodain Andin terus. Ihiy, Tisya cemburu apa gimana nih? Tanpa perlu menunggu waktu lama, Andin mengiyakan ajakan Tisya tersebut. "Ayo cepetan!" Kasihan banget si Prabu, udah capek-capek ngejar dan mencari Andin, eh malah kabur. Padahalkan niat Prabu gak macam-macam, hanya mau bertemu dan berbicara sebentar saja. Kalau kayak gini nih si Prabu bakal jadi sad boy. "Bunga mekar seperti baju yang aku pakai, kini telah layu dan rusak dihantam ombak laut dan manusia-manusia berdosa," Ujar Prabu yang sempat-sempatnya ber-quotes ria karena sadar Andin kabur dari pandangannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD