3# Pipi Tupai VS Jambul Onta

1498 Words
 3. Si Pipi Tupai VS Si Jambul Onta Rintik hujan yang membasahi bumi seakan menjadi pemandangan yang menarik untuk Prilly. Gadis itu membuka jendela kamar kost-nya lebar-lebar untuk makan setiap embusan angin dan cipratan dari air yang jatuh. Prilly sedang merasa bosan sekali hari ini, bukan tanpa sebab. Tapi sahabat mundur Ali Cendekia atau yang biasa dia panggil si Jambul Onta sudah tiga hari ini pergi ke luar kota. Prilly merasa sepih sehari-hari saja tanpa Ali rasanya ada yang kurang. Gadis cantik mulai berbicara dengan pria bahasa Arab di sebelahnya. Ali dan pergi ke Padang dari kemarin karena ada acara keluarga di sana. Mama Ali memang asli dari kota yang terkenal dengan jam gadangnya itu, asli asli Minang tapi sudah Ali dinilai mamanya sekeluarga sudah menetap di Jakarta sejak kecil. Prilly masih betah menghitung rintik hujan di tepi jendela kamarnya saat Dira masuk membawa dua cangkir berisi cokelat panas, "Betah banget sih ngitungin ngomong dari tadi," sindir Dira mengangsurkan cangkir berisi coklat panas pada Prilly. "Gue bete Ra!" sahut Prilly menghirup pelan-pelan coklat panasnya. "Bete kenapa lagi sih? Jangan bilang karena Ali lagi pergi," cerca Dira tepat sasaran. Prilly tak menjawab tapi hanya memutar bola mata jengah mendengar perkataan Dira. "Prill, lo sama Ali itu gimana sih?" cerca Dira lagi yang sekarang mengambil tempat duduk di sebelah Prilly. "Gimana apanya?" Prilly mengeryitkan keningnya bingung mendengar pertanyaan dari sahabatnya itu. Prilly beranjak dari duduknya dan membanting badannya ke atas tempat tidur. Rasanya tanpa Ali ia jadi makin malas ngapa-ngapain. "Iya maksud gue, lo sama Ali ada hubungan apa gitu?" Prilly langsung bangun terduduk mendengar pertanyaan kedua dari Indira. Hubungan? Apa maksudnya. Gumam Prilly. "Hubungan yang gimana maksud lo Ra?" "Ya, lo sama Ali, apa iya cuma murni sahabatan doang," telisik Dira kepo sekali terlihat. "Apaan sih lo Ra! Yang nggak-nggak aja, mana ada gue ada rasa sama si jambul onta. Gue sama dia itu udah kayak sodara, nggak lebih ya! Lagian onta jambul juga bukan tipe cowo gue," terang Prilly dengan nada meletup- letup pada Dira. Sementara Indira menoleh Prilly tak percaya dengan jawaban gadis itu. 'Mana ada cowo sama cewe murni sahabatan, yang ada cinta bertepuk sebelah tangan, atau kalau nggak, sama-sama cinta tapi tak mau mengakuinya.' Pikirkan Indira dalam hati. "Kenapa lo ngelihatin gue gitu banget!" tegur Prilly tampak aneh pada Dira yang masih memperhatikannya. Indira beralih ke tempat tidur Prilly dan ikut berbaring di sana. "Prill, lo yakin kalau si Ali itu bukan tipe lo?" "Yakin! Emang kenapa sih? Kog jadi rempong banget lo Ra!" "Ya nggak! Soalnya gue baca ini dekat kamu, lo kelihatan nyaman pake banget sama si Ali." selidik Indira pada sahabatnya itu. "Apaan lagi si Ra! Nggak usah heran gitu deh, iya kayak gue sama lo aja gimana? Ya kayak gitu juga yang gue rasain ke Ali." elak Prilly kekeh. "Iya iya, yaudah deh terserah lo, gue mau cabut dulu." "Mau kemana lo Ra?" "Biasa jalan sama Aryo," Dira beranjak bangun dan akan meninggalkan kamar Prilly. "Oh iya lo ati-ati lo Prill," ucap Dira sebelum pergi mendadak membuat Prilly merinding dan menatapnya bingung. "Ati-ati? Apaan lagi si Ra? Jangan nakut-nakutin deh, udah tahu gue ini penakut orangnya." Sahut Prilly dengan wajah yang mendadak bingung seperti orang kesulitan. "Ati-ati kemakan omongan sendiri, trus lo jatuh cinta benaran deh sama si jambul ontanya lo itu," Dira melesat cepat keluar dari kamar Prlly dengan tawa yang menggema dan merasa puas karena berhasil menjahili Prilly. "Indiraaaaaaaa !!, awas lo ya." Teriak Prilly melempar satu gulingnya tapi hanya membuka pintu karena Dira sudah terbang lebih cepat dari kamarnya. >> 'Masa iya sih gue bisa suka beneran sama jambul onta? Iiih..Dira resek ada-ada aja sih. Bikin gue makin kepikiran aja sama Ali. ' Gumam Prilly sendiri sepeninggal Indira. "Aliiiii..lo kapan saja baliki siiih! Gue kangen tau, pengen bully jambul ontanya lo." oceh Prilly sendiri jadi teringat pada Ali yang jauh di sana. "Makan mulu sih? Nggak takut tambah melembung itu pipinya?" Prilly jadi teringat kemarin saat ia sedang kesal dan meminta traktir pada Ali ternyata lelaki itu menuruti semua apa yang Prilly inginkan. Mulai dari makan bubur ayam di pinggir taman, terus lanjut nyari tahu gejrot sampai muter-muter beberapa kali ketemu penjual tahu gejrot yang mangkal siang itu. Ditambah lagi setelahnya Prilly masih ingin lanjut makan pisang bakar keju. Ali saja yang menemani dan melihat Prilly makan sudah ikut kenyang sendiri. "Emang kenapa kalau gue gemuk? Terus lo malu gitu temenan sama gue?" sahut Prilly langsung saat itu dengan mulut yang penuh dengan makanan. "Kalau lagi makan diem dulu jangan bersuara," seperti biasa jika melihat Prilly yang mulutnya penuh dengan makanan tapi masih saja berbicara, Ali pasti akan langsung mengeluarkan fatwa hadistnya. "Kan lo yang ngajakin ngomong duluan, gimana sih!" "Yaudh diem dulu, abisin makanannya dulu, pipi tupai!" Prilly meraba pipinya sendiri saat teringat kata-kata Ali yang memanggilnya dengan sebutan si pipi tupai itu. Jika Anda suka chubbynya itu pipi Prilly, terus suka tiba-tiba berubah warnah jadi merah kematengan jika lagi blusing atau malu, lucu sekali suka binatang tupai. Makanya Ali menjulukinya si pipi tupai. Aiih..Prilly jadi senyum-senyum sendiri jika ingat becandanya sama Ali, pasti akan berujung pada adu argumen si pipi tupai vs jambul onta, tapi pasti berakhir dengan kemenangan Prilly karena Ali pasti akan mengalah jika Prilly sudah meminta jurus pura-pura ngambeknya. "Jambul ontaaaa! Lo tau nggak sih, pipi tupai di sini kangen sama lo!" gerutu Prilly sendiri. "Tiiing!" Prilly menyahut handphone nya di atas nakas saat ada bunyi notif pesan masuk. Seketika bibirnya menyungging senyum membaca siapa yang mengiriminya pesan. Baru saja tadi Prilly ingin mengambil smarphone-nya dan berniat ingin menghubungi Ali. Tapi rupanya Ali duluan yang mengiriminya pesan di salah satu aplikasi chat. Jambul ONTA: Assalamuallaikum pipi tupai apakabar? Lagi apa kamu? Saya: Iiiih..jambul ontaaaaaaaaa !! Kemana aja sih! Masak ngilang dari kemarin gaada kabar. Sengaja lo ya? Prilly membalas dengan cepat mengobrol Ali yang masuk. Jambul ONTA: Kog salamnya nggak dijawab sih? Dari kemarin apanya? Tadi malam kan masih telponan. Saya: Iyaaa! Tapi kan setelah itu lo ngilang Li, gaada obrolan selain telpon. Emang kemana aja sih lo? Kapan balik? Jambul ONTA: Kenapa ? Kangen ya? Saya: Idiiih Ge-eR !! Siapa juga yang kangen sama lo! Jambul ONTA: Oh, yaudah kalau gitu bagus deh. Aku masih duaminggu lagi disni. Cuma mau ngasih tau itu sih. Saya: Aliiiiiiiiiiiiiiiiiiiii !!!! Jambul ONTA ngeseliiiiiiin! Prilly mendengus kesal membaca chatnya dengan Ali. Sudah tidak ada kabarnya dari semalem, eh tau-tau sekarang ngabarin kalau ada masih duaminggu lagi. Kan ngeselin gitu. Gumam Prilly sendiri. ' Drrrttt' Baru didiamkan muncul tidak dibalas sekarang Ali yang menelponnya. 'Angkat nggak ya? Tapi gue kesel sama jambul onta. Sampai sekarang, tapi ini tadi dinilai lagi mau ada duaminggu. ' Prilly membatin dalam hati. Setelah menimbang-nimbang akhirnya Prilly memutuskan mengangkat telpon dari sahabat itu. "Iya hallo !!" jawab Prilly dengan nada ketusnya. "Assalamuallaikum, kog marah sih? Jangan marah dong Prill," ucap suara lembut di seberang telpon. "Siapa juga yang marah?" "Kenapa nggak dibales pesannya kalau nggak marah?" "Suka-suka gue lah, mau bales kek nggak kek, pulsa-pulsa gue, napa jadi lo yang rempong sih?" "Tuh kan, pasti lagi marah. Nadanya aja ketus begitu, istighfar pipi tupai, jangan marah-marah terus, nanti cepat keriput, kan nggak lucu lagi masak si pipi tupai keriput sih," Prilky tersenyum mendengar candaan Ali. Memang Ali itu moodboster banget buat Prilly. Meskipun sering berdebat dan kadang-kadang berbeda, tetapi hanya Ali yang bisa dibilang ceria lagi sepeeti ini. "Bodo! Nggak peduli!" Sahut Prilly dengan nada masih dibuat-buat sepereti marah. "Bener neh nggak peduli? Coba kamu keluar sekarang." "Ngapain? Kenapa lo nyuruh gue keluar?" "Udah, kamu keluar aja dulu." Prilly menurut dan melangkah keluar kamar. Sampai di depan gerbang pagar kostnya mata Prilly membulat semourna saat tau siapa yang tengah duduk di atas motor dengan memegang ponsel di sisi telinga kanannya. "Assalamuallaikum pipi tupai, jambul onta di sini," ucap Ali dari telponnya dan melambai ke arah Arah Prilly. Ali turun dari motornya, begitu juga dengan Prilly yang berlari kecil menghampiri si jambul ontanya itu. "Jambuuuuul! Iiih..jahaaat banget sih! Bilangnya aja masih ada dua minggu lagi," protesnya merengek di depan Ali. Ali hanya tersenyum saja melihat tingkah Prilly. Pasti gadis itu menambah kekesalannya saat ini jadi tahu kalau Ali tadi tidak benar-benar dengan ucapannya saat berkirim obrolan. Prilly mendekat Ali hampir saja dia kelepasan akan memeluk lelaki itu kalau saja Ali tak menghindar lebih dulu. "Eh, mau ngapain Prill ,?" ucap Ali kaget saat Prilly hampir menubruknya. "Eh iya, gue lupa Li, hampir aja gue mau meluk lo. Hehe..syah kakak." ucap Preng cengengesan. Hampir saja jantung Ali melorot ke perut rasanya saat tubuh Prilly sudah sangat cocok merasa. Untung saja Ali segera sadar dan beristighfar dalam hati. Memang benar sekali kata pepatah, jika laki-laki dan perempuan-duaan pasti ketiganya adalah syaitan. Yang akan senantiasa berusaha memperbaiki dan meruntuhkan keimanan. Ali bingung, entah sampai kapan ia akan bisa bertahan untuk tidak jatuh cinta pada gadis seperti Prilly yang menurutnya berbeda dari yang lain itu. Berusaha sekuat tenaga agar rasa persahabatan yang telah menguat di antara mereka tidak tercampuri dengan adanya rasa yang ada cinta. ##########
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD