Bab 20

1870 Words
“Apakah semua barang-barangmu tidak ada yang tertinggal?” Tanya Aurora sambil menatap Victor yang duduk di sampingnya.   Siang ini bandara cukup ramai, Aurora yang tidak pernah pergi sendirian tanpa ibunya jadi merasa gugup. Aurora takut jika dia membuat masalah dengan meninggalkan beberapa barang berharga di kamar hotelnya.   Sejak pagi Aurora sudah menyiapkan semuanya agar tidak ada satupun barang yang tertinggal, tapi Aurora tetap saja merasa khawatir.   “Tidak ada, Aurora. Semuanya sudah siap..” Jawab Victor sambil menggenggam tangan Aurora yang terasa dingin karena perempuan itu merasa gugup.   Seumur hidupnya, Aurora sama sekali tidak pernah melanggar perintah ibunya. Aurora masih mengingat dengan jelas bagaimana kemarahan ibunya ketika Aurora mengenalkan Victor sebagai kekasihnya.   Sebenarnya Aurora tidak memiliki pilihan lain. Dia harus pergi ke New York dan tentu saja dia tidak berani pergi sendirian. Jarak antara New York dan Ohio sangat jauh, Aurora tidak mungkin pergi sendirian.   Sejujurnya Aurora juga sudah menyiapkan berbagai alibi yang akan dia berikan kepada ibunya jika saja wanita itu mengetahui apa yang terjadi. Tapi tetap saja, Aurora tetap merasa gugup. Dalam hidupnya, ini adalah pertama kalinya Aurora pergi jauh tanpa ibunya, Aurora juga sudah membuat kebohongan yang tentu saja akan membuat ibunya marah jika wanita itu mengetahui kebenarannya. Entahlah, Aurora tidak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi jika semua kebohongan ini sampai ke telingan ibunya.   “Kau gugup karena sebentar lagi akan bertemu dengan ayahmu?” Tanya Victor sambil tersenyum.   Aurora menganggukkan kepalanya. Setelah mengakhiri panggilan ayahnya, Aurora terus merasa gugup karena tidak sabar akan bertemu dengan ayahnya.   “Iya, aku merasa sangat gugup karena sudah hampir 5 tahun kami tidak menghabiskan waktu bersama. Ayahku hanya tiga kali menemuiku, itupun saat aku sedang mengikuti perlombaan di luar kota. Kami hanya mengobrol selama beberapa jam, lalu kembali berpisah. Rasanya tidak percaya jika aku akan menghabiskan waktu liburanku bersama dengannya..” Kata Aurora.   “Apakah kau sudah mengabari ibumu? Dia bisa saja merasa cemas jika kamu menghilang tiba-tiba”   Rencananya Aurora memang akan langsung terbang ke Washington, D.C tanpa meminta izin kepada ibunya. Aurora tahu jika dia tidak akan pernah mendapatkan izin untuk bertemu dengan ayahnya. Saat Aurora pergi ke Washington, D.C, Victor akan kembali ke Colombus karena ada banyak pekerjaan Victor yang terbengkalai selama pria itu pergi sepekan belakanga.   “Aku akan meneleponnya saat aku sudah berada di Washington, D.C” Jawab Aurora dengan pelan.   “Baiklah, jaga dirimu baik-baik. Kita akan bertemu lagi setelah liburan musim dingin usai..” Victor tersenyum sambil mengusap kepala Aurora dengan pelan.   “Aku mencintaimu, Victor” Kata Aurora sambil mengecup pipi Victor.   Pria itu tampak terkejut dengan apa yang Aurora lakukan karena selama mereka menjalin hubungan asmara, Aurora selalu mencoba menghindari kontak fisik secara langsung.   “Astaga, Aurora.. apa yang kau lakukan? Kau benar-benar membuatku terkejut” Kata Victor.   Aurora tertawa pelan ketika menatap wajah Victor.   Aurora baru akan kembali berbicara ketika dia mendengar suara ledakan yang cukup keras lalu disusul dengan gempa yang terjadi tiba-tiba.   Aurora panik, dia langsung bangkit berdiri dan melihat ke arah sekitarnya dimana semua orang juga sama paniknya dengan dirinya.   Bukan hanya itu saja, listrik di bandara juga langsung pandam sehingga membuat semua orang bertambah panik.   Aurora menggenggam tangan Victor yang langsung menuntunnya untuk berjalan ke arah luar bersama dengan semua orang yang ada di dalam bandara.   Hanya beberapa menit berselang setelah suara ledakan yang pertama, Aurora kembali mendengar suara ledakan yang kedua sekalipun ledakan ini tidak sekencang yang pertama.   Aurora memejamkan matanya sambil tetap menggenggam tangan Victor yang tampak berusaha untuk mencarikan jalan bagi Aurora.   “Victor..” Panggil Aurora dengan pelan.   Victor menolehkan kepalanya lalu mengubah genggaman tangannya menjadi sebuah rangkulan. Aurora merasa jauh lebih aman ketika Victor memeluk tubuhnya.   Beberapa saat kemudian gempa mulai mereda. Tidak ada satupun tembok yang runtuh karena Aurora rasa ini hanya sebuah gempa kecil, tapi semua orang tetap diminta untuk segera keluar dari bangunan bandara.   “Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja.. jangan khawatir..” Kata Victor sambil terus merangkul Aurora seakan pria itu berusaha untuk melindungi Aurora.   Iya, Aurora memang sangat beruntung karena dia memiliki Victor saat ini. Seandainya Aurora tidak bersama dengan Victor, semuanya pasti sangat kacau. Aurora sama sekali tidak tahu apa yang harus dia lakukan jika tanpa Victor.   Keadaan bandara benar-benar kacau, suara teriakan terdengar dimana-mana bersama dengan guncangan hebat yang menyulitkan langkahnya. Suara reruntuhan juga semakin mengacaukan keadaan. Aurora bersyukur karena sejak tadi dia masih berada di bagian depan bandara sehingga tidak terlalu sulit untuk menjangkau pintu keluar.   “Tenanglah, jangan menangis. Tenanglah, Aurora..” Victor memeluknya dengan erat.   Aurora menarik napasnya dengan pelan. Dia merasa sangat takut ketika melihat kekacauan yang ada di dalam bandara.   “Apa yang terjadi?” Tanya Victor pada salah satu petugas bandara ketika mereka sudah berada di pintu keluar.   Victor bertanya demikian karena saat mereka keluar dari bandara, langit berwarna gelap dan tampak ada kabut tebal yang menutupi sinar matahari. Keadaan ini benar-benar tidak pernah Aurora saksikan sebelumnya. Ada banyak orang yang tampak mencoba mengabadikan langit tersebut lewat kamera ponsel mereka, tapi sayangnya tidak ada satupun ponsel mereka yang menyala.   Aurora langsung mengeluarkan ponselnya juga dan menemukan fakta jika ponsel miliknya juga mati seakan kehabisan daya. Tidak, Aurora yakin jika dia sudah mengisi daya ponselnya sebelum berangkat ke bandara.   “Ini pertanda buruk. Kita harus kembali ke hotel, Aurora. Penerbangan akan dibatalkan hingga waktu yang tidak bisa ditentukan. Kita tidak bisa terus menunggu di sini. Kita harus kembali ke hotel” Kata Victor sambil menarik tangan Aurora dengan cepat. Pria itu bahkan melupakan semua barang bawaan mereka yang masih berada di dalam bandara. Victor hanya membawa sebuah tas ransel yang berisi identitas dan beberapa surat penting milik mereka berdua. Setidaknya mereka masih memiliki uang dan kartu identitas jika memang sesuatu yang buruk terjadi saat ini.   “Ada apa, Victor?” Tanya Aurora dengan pelan.   Victor menarik tangan Aurora dengan kuat sehingga Aurora terpaksa harus berlari agar dia bisa menyamakan langkahnya dengan Victor.   “Apakah ponselmu juga mati?” Tanya Victor tanpa menoleh ke arah Aurora. Pria itu hanya fokus menatap ke arah jalan yang ada di depan mereka.   “Iya. Ada apa ini? Kenapa ponsel semua orang mati secara serentak?” Tanya Aurora dengan kebingungan.   “Gelombang elektromagnetik pasti melumpuhkan listrik dan juga ponsel. Pasti ada sesuatu yang buruk sedang terjadi saat ini. Kita harus kembali ke hotel agar memiliki tempat untuk berlindung..” Kata Victor.   Aurora masih belum mengerti akan apa yang dikatakan oleh Victor, tapi melihat keadaan langit yang tampak sangat mengerikan dan beberapa fakta tidak masuk akal lainnya, Aurora yakin jika apa yang dikatakan oleh Victor memang benar. Ada sesuatu yang buruk..   “Kita akan jalan kaki ke sana?” Tanya Aurora sambil menatap gerombolan manusia yang tampaknya juga mencoba untuk pulang ke kediaman mereka masing-masing.   Tanpa memberikan banyak keterangan, pihak bandara hanya mengatakan jika semua penerbangan hari ini dibatalkan begitu saja karena keadaan langit yang buruk. Semua orang diminta untuk pulang, oleh sebab itulah jalan jadi sangat ramai. Mungkin mereka juga tidak akan bisa menemukan taksi.   “Hotel kita hanya sekitar 15 menit dari bandara. Apakah kau sanggup jika berjalan kaki? Kita tidak bisa menemukan taksi di keadaan seperti ini” Kata Victor dengan cepat.   Aurora menganggukkan kepalanya dengan pelan. Tidak masalah jika dia harus berjalan kaki hingga ke hotel. Masalahnya, Aurora kehilangan koper miliknya. Seluruh pakaian yang Aurora bawa ada di dalam koper itu.   “Kita kehilangan koper kita. Apakah itu tidak masalah?” Tanya Aurora.   “Langit sangat gelap. Jika sebentar lagi turun hujan yang berwarna hitam, maka kita akan berakhir. Koper sama sekali tidak penting saat ini, Aurora” Kata Victor sambil tetap menarik tangan Aurora dengan cepat.   Aurora mengernyitkan dahinya ketika dia mendengar penjelasan yang diberikan oleh Victor.   Hujan hitam? Apakah yang dimaksud oleh Victor adalah hujan minyak yang berwarna hitam?   Aurora bukanlah seorang gadis bodoh sehingga dia tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Victor.   Tunggu dulu, bukankah di daerah sini sama sekali tidak ada nuklir atau hal-hal semacamnya?   “Victor, apakah kamu berpikir jika semua ini disebabkan oleh ledakan nuklir?” Tanya Aurora dengan pelan.   Jujur saja Aurora sangat mengerti kemana arah pembicaraan Victor.   “Aku tidak tahu, Aurora. Tapi semua ini menunjukkan jika sesuatu yang buruk sedang terjadi. Aku berharap jika bukan nuklir yang meledak, akan lebih baik jika gunung yang meletus. Nuklir akan membuat dunia kita benar-benar kacau..” Kata Victor.   Aurora kehilangan kata-kata. Entah kenapa dia juga sangat setuju pada Victor.   Ya Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi?   Saat ini Aurora sedang ada di New York, dia sangat jauh orangtuanya. Apa yang harus dia lakukan jika terjebat di tempat ini?   “Kau bisa berjalan lebih cepat lagi? Aku khawatir jika akan turun hujan. Air hujan pasti akan memperburuk keadaan, apalagi kita masih belum tahu apa yang sebenarnya terjadi sehingga membuat langit segelap ini. Bahkan ini hampir sama seperti malam hari..” Kata Victor sambil menatap Aurora.   Aurora menghembuskan napasnya dengan pelan. Sebenarnya sejak tadi Aurora sudah berlari agar dia bisa menyamakan langkahnya dengan Victor. Bagaimana caranya agar dia bisa berlari lebih cepat lagi?   “Aku akan mencobanya..” Kata Aurora dengan pelan.   Victor menatap Aurora lalu menundukkan tubuhnya di depan Aurora.   “Apa yang kau lakukan, Victor?” Tanya Aurora sambil menatap Victor dengan kebingungan.   “Naiklah ke punggungku, Aurora. Kita harus cepat sampai ke hotel”   Aurora segera menuruti perintah Victor karena dia tahu hanya ini saja cara yang bisa mereka lakukan agar bisa cepat sampai ke hotel. Aurora tidak mungkin menolak permintaan Victor karena dia tahu dia akan memperlambat jalan mereka.   “Apakah tidak apa-apa?” Tanya Aurora ketika dia merasakan Victor yang mulai berlari dengan cepat. Mereka bahkan berhasil mendahului orang-orang yang awalnya berada di depan mereka. Benar, Victor memang sangat hebat dalam berlari seperti ini. Sangat berbeda dengan Aurora yang memiliki kaki pendek dan tubuh yang mungil.   “Tidak masalah. Aku harus memastikan jika kita sampai di hotel sebelum hujan turun. Jangan khawatir, aku akan selalu menjagamu”   Entah kenapa janji yang diberikan oleh Victor membuat hati Aurora lebih tenang. Ya, sekalipun di sini tidak ada ibunya yang biasanya selalu menenangkan Aurora ketika sedang ada masalah, setidaknya di sini ada Victor yang menjaga Aurora dengan sangat baik. Pria itu bahkan melakukan apa saja agar dia bia memastikan keadaan Aurora tetap baik-baik saja.   “Terima kasih, Victor” Kata Aurora dengan pelan.   Untuk yang pertama kalinya di dalam hidupnya, Aurora mempercayai orang lain selain keluarganya sendiri. Untuk yang pertama kalinya Aurora jatuh cinta dan dia mendapatkan orang yang sangat tepat.   Sejak pertama bertemu dengan Victor, Aurora tahu jika Victor adalah pria yang baik. Sekarang Aurora mendapatkan buktinya dengan sangat jelas.   “Jangan bicara seperti itu. Aku melakukan semua ini karena aku memang harus melakukannya, Aurora. Aku harus menjagamu, itu adalah janjiku” Kata Victor dengan tenang.   Aurora kembali melayangkan matanya ke arah langit yang benar-benar gelap layaknya di malam hari. Keadaan langit memang sangat buruk. Sejauh mata memandang, Aurora hanya melihat kegelapan yang diselimuti oleh kabut yang tebal. Sinar matahari bahkan tidak bisa menembus ke bumi sehingga membuat bumi jadi penuh dengan kegelapan. Listrik mati seketika ketika suara ledakan yang kencang terdengar dengan jelas. Gempa juga langsung terjadi sesaat setelah ledakan itu terdengar. Aurora tahu jika semua ini adalah sebuah pertanda yang sangat buruk, tapi setidaknya Aurora ada bersama dengan Victor.   Segalanya mungkin terlihat buruk, tapi kehadiran Victor membuat keadaan jadi lebih baik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD