Bab 21

1451 Words
Washington, D.C (US) Alfred sedang berada di kampus untuk melakukan pertemuan dengan beberapa mahasiswanya ketika suara ledakan besar terdengar bersama dengan gempa yang menyusul hanya beberapa detik setelahnya. Ribuan mahasiswa yang siang ini sedang melakukan kegiatan di dalam gedung kampus berhamburan keluar sesaat setelah gempa itu terjadi. Alfred melakukan hal yang sama, sebisa mungkin dia menuruni tangga kampus karena saat ini dia tengah berada di lantai 4. Tidak ada yang menggunakan lift karena di saat seperti ini, lebih baik jika mereka turun melewati tangga darurat. Begitu sampai di luar kampus, getaran gempa masih terasa tetapi Alfred memilih mengabaikan rasa cemasnya dan mencoba menemukan ponselnya untuk segera menghubungi Charlotte. Wanita itu baru saja mengirimkan pesan yang mengatakan jika dia akan segera pulang dari pusat perbelanjaan, semoga saja Charlotte sudah ada di rumah. Namun begitu mengeluarkan ponselnya, Alfred menemukan fakta jika ponsel itu tidak dapat digunakan. Dengan sedikit kebingungan Alfred berjalan untuk menghampiri segerombol mahasiswa yang tampaknya juga mengalami hal yang sama dengannya. “Apakah ponselmu mati?” Tanya Alfred. Beberapa mahasiswa tersebut menganggukkan kepalanya secara bersamaan. “Benar, profesor. Ponsel kami tidak berfungsi setelah suara ledakan itu terdengar. Kurasa bukan hanya ponsel kami saja, tapi ponsel semua orang yang ada di tempat ini” Alfred sempat terkejut ketika mendengarkan penuturan mahasiswa tersebut. Begitu dia melihat ke sekelilingnya, Alfred menemukan jika hampir semua orang mengeluhkan hal yang sama. Langit tampak sangat gelap seperti akan turun hujan. Oh tidak, Alfred sepertinya tahu apa yang sedang terjadi saat ini. Dengan langkah cepat Alfred berlari menuju parkiran mobilnya. Dia harus menemukan Charlotte secepat mungkin. *** Jalanan kota Washington, D.C sangat ramai karena banyak mobil yang berhenti dengan tidak beraturan sesaat setelah terjadinya gempa. Alfred bisa melihat dengan jelas jika bahu jalan dipenuhi oleh banyak orang yang berdiri dengan tatapan ketakutan saat melihat langit yang semakin gelap. Alfred ingin mempercepat laju kendaraannya agar dia bisa segera sampai di apartemen untuk memeriksa keadaan Charlotte, tapi jalan kota tidak bisa dilalui dengan mudah. “Charlotte?! Apakah kau ada di rumah” Begitu sampai di depan apartemennya, Alfred langsung berlari masuk dan mencari Charlotte yang entah sedang ada di mana. Alfred tidak melihat apakah wanita itu berdiri di luar gedung apartemen atau tidak, dia hanya berusaha untuk masuk sekalipun harus berlari menaiki tangga karena lift tidak berfungsi. “Sir, Anda tidak bisa naik ke sini! Kita harus keluar untuk berjaga-jaga apabila terjadi gempa susulan!” Seorang petugas keamanan datang dan menarik Alfred untuk keluar dari gedung. “Aku harus mencari kekasihku!” Alfred menghempaskan tangannya dan berusaha untuk kembali menaiki tangga. “Tidak ada orang di gedung ini! Mereka sudah keluar, Sir” Alfred menghentikan langkahnya. Oh tidak, dimana Charlotte saat ini? “Kau mengenal Charlotte, bukan? Dimana dia sekarang?” Tanya Alfred dengan pandangan khawatir. “Aku tidak tahu siapa saja yang keluar dari gedung ini, Sir. Tapi bisa kupastikan jika sudah tidak ada orang yang tersisa di sini, mereka semua sudah keluar. Kurasa kau bisa mencarinya di luar gedung” Tanpa menjawab apapun, Alfred segera berlari untuk keluar dari area gedung. Langit sangat gelap, sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. Jika hujan turun, maka mereka semua sebaiknya berada di dalam rumah, bukan berdiri di sisi jalan seperti saat ini. Ketika Alfred sedang berlari untuk mencari keberadaan Charlotte, sebuah siaran televisi besar yang terletak di seberang jalan, tepat di atas gedung tertinggi yang ada di persimpangan, tiba-tiba saja menyala dan menayangkan sebuah breaking news mengenai kejadian yang baru saja berlangsung. “Sebuah nuklir raksasa di wilayah Asia Timur meledak dan menimbulkan getaran gempa yang terasa hingga ke benua Amerika. Bahkan bisa dipastikan jika hampir seluruh benua di dunia ini mendengarkan suara ledakan tersebut. Gelombang elektromagnetik melumpuhkan seluruh saluran ponsel dan radio. Masyarakat diharapkan waspada jika terjadi hujan dengan warga hitam yang kemungkinan akan mengguyur beberapa wilayah Amerika. Apabila hujan tersebut benar-benar turun, maka masyarakat diminta untuk berlindung ke gedung terdekat. Masih belum ada informasi lebih lanjut mengenai keadaan ini, tapi seluruh masyarakat dihimbau untuk tetap tenang” Penyiar televisi tersebut mengakhiri siarannya. Sesaat kemudian layar televisi yang biasanya digunakan untuk menunjukkan iklan produk ternama tersebut mati begitu saja. Tidak pernah ada siaran breaking news di layar besar tersebut selama hampir 5 tahun Alfred tinggal di apartemennya, biasanya layar tersebut hanya digunakan untuk menunjukkan video iklan produk terkenal yang menampilkan wajah beberapa model ternama di dunia. Tapi hari ini segalanya telah berubah. Tubuh Alfred lemas seketika saat dia mendengar kabar mengenai ledakan nuklir. Oh tidak, dugaannya benar. “Alfred? Oh Tuhan, aku akhirnya menemukanmu!” Alfred memejamkan matanya dengan lega begitu dia menemukan Charlotte yang langsung memeluknya begitu wanita itu melihatnya. Alfred membalas pelukan Charlotte dengan erat, dia bisa merasakan jika wanita itu bergetar karena ketakutan. “Apa kau baik-baik saja?” Tanya Alfred sambil menatap ke seluruh tubuh Charlotte. “Aku... aku sedang memarkir mobil saat ledakan itu terjadi, aku langsung berlari keluar dengan sangat ketakutan..” Charlotte menjelaskan dengan gugup. Alfred kembali memeluk Charlotte dan mencoba untuk menenangkan wanita itu. “Terjadi ledakan nuklir, apakah kau mendengar siaran tadi?’ Charlotte kembali bertanya. “Ya, aku mendengar siaran itu, Charlotte.” Alfred menarik napasnya dengan pelan. Meledaknya nuklir di wilayah Asia akan menimbulkan dampak besar yang kemungkinan akan sama seperti yang Alfred paparkan kepada tim pemerintah beberapa hari lalu. Alfred tahu jika musibah yang sedang terjadi saat ini bisa saja menguntungkan dirinya karena proyek yang akan Alfred kembangkan berhubungan dengan keadaan yang saat ini sedang terjadi. Tapi tetap saja tidak kebahagiaan di hatinya, Alfred terus merasa gelisah sejak dia mendengar kabar mengenai bencana yang terjadi di wilayah Asia Timur.   “Kita harus ke kantorku, Charlotte. Ada sesuatu yang harus aku pastikan saat ini juga..” Alfred menggenggam tangan Aurora dan membawa untuk mendekat ke arah mobilnya yang diparkir secara sembarangan.   “Apakah aku harus ikut ke kantor? Aku bisa di rumah dan menunggumu—”   “Charlotte, keadaan saat ini sangat tidak memungkinkan. Kau harus ikut bersamaku. Keadaan ini sangat buruk. Berita terakhir yang aku dengar, ada beberapa wilayah di Amerika yang terguncang oleh gempa. Kita tidak mau mengambil resiko itu. Ikutlah denganku ke kantor” Kata Alfred sambil tetap menggenggam tangan Charlotte dengan erat.   “Aku takut akan merepot—” “Charlotte, kau kekasihku. Tidak ada yang merasa keberatan dengan keberadaanmu..” Kata Alfred sambil kembali memeluk Charlotte. Wanita itu sedang panik, Alfred mencoba untuk mengerti bagaimana perasaannya saat ini. “Kita harus ke kantorku, aku harus memastikan beberapa hal. Langit sangat gelap, jika ledakan nuklir itu menyebabkan terjadinya hujan hutan yang mengandung radioaktif, maka kita harus menemukan upaya yang tepat untuk menangani kasus ini..” Charlotte menganggukkan kepalanya, sebagai seseorang yang dulunya pernah bekerja dengan Alfred sebagai tim peneliti, Charlotte tentu langsung mengerti apa maksud kalimat yang dikatakan olehnya. “Apakah bencana ini akan menimbulkan hujan hitam?” Tanya Charlotte. “Aku masih belum bisa memastikan. Kita harus datang ke kantor dan memeriksa apa yang terjadi. Ponsel mati karena gelombang elektromagnetik ketika nuklir tersebut meledak. Kita tidak bisa menghubungi siapapun saat ini..” Alfred percaya jika Austin, Felix, dan Hugo juga pasti melakukan hal yang sama ketika mendengar berita mengenai ledakan nuklir, mereka pasti sedang berada di kantor untuk menunggu kedatangan Alfred. Alfred melajukan mobilnya secepat yang dia bisa, jalanan yang ramai dengan pejalan kaki yang tampak sangat gelisah karena langit semakin gelap membuat suasana kota terasa begitu kacau. Alfred melihat Charlotte yang berulang kali mengusap air matanya dengan diam-diam. Wanita itu memiliki hati yang lembut sehingga mudah menangis karena hal-hal kecil. Wajar jika sekarang Charlotte menangis ketika terjadi bencana yang cukup mengerikan. Perjalanan yang memakan waktu hampir dua jam tersebut akhirnya berakhir. Jalan dari apartemen ke kantor sebenarnya tidak terlalu jauh. Biasanya Alfred hanya membutuhkan waktu sekitar 30 sampai 40 menit untuk bisa sampai ke kantor, tapi hari ini sangat berbeda. Alfred tidak bisa melajukan mobilnya di atas kecepatan 60KM/jam karena ada banyak sekali mobil yang ditinggalkan di tengah jalan oleh pemiliknya. Alfred mengerti jika mereka semua sangat panik karena kabar mengenai ledakan nuklir, tapi seharusnya mereka tetap harus memikirkan kepentingan pengguna jalan lain. Meminggirkan mobil tidak akan memakan waktu hingga satu jam lamanya. Begitu sampai di depan halaman kantor, Alfred langsung melompat turun sambil terus menggenggam tangan Charlotte. “Di sini listrik tidak padam?” Tanya Charlotte. “Beberapa tahun lalu aku mengembangkan energi yang hampir sama dengan kekuatan listrik, energi tersebut ramah lingkungan dan bisa diperbaharui dengan cepat. Sebagai percobaan, aku menggunakan kantor ini sehingga aku tidak perlu lagi menggunakan energi listrik. Sekarang aku bersyukur karena menggunakannya sekalipun pemerintah tidak mengizinkan aku menggunakan penemuan itu..” Jawab Alfred dengan tenang. Hampir semua ruangan di kantornya masih menyala, hanya beberapa komputer yang mati karena gelombang elektromagnetik. Alfred benar-benar merasa sangat beruntung saat ini. Ya, semoga saja penemuannya dapat berguna untuk mengatasi kekacauan yang terjadi. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD