Hampir semalaman terjaga karena Charlotte merintih layaknya orang kesakitan membuat Alfred jadi terlambat datang ke kampus padahal hari ini dia sedang ada pertemuan penting dengan orang pemerintahan yang bertugas untuk melakukan evaluasi terhadap penelitiannya. Terlambat datang ke kampus artinya Alfred juga akan terlambat pulang dari kampus sehingga pertemuannya dengan orang pemerintahan juga akan jadi sangat terlambat.
Beberapa kali Alfred menghubungi Charlotte untuk memastikan bagaimana keadaan wanita itu, tapi seperti biasanya Charlotte hanya akan tertawa dan mengatakan jika dia baik-baik saja.
Sambil memeriksa berkas-berkas yang telah ia persiapkan sejak hampir dua minggu lalu, Alfred berjalan menuju ke kantor tempat penelitiannya. Di sana sudah ada Felix dan Austin yang pastinya telah memulai pembicaraan tanpa kehadiran Alfred yang sangat terlambat.
“Seperti yang sudah kami tunjukkan sebelumnya, perputaran suhu bumi terlihat bergerak dengan tidak beraturan sebagai efek samping dari pemanasan global yang sedang berlangsung”
Samar-samar Alfred mendengar suara Felix yang sedang menjelaskan dengan serius. Ini adalah sebuah pertemuan yang sangat penting, Alfred melakukan kesalahan besar dengan datang terlambat. Tapi untunglah Alfred masih bisa mengandalkan Felix dan Austin.
“Profesor Alfred, Anda akhirnya datang..” Seseorang langsung menyambut kedatangan Alfred begitu dia masuk ke dalam ruangan rapat.
Dengan langkah bergetar karena merasa gugup, Alfred tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ini akan menjadi awal mula perubahan besar di dalam penelitiannya selama beberapa tahun ini. Alfred tidak boleh membuat kesalahan kecil lainnya.
“Selamat siang, maaf atas keterlambatan saya..”
Beberapa orang yang kemungkinan besar adalah bagian dari tim pemerintah terlihat langsung menatap ke arah Alfred. Mereka semua menganggukkan kepalanya seakan mewajarkan kesalahan yang Alfred lakukan.
“Selanjutnya penjelasan ini akan disampaikan langsung oleh Profesor Alfred..”
***
Alfred berlari mengejar pimpinan tim pemerintah yang baru saja keluar dari ruangan rapat dengan raut datar seakan mereka sama sekali tidak tertarik dengan proyek yang Alfred sampaikan selama lebih dari dua jam lamanya.
“Penurunan suhu di bumi disebabkan oleh lapisan karbon yang menyelimuti atmosfer. Lapisan karbon tersebut tidak akan mampu ditembus oleh panas matahari sehingga kemungkinan besar kita bisa mengalami penurunan suhu secara drastis. Anda harus mendengarkan—”
“Profesor Alfred, tolong hentikan semua omong kosong ini!”
Alfred menatap mereka semua dengan tidak percaya. Bagaimana mungkin mereka tidak mau mendengarkan penjelasan yang Alfred sampaikan?
“Suhu bumi tidak turun, semakin lama kita justru menghadapi kenaikan suhu bumi. Apakah kau melupakan fakta jika saat ini kita sedang berusaha untuk menanggulangi efek dari pemanasan global?”
Alfred menganggukkan kepalanya dengan pandangan mengerti.
“Pemanasan global adalah sebuah akibat dari banyaknya aktivitas manusia yang menyebarkan limbah polutan ke udara. Jika sesuai dengan penelitian yang saya buat selama bertahun-tahun ini, maka ketika puncak pemanasan global terjadi, suhu bumi justru akan turun drastis karena atmosfer benar-benar tertutup oleh udara kotor”
“Anda seorang profesor, Anda tahu jika itu sama sekali tidak mungkin”
“Saya seorang profesor yang sudah lebih dari dua puluh tahun mempelajari mengenai perputaran suhu dan iklim bumi. Saya tidak mungkin salah dalam mengambil keputusan” Alfred berada di puncak emosinya.
Tim pemerintah yang berjumlah lebih dari 15 orang tersebut tampak diam ketika mendengar suara Alfred yang lebih keras dari biasanya. Hal ini membuat Alfred memiliki kesempatan untuk kembali melanjutkan penjelasannya.
“Setelah pemanasan global, bumi akan mengalami penurunan suhu secara drastis. Bahkan jika perkiraan buruk saya benar-benar terjadi, maka wilayah di sekitar Afrika akan dituruni salju tebal.. Kita bisa memperkirakan betapa dinginnya wilayah kutub utara dan selatan jika melihat keadaan benua Afrika. Bumi tidak perlu menurunkan suhunya, kita justru perlu mencari cara untuk menaikkan suhu bumi jika suatu saat nanti perkiraan yang saya buat benar-benar terjadi” Alfred menjelaskan dengan cepat.
Di ujung lorong tampak Austin dan Felix yang sudah menundukkan kepalanya seakan mereka telah sepenuhnya menyerah.
“Pemerintah berjanji untuk memberikan dana bantuan dalam penelitian yang mampu membuat sebuah amunisi untuk menurunkan suhu bumi. Tidak akan mungkin ada salju di Benua Afrika, kita semua tahu akan hal itu..”
Alfred menggelengkan kepalanya dengan cepat. Semua itu sangat mungkin terjadi.
“Kalian tidak mengerti apa yang sedang kalian bicarakan. Matahari buatan bukan hanya akan berfungsi untuk menaikkan suhu bumi, tapi energi matahari buatan ini akan membuat kita semua berhenti menggunakan bahan bakar yang menghasilkan karbondioksida. Kita bisa melihat mobil yang berjalan tanpa bensin dan juga pabrik yang beroperasi tanpa asap. Bukan hanya pemerintah, tapi seluruh rakyat juga akan diuntungkan dengan penemuan ini”
“Perkiraan yang belum dibuktikan dengan sebuah penelitian adalah omong kosong. Kami tidak bisa bekerja sama dengan tim Anda karena penelitian yang Anda buat tidak sejalan dengan rencana pemerintah”
Alfred menghembuskan napasnya dengan pelan. Pada akhirnya, dia kembali mengingat perkataan mantan istrinya beberapa tahun lalu. Alfred selalu gagal, dia akan selalu gagal.
***
“Bagaimana pertemuanmu hari ini?”
Begitu pulang ke apartemennya, Charlotte tampak berdiri di depan pintu kamar sambil menatapnya dengan tersenyum. Wanita itu terlihat sudah baik-baik saja sekarang.
“Kau sudah sehat?” Alfred mendekati Charlotte dan mencium keningnya dengan singkat. Kali ini Alfred ingin berusaha untuk tidak membahas masalah pertemuannya dengan tim pemerintah beberapa jam yang lalu.
“Sudah kukatakan sejak semalam jika aku akan segera sembuh. Kau terlalu khawatir sehingga tidak tidur semalaman hanya karena ingin menemaniku..” Charlotte memeluknya sambil berjalan masuk ke dalam kamar.
Sejujurnya Alfred tidak pernah bermaksud untuk membandingkan antara Charlotte dan mantan istrinya, namun belakangan Alfred sering bersyukur karena dia bertemu dengan Charlotte. Siapapun orang yang mengenalnya sejak dia bercerai dari Abigail pasti akan mengatakan jika saat ini Alfred tampak sangat bahagia.
Entah karena Charlotte adalah wanita muda yang memiliki ambisi sama seperti Alfred atau karena memang Charlotte adalah tipe wanita pengertian yang selalu menebarkan positive vibes, tapi Alfred selalu merasa jika mereka berdua sangat cocok saat sedang bersama. Alfred bukan lagi pria muda yang mudah tersulut emosi karena pekerjaan Charlotte sebagai seorang model dengan teman pria yang begitu banyak, begitu juga Charlotte yang sangat mengerti bagaimana kesibukan Alfred di tempat kerjanya karena dulu wanita itu juga adalah bagian dari tim penelitian Alfred. Mereka jadi sangat jarang bertengkar karena saling pengertian satu sama lain. Dalam setiap hal dan rencana yang Alfred susun, dia selalu merasa jika Charlotte mendukungnya sepenuhnya. Oleh sebab itu, Alfred juga selalu berusaha untuk melakukan hal yang sama dengan memberikan dukungan pada karier modelling Charlotte yang sedang meroket satu tahun belakangan ini.
“Kau merengek sepanjang malam seperti seorang bayi. Itu membuatku merasa sangat khawatir..” Alfred menjelaskan sambil mengusap rambut panjang Charlotte yang tampak sedikit kusut. Sekalipun seorang model, Charlotte tidak akan segan memperlihatkan penampilan terburuknya di depan Alfred. Wanita itu selalu tampil sederhana ketika sedang berada di luar pekerjaan. Charlotte bukan tipe wanita yang selalu ingin tampil sempurna bahkan ketika baru membuka matanya. Bahkan seringkali Charlotte menolak mandi ketika sedang berbelanja makanan di supermaket yang ada di seberang apartemen mereka.
“Usiaku memang hanya terpaut sepuluh tahun dari putrimu, tapi bukan berarti kau harus bersikap layaknya seorang ayah yang sedang begadang karena putrinya terkena demam semalaman”
Alfred tertawa pelan ketika mendengar apa yang Charlotte ungkapkan.
“Ah, aku baru ingat jika kemarin malam Aurora sempat menghubungiku..”
Charlotte melebarkan matanya, wanita itu tampak antusias untuk mendengar cerita Alfred mengenai Aurora.
Ya, ini mungkin akan menjadi kabar baik untuk Charlotte yang sejak dua tahun lalu sangat ingin bertemu dengan Aurora secara langsung.
“Dia mungkin akan menghabiskan liburan musim dingin di sini..” Alfred berbicara sambil mengendikkan bahunya. Sekalipun berita ini masih belum pasti, Alfred tetap ingin membagikan kebahagiaannya dengan Charlotte.
“Sungguh? Astaga, itu akan sangan menyenangkan!” Charlotte langsung memekik dengan senang.
“Itu rencana yang kami buat kemarin malam, sekarang semuanya tergantung pada Abigail..”
“Dia pasti akan datang ke sini. Ibunya tidak mungkin melarang Aurora untuk datang mengunjungi ayahnya..” Charlotte memeluk Alfred sambil tersenyum.
Dalam hatinya, Alfred juga menggarapkan hal yang sama. Semoga saja Abigail memberikan izin kepada Aurora.. karena jika tidak, maka bukan hanya Alfred saja yang akan merasa kecewa, tapi juga Aurora dan Charlotte.
“Sekarang katakan padaku bagaimana pertemuanmu hari ini? Apakah semuanya berjalan lancar?” Tanya Charlotte.
“Pemerintah menolak penelitianku karena menganggap aku gila” Alfred tersenyum dengan kecut.
Pikirannya kembali melayang pada kejadian beberapa jam yang lalu, ketika tim pemerintah dengan jelas menyatakan jika Alfred sedang mengungkapkan sebuah pemikiran gila.
Ya, mereka tidak tahu berapa lama Alfred mempelajari semua penelitiannya. Mereka menganggap Alfred gila hanya karena dia memikirkan perkiraan yang berlawanan dengan pemikiran orang lain.
“Baiklah, semuanya akan tetap baik-baik saja..”
Bukannya bertanya apa alasan di balik kegagalan Alfred, Charlotte justru tersenyum lalu memeluknya dengan erat.
Sama seperti kegagalan yang sering Alfred dapatkan selama dua tahun belakangan ini, Charlotte akan selalu memeluknya. Ya, setidaknya ada hal baik di setiap kegagalan yang Alfred dapatkan.
“Kita bisa mencobanya lain kali. Kau bukan pria yang mudah menyerah..” Kata Charlotte. Wanita itu tetap tersenyum seakan kegagalan yang Alfred dapatkan sama sekali tidak berpengaruh pada persepsinya terhadap Alfred.
“Aku sudah melakukan penelitian sejak bertahun-tahun lalu, dan aku rasa ini bukan pemikiran gila.. tapi beginilah akhirnya..”
“Hei, kita semua pernah gagal. Bukan satu atau dua kali, tapi ratusan, bahkan ribuan kali. Anggap saja kau sedang menghabiskan jatah kegagalanmu”
Lagi-lagi Alfred harus mengakui jika dia sangat beruntung karena memiliki wanita seperti Charlotte.